NASKAH DRAMA
PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
DI SUSUN OLEH : KELOMPOK
8
Ø HALIMATUS SAKDIYAH
Ø MARWAH
Ø EVI SURYANI
Ø ABD.WAHID
Ø HARDIYANTO AFANDI
STKIP PGRI BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
Pada
15 Agustus 1945, di Laboratorium Bakteriologi (Jakarta Pusat) diadakan
pertemuan beberapa pemuda dan mahasiswa. Pemimpin pertemuan tersebut adalah
Sukarni dan Chaerul Shaleh.
ADEGAN 1
Sukarni : “Apakah kalian
sudah mendengar berita terbarunya?”
Para pemuda : “Belum. Memangnya apa itu, Bung?”
Sukarni : “Barusan, Saya
dan Sutan Syahrir mendengar berita dari radio BBC London di Bandung yang
menginformasikan Jepang
menyerah kepada Sekutu.”
Chairul Shaleh : “Berarti, keadaan kita semua sedang penuh
kekuatan.”
Sukarni :
“Benar. Demikian, Saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membahas keadaan kali ini. Kita memanfaatkan
keadaan ini,
untuk segera menyusun kemerdekaan.”
Darwis : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak
segala bentuk ‘hadiah’ kemerdekaan dari Jepang karena kita akan menyusun
kemerdekaan sendiri.”
Wikana : “Bung Darwis benar, Kemerdakaan itu adalah hak dan
persoalan rakyat
yang harus segera diproklamasikan. Mari kita semua meminta kepada Ir. Soekarno
dan Bung Hatta untuk
memutuskan segala hubungan dengan
Jepang.”
Sutan Syahrir : “Baiklah, Jika kalian
semua setuju, bagaimana jika saudara Wikana dan Darwis menemui kedua tokoh tersebut
untuk membicarakan lebih lanjut dan menyampaikan keputusan kita semua. Bagaimana kalau rapat siang
ini, kita tutup sampai disini saja. Kalian semua, bisa pulang ke kediaman
masing-masing dan menunggu Soekarno dan Bung Hatta angkat suara.”
Wikana : “Baiklah kalau begitu, Bung. Sampai jumpa besok pagi.
Kami pergi dulu. Terimakasih atas informasinya.”
(menjabat tangan Sukarni dan Chairul Shaleh)
Para Pemuda : (Berjabat tangan satu-satu dengan Sukarni dan Chairul
Shaleh)
Wikana : “Assalamu’alaikum”
Sukarni : “Wa’alaikumsalam”
ADEGAN 2:
Wikana
dan Darwis tiba di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta,
sekitar pukul 21.00. WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat.
Pada pertemuan itu, datang beberapa tokoh nasionalis seperti Moh. Hatta, Iwa
Kusumasumantri, Samsi, Buntaran, Suidro dan Ahmad Subardjo.
Wikana : “Assalamu’alaikum”
Ir. Soekarno : “Wa’alaikumsalam. Ada apa gerangan saudara kemari?
Mari masuk.”
Wikana & Darwis: (duduk)
Darwis : “Begini, Bung. Tadi, Saudara Chairul Shaleh dan
Sukarni mendengar berita Jepang menyerah kepada
Sekutu di Radio BBC London di Bandung. Maka dari
itu tadi siang kami dari golongan para pemuda
berkumpul mengedakan rapat dan hasilnya adalah,
semua pemuda setuju agar Bung Soekarno dan Bung
Hatta segera menyusun kemerdekaan Indonesia.”
Moh. Hatta : “Apa yang dikatakan oleh Saudara Darwis benar.
Namun sebaiknya hal tersebut harus direncanakan dan
diputuskan dahulu oleh PPKI.”
Wikana : “Namun sebaiknya Bung Hatta dan Bung Soekarno
harus memutuskan hubungan apapun yang berkaitan
dengan Jepang. Sebab, kemerdekaan adalah hak kita,
Bung. Bukan hak Jepang. Maka dari itu kami kemari
dengan mendesak agar proklamasi kemerdekaan
dinyatakan langsung esok hari, tepat pada tanggal 16
Agustus tahun 1945.”
Ir. Soekarno : “Baiklah, Baiklah. Untuk sementara itu, Saudara
Darwis dan Wikana pulang dulu ke kediaman
masing-
masing. Saya akan merundingkannya
kembali dengan yang
lainnya.”
Darwis : “Baiklah Terimakasih. Kami pergi dulu,
Assalamu’alaikum”
Ir. Soekarno : “Wa’alaikumsalam.”
Darwis
dan Wikana pun pulang ke kediaman masing-masing. Sementara itu, para Golongan
Tua tetap berkumpul di kediaman Ir. Soekarno untuk merundingkan hasil rapat
Para Pemuda yang telah dibicarakan oleh Wikana dan Darwis tadi.
Bung. Hatta : “Apa pendapat saudara sekalian mengenai hasil rapat para
pemuda tadi?”
Ir. Soekarno : “Kemungkinan kita tak dapat memenuhi permintaan para pemuda
tersebut, karena hal itu sangat mendadak dan terlalu terburu buru.”
Ahmad Subardjo : “Benar. Sebaiknya
kita jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Menurut saya, sebaiknya kita
mempertahankan PPKI dahulu dan mengadakan sidang kembali.”
Ir. Soekarno : “Baiklah, pada tanggal 16 Agustus 1945 direncanakan
akan diadakan sidang PPKI untuk membicarakan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Rapat kali ini selesai sampai disini.”
Sementara
itu, menjelang 16 Agustus 1945, tepat pukul 24.00 WIB di Asrama Baperpi, Cikini
71 Jakarta, para pemuda berkumpul yang dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, Dr.
Muwardi, cudanco Singgih, dan Chaerul Shaleh.
Chaerul Shaleh : “Begini, menurut laporan Wikana dan Darwis
setelah bertemu Soekarno dan Bung. Hatta, nampaknya golongan tua takkan
mensetujui kita walaupun sudah
didesak seperti tadi. Kita harus mempunyai jalan keluar dari semua ini.”
Sukarni : “Benar sekali. Ada saran?”
Cudanco Singgih : “Bagaimana kalau kita mengasingkan Ir.
Soekarno dan Bung.Hatta keluar dari Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan
mereka
dari pengaruh Jepang? Bagaimana?”
Jusuf Kunto : “Dimana kita akan mengasingkan mereka, Bung?”
Cudanco Singgih : “Bagaimana jika Rengasdengklok, suatu
kota di Kawedanan di Karawang? Karena
tempat ini merupakan markas PETA di bawah
cudanco Subeno, dan letaknya dibawah komando PETA Purwakarta yang mempunyai hubungan erat dengan
Daidan PETA di Jakarta.”
Para
permuda pun mensetujui ide cudanco Singgih tersebut. Tepat pukul 04.00 WIB, Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok.
Rombongan ini berangkat dari kediaman Soekarno yang dikawal oleh pasukan PETA
di bawah pimpinan cudanco Singgih.
BRAKK! (Pintu di dobrak)
Chaerul Shaleh : (Membungkam mulut Soekarno, menyeret paksa
lalu
membawanya ke kapal)
Sukarni : (Membungkam mulut Bung. Hatta, menyeret paksa lalu
membawanya ke kapal)
Rombongan
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tiba di Rengasdengklok dengan selamat pada pagi
hari tanggal 16 Agustus 1945. Soekarno-Hatta berada sehari penuh di
Rengasdengklok.
Sukarni : “Begini, sebelumnya maaf kami membawa saudara sekalian dengan
paksa kemari. Kami tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk
kemerdekaan Indonesia. Jadi mohon
pertimbangkan kembali.”
Soekarno : “Mohon bersabar, Bung Sukarni. Kami tahu para golongan muda
tak sabar, namun semua butuh waktu.”
Moh. Hatta : “Benar sekali. Kami
akan mengusahakan semuanya dan secepatnya. Saudara tidak usah khawatir dengan
semuanya.”
Upaya
pemuda untuk menekan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta tidak berhasil. Karena wibawa
dan kharismatik keduanya, para pemuda merasa segan untuk melakukan penekanan.
ADEGAN 3
Akhirnya
Ir. Soekarno mengadakan pembicaraan dengan cudanco Singgih mengenai segeranya
proklamasi dilaksanakan.
Soekarno : “Begini, saya akan secepatnya melakukan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia dengan segera setelah kembali ke Jakarta. Saya berjanji.”
C. Singgih : “Baiklah, saya akan cepat kembali ke Jakarta dan menyampaikan rencana proklamasi kepada rekan-rekan dan
pemimpin yang ada di Jakarta. Sebelumnya, Terimakasih banyak, Saudara
Soekarno.”
Di
Jakarta...
Ahmad Subardjo: “Bagaimana, saudara
Wikana? Apakah saudara setuju proklamasi tersebut dilaksanakan di Jakarta?”
Wikana : “Baiklah, saya setuju. Setelah ini, Jusuf Kunto akan
mengantarkan saudara dan sekretaris pribadi anda pergi ke Rengasdengklok
untuk menjemput Soekarno dan Hatta.”
Dan
sepakatlah para Golongan Tua dan Para pemuda, Proklamasi akan dilaksanakan di
Jakarta. Semula Sukarni menolak pelaksanaan Proklamasi tersebut di Jakarta,
namun setelah Ahmad Subardjo memberikan Jaminan, Sukarni menyatakan
kesetujuannya. Diputuskan pada malam itu juga agar semuanya kembali ke Jakarta.
Sekitar
oukul 23.00 WIB, rombongan dari Rengasdengklok tiba di Jakarta. Ketika Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta datang ke rumah Laksamana Maeda, di sana sudah menanti
B.M Diah dan surat kabar Asia Raya, Semaun Bakri dari Jawa Kokokai, Sayuti
Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota PPKI.
ADEGAN 4
Sementara
itu, Ahmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri mendatangi kediaman para pemuda
untuk mengajak mereka ke rumah Laksamana Maeda.
Ahmad Subardjo: “Assalamu’alaikum”
Wikana : “Wa’alaikumsalam. Ada apa saudara Ahmad Subardjo dan
Iwa Kusumasumantri kemari?”
Iwa Kusumasumantri: “Kami datang
kemari untuk mengajak saudara sekalian ke rumah Laksamana Maeda yang disana
sudah datang Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan angota-anggota PPKI lainnya. Mohon
datang.”
Sukarni : “Tidak, kami tak akan kesana. Bukankah tak ada
kesepakatan sama sekali untuk ke kediaman Laksamana Maeda?”
Wikana : “Saudara Sukarni benar, kami tidak ada perjanjian
untuk memakai rumah Laksamana Maeda terlebih dahulu.”
Ahmad Subardjo: “Bukan begitu,
Saudara wikana. Hal ini dilakukan untuk
mencegah gangguan dan halangan Kempetai Jepang. Jadi kami mohon dengan sangat, kalian datang dan ikut
berunding. Miniman wakil dari kalian
saja.”
Kemudian
Para Pemuda sepakat bahwa yang akan datang hanyalah Chaerul Shaleh dan Sukarni
sebagai wakil para pemuda. Sedangkan anggota PPKI banyak yang hadir dalam
perumusan teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda tersebut.
***TAMAT***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar