Selasa, 21 November 2017

Makalah Perkembangan Sejarah Ekonomi Tentang Mazhab Historis



MAKALAH
MAZHAB HISTORIS
Dosen pengampu        : Aulia Dawam, S.E, M.A

Disusun Oleh  : Kelompok 6 Ekonomi III A
Ø  Halimatus Sakdiyah
Ø  Homsiah
Ø  Hendri Kamaruddin
Ø  Husnul Mubarok
Ø  Alianto
Ø  Aisyah
Ø  Karlina


STKIP PGRI BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah berhasil menyelesaikan makalah ini, yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI”. Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah yang berjudul“MAHZAB HISTORIS” ini tidak lepas dari kesalahandan kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaanmakalah ini. Atas selesainya penyusunan tugas ini, kami sampaikan rasa terima kasih yang setulus- tulusnya kepada Bapak Aulia Dawam, S.E, M.A selaku Dosen pengampu yang telah memberikan bantuan atau dorongan, baik moril maupun materil.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkannya. Terimakasih

Wassalamualaikum Wr.Wb 




Bangkalan, November 2017









BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Mazhab historis mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi sejarahnya, sehingga teori-teori ini disebut pula Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi. Teori ini berasal dari Jerman pada abad XIX sebagai reaksi terhadap “sistem persaingan bebas” (laissez faire) yang lahir dan berkembang di Inggris.
Dengan berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera sistem liberal/kapitalisme kembali berkibar. Walaupun sistem pakar-pakar neo-klasik berhasil mementahkan serangan kaum sosialis, tidak berarti sistem ini dianut semua negara-negara di daratan Eropa. Pada waktu yang bersamaan, di Jerman perkembangan suatu aliran pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah. Kerangka dasar teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik. Adapun nama aliran sejarah diinspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah dalam bidang-bidang hukum dan bahasa. Oleh segolongan pakar-pakar Jerman sendiri, ada yang menamakan alian sejarah sebagai aliran “etis”, untuk menunjukan ketidaksenangan mereka pada paham hidonisme klasik.

  1. Rumusan Masalah
1.     Bagaimana Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Uang Yang Digunakan ?
2.     Apa saja yang terdapat pada Teori-teori Tahap ?
3.     Apa saja Teori-teori Mengenai Uang ?
4.     Apa Kaum Sosialis Katheder itu ?
5.     Bagaimana Penyelidikan Statistic dan Teori Konyungtur ?
6.     Bagaimana Pandangan Mengenai Teori Spiethoof ?
7.     Apa itu Kaum Institusional ?

  1. Tujuan Masalah
1.     Untuk mengetahui bagaimana Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Yang Di Gunakan
2.     Untuk mengetahui apa saja Teori-teori Tahap itu
3.     Untuk mengetahui apa saja Teori-teori Mengenai Uang itu
4.     Untuk mengetahui apa itu Kaum Sosialis  Katheder
5.     Untuk mengetahui bagaimana Penyelidikan Statistik dan Teori Konyungtur
6.     Untuk mengetahui bagaimana Pandangan Mengenai Teori Spiethoof
7.     Untuk mengetahui apa itu Kaum Institusional
















BAB II
PEMBAHASAN
  1. PERTENTANGAN PENDAPAT MENGENAI METODE YANG DIGUNAKAN
Dapat dikatakan bahwa mashab Historis  tak pernah mencapai perumusan yang cukup jelas mengenai doktrin-doktrinnya. Ada sesuatu hal yang dapat dinyatakan dengan tegas mengenai aliran ini yakni : bahwa aliran tersebut merupakan suatu reaksi terhadap teori-teori klasik.
Anggota-anggota mashab Historis mengkritik para ahli teori klasik karena sempitya pendekatan (approach) mereka, terhadap kehidupan ekonomi yang didasarkan atas suatu psikologi hedonistik yag kasar, dan terutama terhadap pernyataan kaum klasik bahwa pendekatan tersebut menyebabkan timbulnya hokum-hukum yang kaku. metode yang digunakan para ahli ekonomi klasik bersifat deduktif. Dengan jalan memberikan uraian-uraian berdasarkan jumlah premis yang terbatas jumlahnya, dianggap mereka bahwa kesimpulan-kesimpulan logis yang ditarik berdasarkannya mempunyai validitas penuh.
Suatu metode merupakan jalan ke arah ilmu pengetahuan. Kaum klasik menggunakan sebagai premis, uraian-uraian yang dikemukakan mereka berdasarkan motif dasar manusia, berupa kepentingan diri sendiri, akan tetapi dalam bentuknya yang sempit. Semua ahli-ahli ekonomi kaum klasik secara eksplisit, menerima filsafat utilitarian dan metode yang digunakan mereka didasarkan atasnya. Dapat pula ditambahkan bahwa metode deduktif pada analisis ilmiah berpangkal pada suatu pendapat tertentu, (missal dalam ilmu ekonomi, berdasarkan dalil bahwa : “subyek ekonomi berusaha mencapai tujuan tertentu, dengan pengorbanan seminimal-minimalnya”); hingga perubahan yang dikemukakan merupakan suatu penguraian - yakni suatu tindaka deduksi- dengan cara yang logis, yang didasarkan atas dalil dasar tersebut. Deduksi tersebut  didasarkan atas asa identitas, yakni berdasarkan anggapan, bahwa apabila dua hal sama dengan hal ketiga, maka ketiga hal masing-masing harus sama satu sama lain (artiya bila A=B dan B=C maka A=C). Hal tersebut dengan demikian merupakan suatu pengaturan logis dari tiga pendapat yang juga dinamakan silogisme.



Akan tetapi menurut mashab Historis, pengalaman sejarah menunjukkan bukti-bukti adanya diversitas besar motif-motif manusia, tradisi dan bentuk-bentuk organisasi ekonomi, hingga dengan demikian hal itu bertentangan dengan argument para ahli ekonomi klasik bahwa terdapat adanya hukum alamiah kehidupan ekonomi.
Mashab Historis berpendapat bahwa metode klasik adalah “Mekanis”. Rencana mashab Historis mengharuskan adanya suatu metode induktif, menurut metode mana sebab-sebab individual setiap fenomi pertama-tama diselidiki, agar dengan demikian dapat dicapai data, untuk mengadakan generalisasi, apabila hal tersebut dapat dilakukan.
Pada metode induktif orang berpangkal pada fakta-fakta tertentu, dan berdasarkannya diusahakan untuk mencapai hukum-hukum umum. Secara diam-diam orang menganggap disini bahwa pada gejala yang khusus terdapat hal umum. Tetapi janganlah dilupakan bahwa kebenaran anggapan tersebut perlu diuji berdasarkan penyelidikan berulang-ulang.
John Stuart Mill dalam bukunya : “System Of Logic” menunjukkan bahwa walaupun untuk ilmu pengetahuan ideal (yaitu ilmu pengetahuan yang khusus dikontruksi dalam alam pikiran manusia). Metode deduktif adalah satu-satunya metode yang paling tepat, maka ilmu-ilmu pengetahuan yang mempunyai hubungan tertentu dengan kenyataan, sekalipun mempergunakan metode deduktif, tidak dapat bekerja tanpa menggunakan metode induktif. Pada abad ke 19 timbul pertentangan-pertentangan tangan mengenai apakah dalam ilmu pengetahuan social umumnya, dan dalam ilmu pengetahuan ekonomi khususnya, akan digunakan metode deduktif atau metode induktif.
Di Jerman pertentangan metode (methodenstrijd) mencapai puncaknya pada diskusi yang dilakukan antara Karl Menger dan Gustav Schmoller. Sebenarnya setiap ilmu pengetahuan terus menerus memperbaiki, tetapi metode itu tidak dijadikan obyek penelitiannya, melainkan ilmu pengetahuan senantiasa berusaha untuk mencapai hasil-hasil baru.





Perbedaan antara metode induksi dan deduksi dapat dikemukan secara skematis.
Hasil gambar untuk gambar skema perbedaan metode induksi dan deduksi dalam mashab historis


Pengertian idealisering :
            Mengidealisir berarti membawa sesuatu gejala ke tingkat kesempurnaan tertinggi. Hal tersebut dilakukan guna menujukkan suatu gejala dalam bentuk yang paling murni. Sesuatu yang sempurna adalah sederhana, hingga dengan demikian lebih mudah di pahami.
            Mengidealisir sesuatu juga merupakan suatu alat pembantu, guna lebih memahami gejala tertentu. Hal tersebut dinamakan pula tindakan “menstilir”.
            Dalam rangka mencari hukum-hukum ekonomi, ilmu ekonomi menggunakan macam-macam tipe ideal.
            Tipe ideal yang banyak digunakan anatara lain :
  1. Manusia yang bertindak menurut asas rasionalitas obyektif;
  2. Manusia sebagai Homo Economicus;
  3. Teori-teori tahap (Stufentheorin).
                        Para penganut mashab Historis berupaya untuk menyusun berbagai skema,guna mencakup perkembangan ekonomi dari abad ke abad. Teori-teori demikian dikenal orang sebagai Stufentheorin. Berikut ini dikemukakan beberapa diantara teori-teori tahap yang terpenting.

  1. TEORI-TEORI TAHAP (STUFENTHEORIEN)
a.      friedrich List membedakan fase-fase sebagai berikut :
Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan di Inggris.Dengan demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah :
I.                 Fase dimana terdapat adanya pengembala
            Ini adalah bentuk kegiatan manusia yang paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah bahan makanan, yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat dibagi dua, yaitu: (i) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan (ii) yang berasal dari hewan. Pangan nabati pada tahap ini dapat diambil begitu saja dari alam tanpa perlu bersusah payah menanam dan apalagi memprosesnya. Sementara pangan hewani diperoleh dengan cara berburu. Bila bahan pangan di suatu daerah habis, maka mereka akan mencari yang lain di tempat yang lain pula dengan membawa serta hewan yang masih mereka miliki atau belum habis dimakan. Dengan demikian mereka mempunyai pola hidup mengembara dan dengan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi kepada alam.
II.               Fase dimana terdapat adanya petani-petani
            Seiring dengan berjalannya waktu jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu kebutuhannya, khususnya kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut memerlukan route pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi yang semakin besar. Hal ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang semakin besar pula, sementara daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum berkembang dengan memadai terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara menemukan titik jenuhnya dan masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk memikirkan cara produksi alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha peternakan, maka tahap ketiga ini disebut pertanian.
III.             Fase dimana terdapat adanya pertanian dan industri secara berdampingan.
Di sektor pertanian ini terdapat, apa yang disebut dengan pengangguran musiman  (seasonalunemployment) . Seperti diketahui beberapa kegiatan pokok dalam suatu usaha tani antara lain adalah : pembenihan, pembersihan lahan, pengelolaan lahan sampai siap untuk ditanami, bertanam membersihkan rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman (menyiang), memelihara/ mengatur pengairan, melindungi tanaman dari ancaman ternak/ hewan lainnya seperti burung dan babi, panen dan kemudian pasca panen. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut terdapat waktu senggang yang kadang-kadang relatif panjang, misalnya periode antara sesudah bertanam atau menyiang sampai datangnya musim panen. Disamping itu di beberapa daerah atau belahan bumi seperti di Eropa, Jepang dan Cina bagian utara, karena kondisi cuaca dan iklim, maka kegiatan pertanian yang normal hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja dalam setahun. Maka dapat dipahami bahwa waktu senggang ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan lain dan yang terpenting diantaranya adalah membuat berbagai produk kerajinan tangan untuk keperluan rumah tangga yang dilakukan di rumah-rumah. Dengan demikian, lama kelamaan berkembanglah apa yang disebut dengan industri rumah tangga (home industry). Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
(a)    Barang anyaman seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b)   Barang keramik/ tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan tempayan,
(c)    Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d)   Peralatan pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau, parang, pedang, bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat sambilan, berskala keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu produksinya juga hanya untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor pertanian yaitu melalui perbaikan teknik produksi,  sehingga perekonomian memasuki memasuki tahap kedua yang bercirikan: pertanian yang semakin berkembang yang dilengkapi dengan industri manufaktur berskala kecil.
IV.            Fase dimana baik pertanian, industry maupun perniagaan telah berkembang.
Dalam jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya, sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan cara yang semakin efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu dengan dikenalkannya sistem persaingan yang mendorong berkembangnya spesialisasi baik antar pekerja maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat interpendensi antar pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong pertumbuhan sektor perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang perkembangan unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik dalam sektor pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
            ( Teori tahap List didasarkannya atas perkembangan yang dijumpainya di Amerika Serikat).
            List dalam hal mengemukakan teorinya bertujuan untuk menunjukkan bahwa Jerman sekitar tahun 1840 sebagian besar masih berada pada fase ke III.
            Guna menandingi industry Inggris yang sudah jauh lebih maju, maka pemrintah harus membantu industry dalam negeri dengan jalan mengadakan bea impor tinggi yang dinamakan Erziehungszolle. Argumen List ini, hingga kini terkenal dalam literature ekonomi internasioanl sebagai “infant industry argument”.
b.     Teori tahap Karl Bucher
Karl Bücher (16 February 1847 – 12 November 1930) adalah ekonom Jerman yang menyusun teori tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam teorinya, ekonomi berkembang dari kondisi sederhana yaitu dari Rumah tangga tertutup menjadi rumah tangga dunia. Ekonomi berasal dari isttilah Yunani “oikos” yang berarti rumah tangga, dan “nomos” yaitu aturan atau urusan. 
Karl Bucher mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
I.                 Tahap rumah tangga tertutup (die Stufe Der Geschlossene Hauswirtscaft”).
Adalah rumah tangga dimana alat pemuas kebutuhan ekonomi didapatkan dari hanya rumah tangga dan lingkungan disekitarnya. Interaksi ekonomi seperti penjualan barang dan jasa juga sangat terbatas. Tahapan ini terjadi pada masa awal peradaban hingga sekitar tahun 1000 M pada Abad Pertengahan.
II.               Tahap rumahtangga kota (die Stufe der Stadt und Umlandwirtschaft”).
Adalah rumah tangga dimana kegiatan ekonomi mulai berinteraksi dengan wilayah lebih lua. Rumah tangga tertutup berinteraksi dengan rumah tangga lain. Tempat terjadinya Interaksi adalah di pasar.
III.              Tahap rumahtangga Negara
Pada tahapan ini rumah tangga di kota saling berinteraksi dan menyebabkan timbulnya rumah tangga bangsa. Wilayah dari rumah tangga ini adalah satu negara, misalnya di Indonesia.
IV.            Tahap rumahtangga dunia (die Stufe der Volkswirtshaft).
            Seiring dengan berkembangnya globalisasi rumah tangga di negara-negara di dunia saling berinteraksi dan menyebabkan timbulnya rumah tangga dunia. Kegiatan ekonomi terjadi dengan proses ekspor dan impor antar negara.
            Inti teori tahap yang dikemukakan Bucher adalah sebagai berikut : Pada jaman dahulu di Jerman terdapat tanah-tanah pertanian luas, yang dinamakan Frohnhof (Di Romawi kuno terdapat apa yang dinamakan Latifundia). Frohnhof dimiliki oleh tuan-tuan tanah kaya, gabungkan diri di dalamnya, yang pada dasarnya berarti bahwa mereka tunduk terhadap kekuasaan tuan tanah tersebut. Tuan tanah menjamin keselamatan para petani kecil itu terhadap serangan dari musuh dan sebagai kontraprestasi dimintanya pajak dari mereka.
            Pajak umumnya berbentuk natura (yakni berbentuk misalnya gandum, ternak, anggur, dan sebagainya) dan kadang-kadang pula berupa jasa-jasa tenaga kerja. Perkembangan selanjutnya adalah bahkan lambat laun pembagian kerja makin meluas hingga akhirnya timbul macam-macam spesialisasi, misalnya ( pada zaman itu di Eropa) ada pandai besi yang menghususkan diri membuat alat-alat rumah tangga, ada pula yang menghususkan diri dalam hal pembuatan senjata. Dengan bertambah majunya pekerjaan tengan, makin berkembang pula perniagaan. Untuk kebutuhann perniagaan dibutuhkan tanah lapangan yang cukup luas.
            Lama kelamaan para pedagang menetap sekitar lapangan tersebut (marktplein), tindakan mana akhirnya juga diikuti oleh para pekerja tangan. Demikianlah gambaran mengenai terbentuknya kota pada waktu itu produksi dilakukan berdasarkan pesanan (op bestel ling). Demi menjamin mutu hasil pekerjaan didirikan oleh para pengusaha kota macam-macam gilde.
            Gilde adalah kumpulan produsen dalam macam-macam bidang kerajinan tangan. Ada dua golongan dalam gilde yakni para gilde meesters (ahli-ahli), dan para gezellen (para murid yang melalui suatu meestersproef (bukti kecakapan) pada suatu waktu mengharap mencapai gelar gildemeester. Peraturan gilde sangat ketat, hingga lambat laun timbul pertentangan antara para meesters dan para gezel.
            Lambat laun dengan dihapuskannya gilde, produksi kini ditujukan untuk pasar, untuk pembeli yang tidak dikenal. perniagaan makin meluas, hingga bukan saja meliputi perniagaan antara daerah, melainkan juga perniagaan antara Negara-negara. Karl Bucher mencoba menjelaskan bahwa Negara-negara akan berkembang kea rah rumah-rumah tangga Nasioanl. Jadi tidak ada kecenderungan perkembangan kea rah rumahtangga dunia.
c.     Teori tahap dari Hildebrand.
Hildebrand membedakan tiga tahap sebagai berikut :
I.                 Tahap Naturalwirtschaff ;
II.               Tahap Geldwirtschaft ;
III.             Tahap Kreditwirtschaft ;
Inti teori tahap Hildebrand adalah sebagai berikut :
Semula manusia primitive hidupnya sangat bersahaja. Apa yang dibutuhkannya diusahakannya sendiri (jadi apa yang diproduksi, dikonsumsi sendiri). Lambat lau hidup secara berdikari tersebut tidak dapat dipertahankan lagi, mengingat makin bertambhanya dan makin meluasnya kebutuhan manusia, dan makin meluasnya pembagian kerja. Timbullah hubungan tukar menukar secara barter, dimana B-B (B=Benda) benda langsung ditukar dengan benda lain.
Disebabkan oleh karena tukar menukar ini natura banyak menimbulkan kesulitan, maka akhirnya diketemukan orang uang yang dapat digunakan sebagai medium pertukaran hingga kini terlihat proses pertukaran sebagai berikut :
B – U – B = Benda – Uang – Benda. Lambat laun penggunaan uang dedesak oleh system pemberian kredit.



d.     Teori tahap dari schmoller
Ia membedakan lima tahap sebagai berikut :
                 I.          Tahap rumah tangga tertutup (Geschlossene Hauswirtschaft)
               II.          Tahap rumah tangga kota (Stadtwirtschaft)
             III.          Tahap rumah tangga, dimana daerah yang satu mempunyai hubungan ekonomi satu sama lain
            IV.          Tahap rumah tangga negara (Volkswirtshaft)
              V.          Tahap rumah tangga dunia (Weltwirtschaft).

e.      Teori tahap dari Eugen Von  Phillopovich
Seperti halnya  Karl  Bucher, dikemukakannya pula perbedaan
antara rumah tangga tertutup dan rumah tangga yang mengenal hubungan tukar menukar . Ia membedakan :
                I.             Rumah tangga yang terkait secara lokal
              II.             Rumah tangga yang terkait secara nasional
            III.             Rumah tangga dengan hubungan tukar menukar bebas
Hal  yang terkait meliputi seluruh rumah-rumah tangga dunia.

f.       Teori tahap dari Werner Sombart
                I.            Tahap prerkapitalisme, (Vorkapitalismus)
Dalam tahap ini kaum kapitalis maupun paham kapitalis belum dikenal masyarakat dalam tahap ini bekerja hanya memenuhi kebutuhan hidup sendiri dengan dasar kekeluargaan. Masyarakat umum bekerja pada sector pertaian yang kehidupanya masih bersifat statis.

              II.            Tahap kapitalisme yang mulai tumbuh (Fruhkapitalismus)
Dalam tahap ini masyarakat sudah mulai bersifat dinamis, manusia pada tahap ini sudah mulai mengenal uang serta mulai memupuk uang dan harta. Suasana yang sifatnya kekeluargaan mulai memudar dan sifat individualis mulai memasuki masyarakat.

            III.            Tahap kapitalisme yang sudah berkembang (Hochkapitalismus)
Kehidupan tahap ini mulai diarahkan untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin. Sehingga pada tahap ini kaum kapitalis atau kaum yang bermodal besar sudah mulai muncul, akibat munculnya kaum kapitalis  dalam tahap ini muncul kaum buruh atau pekerja kaum kapitalis menguasai alat-alat produksi dengan tujuan melakukan produksi secara besar-besaran.


            IV.            Tahap kapitalisme akhir (Spatkapitalismus).
Dalam tahap ini muncul kaum sosialis  bertujuan mensejahterakan bersama. Munculnya kaum sosialis akibat adanya kesenjangan kesejahteraan antara kaum kapitalis dengan kaum buruh. Dengan munculnya kaum sosialis maka peran serta pemerintah dalam pengedalian perekonomian mutlak dilakukan.
Inti teori tahap Werner Sombart adalah sebagai berikut : pada tahap Vorkapitalismus ini masyarakat menunjukkan sifat komuna listrik, masyarakat untuk bagian terbesar terdiri dari para petani yang menghasilkan apa yang dibutuhkan . tukar menukar masih bersifat barter. Di samping bertani, penduduk sebagian juga mengerjakan industri perumahan.
            Pada tahap friihkapitalismus, makin lama makin timbul pertentangan antara sifat kekeluargaan dan induvidualisme. Pembagian kerja yang makin meluas, menyebabkan bahwa orang-orang akhirnya melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kecakapan mereka masing-masing. Para pekerja tangan tergabung dalam macam-macam gilde. Perniagaan belum begitu berkembang, karena produksi masih di lakukan masih di lakukan pesanan.  (perhatikan persamaan antara tahap ini dengan tahap stadtwirtschaft dari karl bucher).
            Pada tahap ketiga (tahap hochkapitalismus) di samping golongan pedangang, pekerja tangan, serta para petani, timbul pula dua golongan baru yakni golongan pemilik modal yang memiliki alat-alat produksi, dan golongan hanya memiliki tenaga kerja mereka saja, yakni kaum buruh. Pada fase ini produksi di lakukan secara masal dengan alat-alat produksi yang termodern. Motif laba (profit motive) meluas di dalam lingkungan kaum bermodal. Perniagaan berkembang hingga akhirnya meliputi perniagaan internasional. Pada tahap yang dinamakan sombart fase spatkapitalismus, kepentingan pribadi harus mengalah terhadap kepentingan masyarakat.
            Produksi bukanlah di tujukan untuk mengejar laba maksimal, melainkan untuk mencapai peningkatan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat. Tukar menukar dikendalikan oleh negara. Dapatlah yang di terka  bahwa yang di maksud dengan tahap terakhir ini yaitu tahap sosialisme.
            Disamping stufentheorien (tradisional) yang telah di uraikan, pada waktu belakangan ini terdapat pula teori-teori yang juga secara tahap demi tahap mencoba menerangkan bagaimana negara-negara mencapai perkembangan dan pembangunan ekonomi. Antaranya terdapat :


g.     Tahap-tahap  pertumbuhan ekonomi dari W.Rostow
Dalam bukunya : “Stages  of economic growth” BAB II. Dimulainya dengan kata-kata sebagai berikut : “It is possible to identify all societies, in their economic dimensions, as lying within one of five categories :
                 I.          The traditional society
               II.          The preconditions for take off
             III.          The take off
            IV.          The drive to maturity
              V.          The age of high mass consumption
Keterangan  Rostow  adalah sebagai berikut :
            Pertama-tama terdapat masyarakat tradisional, pada masyarakat demikian terdapat  batas terdapat tingkat output yang dapat dicapai per orang, karena di sana potensi ilmu pengetahuan serta teknologi modern belum ada atau tidak diterapkan secara teratur serta sistematik. Pada masyarakat demikian bagian yang sangat besar dari sumber daya ekonomi di salurkan di bidang pertanian. Hubungan-hubungan keluarga dan hubungan suku berpengaruh dalam organisassi sosial.

            Dalam masyarakat tradisional dapat misalnya digolongkan dunia pre –newton; dinasti-dinasti di tiongkok ; eropa pada abad pertengahan.
            Tahap kedua, yaitu pertumbuhan ekonomi meliputi masyarakat yang berada dalam periode transisi, yakni periode dimana perkembangkan  prasyarat bagi take – of , pra syarat untuk  take-off  berkembang di Eropa Barat  pada akhir abad ke 17 dan permulaan abad ke 18.
            Di antara negara-negara eropa barat, inggrislah yang karena letak geografik yang menguntungkan, sumber daya alamiah, kemungkinan berniaga, struktur sosial dan politik merupakan syarat negara pertama yang sepenuhnya mengembangkan pra syarat untuk take off. Kerap kali sifat politis bersifat menentukan bagi priode transisi antara masyarakat tradisional dan take off.
            Tahap ke tiga yang dinamakan “take off” menurut Rostow adalah interrval dimana penghambat serta penghalang lama akhirnya diatasi selama periode take off, tingkat investasi efektif serta tabungan,dapat meningkat.  Dari katakan saja 5% dari jumlah pendapatan nasional, hingga 10% atau lebih. Selama fase “take off”, Industri-industri baru cepat meluas dan menghasilakan laba yang sebagian direinvestasi dalam bentuk pabrik-pabrik baru, dan industri-industri baru tersebut kembali lagi menstimulir ekspansi selanjutnya. Periode take off bagi jepang terjadi pada akhir abad ke 19. Rusia dan kanada mencapainya pada tahun-tahun sebelum 1914 ; sedangkan india dan R.R.C. pada tahun 1950 telah melaksanakan periode take off mereka.          
Fase drive to maturity, menunjukkan bahwa kurang lebih 10 hingga 20% dari pendapatan nasional diivestasi secara kontinu, hal mana menyebabkan bahwa output yang di capai melebihi jumlah pertambahan penduduk.perekonomian yang bersangkutan mencapai tempatnya pada perekonomian internasional: barang-barang yang didahulu diimport, kini diproduksi pada negara sendiri. Terlihat kecenderungan pergeseran fokus dari industri batu bara, besi dan industri barat ke arah pembuatan perkakas-perkakas, mesin, bahan kimia dan alat-alat perlengkapan listrik.
            Maturity (kedewasaan) dapat didefinisi sebagai suatu tingkat, dimana suatub perekonomian menunjukkan kapisitas untuk bergerak, melampaui industri-industri semula yang mendorong take offnya, dan untuk menyerap serta menerapkan efisien hasil-hasil akhir teknologi modern.
            Fase “ age of high mass consumstion”. Pada tahapini melalui proses politis, negara-negara barat melakukan pilihan untuk menyalurkan lebih banyak sumber daya ekonomi ke arah sejahteraan sosial dan jaminan sosial. Dapat dikatakan bahwa semua teori pembangunan, menghubungkan perambahan dalam pendapatan perkapital, dengan empat faktor pokok yaitu :
a)     Akumulasi modal
b)     Pertumbuhan penduduk
c)     Penemuan sumber daya baru dan
d)     Kemajuan teknologik.
Keempat factor mempunyai antar hubungan erat satu sama lain.
C.  TEORI-TEORI MENGENAI UANG
A. Masalah uang
Teori uang berusaha untuk memecahkan masalah uang. Pada masalah uang dapat kita bedakan :
a.      Masalah kualitatif statik, yang memukakan persoalkan : apakah hakekat dari uang ?”. sehubungan dengan itu pula : “apakah yang menimbulkan nilai pada uang?”. Jadi, disini dipersoalkan sifat dan hakekat dari uang.
b.     Masalah kuantitatif dinamik, yang mengemukakan persoalan : “apakah yang menyebabkan timbulnya perusahaan-perusahaan dalam nilai uang?”. Masalah tersebut bersifat kuantitatif, disebabkan oleh karena di persoalkan kuantum nilai yang tercangkup dalam kesatuan uang, dan pula bersifat dinamik oleh karena itu selidiki perubahan-perubahan terhadap nilai uang, akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan ekonomik.


Soal keuangan bertalian erat dengan seluruh kehidupan ekonomi, organisasi keuangan serta kredit, serta luasnya sirkulasi uang, mempunyai arti besar bagi produksi, pembentukan modal, perniagaan luar negeri, pembentukan pendapatan dan terutama kelangsungan konyungtur.
B. George Knapp
Dalam bukunya “Staatliche Theorie des Geldes” (tahun 1905) Knapp mengikuti tradisi Mashab Historis. Kalimat pertama bukunya berbunyi sebagai berikut :                  “Money is a Creature Of The Legal Order”.
Menurut Knapp maka sebelum Pemerintah melakukan intervensi dan menyatakan alat tukar sebagai alat pembayaran yang sah, maka uang mencapai nilainya hanya dari pada bahan yang di gunakan untuk membuat uang tersebut. Kata Knapp lagi : “Das Geld ist ein Geschopf der Rechtsordnung. . . Eine theorie des Geldes kan daher nurrechtsgeschischichtsein”. Alat tukar menukar semula, berupa sepotong logam atau benda lain yang di timbang, dan yang kemudian di terima sebagai alat pembayaran dalam pertukaran dengan benda-benda lain. Knapp dalam hal ini mengatakan adanya suatu “pensatorische Zahlung”, yakni pembayaran baru dilakukan, setelah alat tukar yang bersangkutan di timbang. “Uang” barulah tercipta, bilamana Pemerintah menyatakan dengan proklamasi apa yang akan menjadi alat pembayaran. Uang demikian oleh karenanya mencapai suatu “Prokmatorische Geltung”.
Jadi uang diterima sebagai alat pembayaran, bukan karena uang tersebut mempunyai nilai karena bahannya, melainkan karena mempunyai kekuatan membeli yang ditetapkan Pemerintah. “Pernyataan” tersebut dapat dilihat pada cap, yang di cantumkan Pemerintah pada uang logam atau uang kertas. Demikian uang tersebut adalah uang chartaal (charta = tanda). Maka kadang-kadang teori Knapp dinyatakan orang pula sebagai chartalisme.
Dapat dikatakan bahwa teori uang Georg Knappdengan demikian menghalangi dipelajarinya fungsi ekonomi dan sifat-sifat uang. Ilusi yang menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan uang, juga merupakan salah satu sebab tindakan-tindakan salah yang menimbulkan inflasi di Jerman setelah berakhir Perang Dunia I. Teori Knapp bukan bersifat ekonomik, melainkan yuridikn. Padahal suatu teori uang harus mempunyai fundasi ekonomik.


C. H. Frijda
            H. Frijda mengemukakan sebuah “Teori Hukum” mengenai uang, untuk menghadapi “Teori Kenegaraan” uang dari Knapp. Pendapatnya adalah sebagai berikut : Dalam hubungan tukar menukar, para subjek ekonomi menerima uang sebagai alat pembayaran, karena mereka mempunyai kepeercayaan terhadap Pemerintah. Dengan demikian kepercayaan terhadap hukum merupakan dasar sirkulasi uang.
            Teori hukum mengenai uang dari Frijda menyatakan bahwa hakekat uang disebabkan karena uang memberikan hak kekuasaan abstrak atas prestasi guna yang konkrit.
D. Teori Steuerfundation
Mereka yang menganut teori ini mengemukakan uraian sebagai berikut : Bilamana uang akan berfungsi sebagai alat tukar, maka uang harus disukai umum. Apakah sebabnya uang yang tak mempunyai nilai sebagai benda (uang kertas) yang dikeluarkan Pemerintah disukai umum ? Jawabannya adalah bahwa uang dapat digunakan sebagai alat untuk membayar pajak kepada Pemerintah. Orang mempunyai keyakinan bahwa Pemerintah senantiasa menerima uang yang dikeluarkannya sebagai alat pembayar pajak.
            Sayang sekali teori ini menghentikan uraiannya hingga titik ini. Sebab, kini timbullah persoalan mengapa Pemerintah suka menerima uang tersebut. Akhirnya uang itu dikeluarkannya kembali, sebagai alat tukar guna membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
            Bagi seorang ahli ekonomi tidaklah penting mengapa uang diterima sebagai alat pembayaran, dalam hubungan tukar menukar, melainkan mengapa sejumlah uang tertentu diterima sebagai alat pembayaran dan apa sebabnya kuantum tersebut dapat mengalami fluktuasi-fluktuasi (dengan perkataan lain yang di perlihatkan adalah masalah nilai uang).

  1. KAUM SOSIALIS KATHEDER
            Kaum sosialis katheder adalah para guru besar, yang dari mimbar (Katheder) mereka mengumandangkan pendapat-pendapat sosial baru, dengan tujuan agar dengan bantuan pemerintah dapat di peringan nasib orang-orang yang menderita. Kaum sosialis katheder berjuang untuk mencapai perundang-undang sosial, guna kepentingan para penderita sakit, kaum invalid, orang-orang yang sudah berusia lanjut, dan kaum penganggur.

            Di Jerman didirikan apa yang dinamakan : “Verein fur Sozial politik” (tahun 1873), yang menyebabkan cara berpikir seperti disebut diatas menjadi populer. Adolf Wagner bertindak lebih radikal, dengan jalan menurut dilaksanakannya sosialisasi perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sifat monopolistik mereka, mengeksploitasikan publik. Sebenarnya sosialisme katheder bukanlah merupakan sosialisme melainkan apa yang dinamakan “interventionisme”.
  1. PENYELIDIKAN STATISTIK DAN TEORI KONYUNGTUR
            Teori konyungtur dari Arthur Spiethoff mengikuti garis induktif riset, yang dasarnya diletakkan oleh Mashab Historis, dan secara lebih spesifik rencana riset konyungtur yang diselenggarakan oleh ahli statistik Prancis yang bernama Clement Juglar. Generalisasi menyebabkan Spiethoff melakukan penafsiran teoretik.
            Masa meningkatnya konyungtur menurut anggapan disebabkan karena penemuan-penemuan baru teknologik, dan di bukanya daerah-daerah penjualan baru, dan menurutnya konyungtur di sebabkan karena disproporsi antara nilai “modal nyata” mesin-mesin, serta alat-alat perkakas lainnya dan modal uang yang tersedia untuk membelinya. Disebabkan oleh karena mesin-mesin digunakan, serta dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama, maka sulit untuk mempraktikkan permintaan akannya, sebelum produksi modal nyata telah didorong untuk melampaui patokan biasa ; sedangkan di lain pihak pembentukan modal uang, dari tabungan agar berkurang karena meningkatnya upah pada fase kemudian periode “boom”. Dengan demikian harga produk industri berat turun dan hal ini menyebabkan tergantungnya seluruh sistem.
            Jadi,  pada Speithoff  masa “Hause” berakhir karena kekurangan modal. Memang di konstratir adanya faktor-faktor moneter. Akan tetapi faktor-faktor tersebut menduduki tempat ke dua, sebagai syarat-syarat pasif. Produksi menurut pendapatnya dicirikan oleh perubahan-perubahan dalam produksi barang-barang modal. Marilah kita memperlihatkan pandangan Speithoff (dan pihak lain) selanjutnya, mengenai berbagai fase gerakan konyungtur.
a.     Fase upswing
Baik Spiethoff maupun Cassel, beranggapan bahwa selama depresi dapat diakumulasi dana-dana, hingga pada permulaan hausse, ekspansi dapat berlangsung tanpa bantuan bank, walaupun kelak bantuan mereka mau tidak mau dibutuhkan.  

b. Fase krisis (Downturn)
Erwerbskapital Hal tersebut timbul karena kekurangan modal; bukanlah khusus dalam arti moneter, melainkan sebagai akibat disproporsionalitas, dalam produksi barang-barang tertentu. Hal tersebut merupakan akibat dari tabungan kurang dan konsumsi berlebihan.
Spiethoff membedakan empat macam benda yaitu :
1.     Benda-benda konsumsi ;
2.     Benda-benda konsumsi tahan lama dan yang semi tahan lama ;
3.     Benda-benda modal bertahan lama ;
4.     Bahan-bahan dasar guna menghasilkan benda-benda modal tahan lama.

(Guter des mittelbaren Verbrauchs).
            Dalam hal memproduksi benda-benda tersebut, maka selama “hausse” secara teratur timbul suatu disproporsionalitas, dalam arti bahwa di sini terdapat kelebihan, sedangkan di sana timbul adanya kekurangan. Pada sektor benda-benda tahan lama secara teratur timbul produksi berlebihan (baja, besi, semen). Hal tersebut mengimplikasi produksi berlebihan dalam “Guter des Mittelbaren Verbrauchs”. Pembentukan benda-benda tahan lama tersebut dimodali oleh Erwerbskapital.
            Di samping berkurangnya permintaan, dapat dijumpai adanya pertambahan dalam penawaran, karena banyak di antara alat-alat produksi tersebut digunakan untuk menghasilkan alat-alat produksi lain, (misalnya tanur-tanur tinggi). Dengan demikian penawaran meningkat secara progresif, terutama karena dipengaruhi dengan baik oleh peralihan dari metode produksi organik, ke metode produksi anorganik. Juga, jangka waktu produksi dan daya tahan memegang peranan penting (pada azasnya sudah dapat kita jumpa azas “akselerasi” pada Spiethoff).
            Kekurangan (the missing glove) modal investasi berupa kekurangan benda-benda fisik, inklusif alat-alat untuk bekerja, dan bahan-bahan untuk memeliharanya bagi para pekerja benda-benda komplementer. Tanpa hal tersebut benda-benda modal tidak dapat bekerja.
c. Fase drowswing.
            Spiethoff terutama menekankan faktor-faktor psikologik, yang banyak tergantung dari bagaimana cara hausse terdahulu berakhir. Juga proses konstruksi bersifat kumulatif. Faktor-faktor institusional juga memegang peranan penting, misalnya kekakuan harga-harga.


d. Fase up turn
            Fase ini dimulai oleh investasi-investasi yang bertambah, sebagai akibat biaya-biaya produksi yang menurun, di mana terutama bunga modal memegang peranan. Menurut Spiethoff di samping faktor-faktor tersebut masih terdapat stimulans dari luar (penemuan-penemuan, pembukaan daerah-daerah penjualan baru dan sebagainya), hingga dengan demikian bertambah kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai laba. Hal tersebut terutama dapat terlihat pada abad ke 19.
            Joseph Sehumpeter terutama menekankan “entrepreneur yang genius” yang lambat laun menarik para pengusaha lainnya. (Jadi terdapat persamaan antara Spiethoff dan Schumpeter, akan tetapi Schumpeter dalam teorinya tidaklah bertolak dari titik terrendah depresi melainkan dari titik keseimbangan).
e. Rythm and periodicity
            Tugan Baranowsky (seorang ahli ekonomi yang mendahului Spiethoff - 1894) mengibaratkan kehidupan ekonomi dengan sebuah mesin uap. Modal bebas setelah melaksanakan tekanan tertentu, mencari jalan ke arah kehidupan ekonomi, yang oleh karenanya mulai bergerak. Apabila hal tersebut sudah bekerja habis, maka industri akan kembali lagi pada posisinya yang bebas.
            Spiethoff menerangkan amplitude dari goncangan hasil kumulatif proses ekspansi dan kontraksi, yang untuk sebagian besar merupakan akibat faktor-faktor psikologik. Ekspansi berakhir karena penawaran tabungan serta modal tidak dapat diperkirakan. Permintaan dan penawaran modal tidak sama cepatnya. Penawaran ditaksir terlampau banyak.
            Pada masa pemulihan baik faktor-faktor eksogin maupun faktor endogin memegang peranan. Spiethoff di sini memberikan suatu titik pertemuan, bagi sebuah teori “einvestment cyle” yang bertolak dari fakta bahwa modal tetap, setelah jangka waktu tertentu harus diperbaharui.

  1. PANDANGAN MENGENAI TEORI SPIETHOFF
            Teori Spiethoff yang menyatakan bahwa sebab langsung krisis ekonomi bukanlah konsumsi kurang, melainkan konsumsi berlebihan, pada akhir masa “boom” tidaklah lengkap. Teorinya tidak lain dari suatu usaha untuk mencoba menerangkan satu fase kehidupan ekonomi.
            Spiethoff dengan jelas menyatakan bahwa fase “upswing” membutuhkan pekerja tambahan, serta modal uang tambahan. Dari manakah sumbernya? Pada sistem tradisional yang dikemukakan oleh teori Klasik, tidak terdapat modal menganggur, dan tidak terdapat pekerja yang menganggur, karena bunga modal dan upah naik turun sekitar titik di mana semua faktor-faktor produksi diserap.
            Spiethoff menyatakan bahwa krisis disebabkan adanya suatu disproporsi antara nilai modal nyata dan modal uang yang tersedia untuk membelinya. Akan tetapi apakah sebabnya suatu kenaikan dalam tingkat bunga modal tidak cukup menimbulkan modal uang tradisional ; dan apakah sebab turunnya harga modal nyata yang berhubungan dengan harga benda-benda konsumsi, tidak mengurangi penawaran, dan menaikkan permintaan, dan menimbulkan suatu keseimbangan baru ? pernyataa-pernyataan demikian bukanlah diajukan untuk menolak teori Spiethoff ataupun untuk memperinci teorinya, melainkan ditunjukkan olehnya bahwa dalam ilmu ekonomi tradisional tidak ada tempat untuk teori dinamik khusus ini mengenai konyungtur.
            Dibutuhkan suatu sistem dinamik teori ekonomi guna menerangkan fakta-fakta tersebut, yang dalam teori Spiethoff dianggap sebagai kausa dari krisis-krisis ekonomi.
            Penyelidikan statistik, (mengerjakan bahan-bahan fakta historik) sangat berkembang pada abad terakhir. Penyelidikan kuantitatif-pun makin berkembang. Perhatian terhadap data ekonomi secara eksak, dapat diterangkan berdasarkan fakta bahwa para ahli ekonomi modern makin memusatkan pikiran ke arah kemungkinan untuk memimpin dan mengubah bentuk kehidupan ekonomi. Selama dianut pendapat bahwa bekerjanya tenaga-tenaga dalam masyarakat secara bebas, akan menimbulkan kemakmuran maksimal, maka tidak perlu adanya penyelidikan secara statistik.
            Pada tahun tigapuluhan timbullah suatu metode penyelidikan ekonomi baru, yakni ilmu ekonometri, yang bertujuan untuk mengetes secara statistik teori ekonomi setelah dituang dalam bentuk matematik.

  1.  KAUM INSTITUSIONALIS
            Pada permulaan abad ini di bawah pimpinan seorang ahli ekonomi yang bernama Thorstein Veblen, timbullah di Amerika Serikat aliran institusionalis dalam teori ekonomi, aliran mana hingga tingkat tertentu dapat dibandingkan dengan mashab Historis.
            Kaum institusionalis bukanlah menyerang ketetapan formal logis dari teori ortodoks, melainkan mereka beranggapan bahwa anggapan dasar yang merupakan landasan teori tersebut, tidak cukup sesuai dengan realita.
            Veblen beranggapan bahwa perlu dibedakan keinginan pertama instinktif, guna memelihara kesejahteraan golongan yang dinyatakannya sebagai “the parental bent”; dorongan untuk melaksanakan sesuatu yang doelmatig, yang dinyatakannya sebagai “the instinct of workmanship”, dan akhirnya dorongan untuk mencapai pengetahuan yang dinamakannya “idlecuriosity”. Tepatlah anggapan Veblen yang menyatakan bahwa oleh karena persaingan bebas dalam masa modern, makin lama makin diganti oleh monopoli maka teori ekonomi janganlah hanya dibangun berdasarkan premis-premis persaingan bebas.
            Hervey peck salah seorang diantara kaum institusionalis modern berusaha mencari hubungan antara keadaan ekonomi dan sosial dalam macam-macam periode waktu, dan teori-teori yang timbul pada periode tersebut.dapat dikemukakan bahwa mashab institusional kadang-kadang juga dinamakan mashab realis.
Buku-buku Veblen yang terkenal antara lain: “ the teory of the leisure class” (1899), “the teory of business enterprise” (1904) tema bukunya yang pertama, adalah bahwa standar-standar sosial yang mendeterminasi kelakuan pada kapitalisme barat, sekalipun dengan embel-embel modern, pada intinya tidak banyak berbeda dengan apa yang mencirikan masyrakat barbar. Tanda “pangkat tinggi” pada kedua jenis peradaban adalah “pembebasan dari pekerjaan industrial”.
            Para penguasa barbar terdiri dari ahli perang atau pendeta. Status yang dicapai mereka bukanlah berdasarkan karya-karya produktif, melainka karena usaha merampok. Sifat-sifat aristokratik adalah sama pada waktu sekarang seperti pada waktu dahulu – yakni kekejaman, system klik, sikap pura-pura dan penggunaan kekuasaan dan penipua-penipuan.
            Aristokrat-aristokrat modern yang berkecimpung dalam bidang permodalan dan usaha raksasa, juga menunjukkan sifat-sifat sama. Perbedaan pokok klas penduduk lebih tinggi, adalah bahwa aktivitas mereka tidak berguna sama sekali di pandang dari sudut rakyat biasa. Tanda mereka sudah mencapai sukses dalam kehidupan adalah pengeluaran berlebihan, yang sebenarnya bukanlah memenuhi kebutuhan nyata. melainkan merupakan tanda prestise. (Apabila menggunakan istilah lain yang lebih dikenal dalam ilmu ekonomi, maka yang rupanya dimaksudkan oleh Veblen adalah  “De monstration effect)”.
            Contoh-contoh yang dikemukakan veblen adalah sebagai berikut: pakaian serba luks dan halus, yang tidak dapat digunakan untuk pekerjaan berat, istri yang dihiasi perhiasan mahal, makanan yang serba mewah atau pelajaran-pelajran yang tidak berguna merupakan “conspicious waste” (pemborosan yang menyolok) dan “conspicious consumption” (konsumsi yang menyolok).
            Industri yang menggunakan tekhnologi yang komplek, merupakan suatu metode yang efisien guna menghasilkan benda-benda yang diburtuhkan orang-orang. akan tetapi perusahaan tidaklah sama dengan industri; sebaliknya perusahaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan sebagian dari proses industrial, hingga dapat dicapai banyak uang dari padnya. “membuat” uang sangat berbeda dibandingkan dengan membuat benda-benda; kedua proses kerapkali bertentangan satu sama lain.
            Orang yang dapat mencapai uang, seringkali adalah orang yang membatasi produksi, melenyapkan persaingan, mengurangi efisiensi, mengacaukan kulitas produk. aktivitas orang-orang demikian dalam usaha mencari laba, dengan metode-metode tersebut membawakan sebagai hasil, fraude (penipuan) terhadap konsumen, dan para penanam modal kecil; mereka menimbulkan keadaan panik, depresi industrian dan pengangguran.
            Karena laba yang dikejar maka para captains of industry takut terhadap overproduksi benda-benda, yang walaupun sangat berguna bagi para konsumen, dapat menyebabkan bahwa harga-harga aka turun, hingga di bawah tingkat dimana laba maksimal dapat dicapai. Guna mencegah hal tersebut, maka biasanya para pengusaha melaksanakan tindakan-tindakan “ sa bo tase kaapitalistik “. Misalnya mereka menghentikan pekerja-pekerja atau menutup perusahaan-perusahaan mereka, apabila harga turu terlampau rendah, hingga demikian mereka menghalagi produktivitas proses mesin modern.
            Bagi Thorstein veblen konflik dasar dari kapitalisme bukanlah antara kaum buruh dan kaum kapitalis dalam arti Marxis, melainkan antara keinginan-keinginan produktif dan keinginan mencapai laba yang masing-masing merupakan komponen pokok dari orde kapitalistik. bagi veblen keinginan untuk menghasilkan yang bukan didorong oleh laba, merupakan suatu kecenderungan manusia yang bersifat alamiah, yakni apa yang dinyatakannya sebagai “instinct of  workmanship” yang sering kali ditekan oleh usaha untuk mencapai laba.

BAB III
PENUTUP
  1. KESIMPULAN
            Mashab historis mudalah yang menentang metode serta teori klasik. mereka menentang metode abstraksi, dan perkataan historis menunjukkan disini bahwa  ilmu pengetahuan ekonomi dalam instansi pertama, harus mengenal fakta-fakta dalam periode tertentu dan pada tempat tertentu.
            Jadi ciri tipis bagi mashab historis lama adalah pemikiran mengenai tahap-tahap (stufengedachte), sedangkan tipis bagi mashab historis muda adalah penyelidikan empirik. pemimpin mashab historis adalah Schmoller. ilmu ekonomi klasik menurutnya didasarkan atas fakta yang terlampau sedikit jumlahnya. ilmu ekonomi harus mempunyai cukup data, perihal realita.
            Schmoller terkenal sehubungan dengan pertentangan mengenai metode dengan K.Menger, pertentangan dimenangkan oleh menger pada dasarnya merupakan pertentangan antara metode induktif dan deduktif. metode induktif membuat urian berdsarakan soal-soal khusus kearah yang bersifat umum, sedangkan metode deduktif berpangkal pada sejumlah asumsi, yang dicapai berdasarkan realita, dan dari padanya dicapai sebuah teori.
             Mashab histori muda menentang”laiser faire”. mereka mengajukan apa yang dinamakan intervensionisme (schmoller, brentano dan sebagainya). hal tersebut terjadi sewaktu penyelidikan mengenai fakta-fakta dilakukan mereka, maka dijumpai keadaan-keadaan sosial buruk.
            Maka itu rencana mereka mencakup antaranya:
1.     Pajak progresif;
2.     Undang-undang perburuhan;
3.     Undang-undang perumahan.
             Politik ekonomi interventionisme tersebut kadang-kadang acara mencemoohkan dinyatakan sebagai sosialisme katheder. Ada lah tipis bahwa terdapat dua penganut Mashab historis mudah yakin Max Weber dan Werner Sombart yang secara radikal menentang Ekonomi normative. Weber menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengalihkan tanggungjawabnya mengenai politik ekonomi mengenai ilmu pengetahuan. Boleh dikatakan bahwa pengaruh Weber dan Sombart sangat besar, di sebabkan oleh karena sesudah mereka ilmu ekonomi murji paling banyak mencapai penganut,
            Prof. Lambers mengumumkan pendapat bahwa masahab Historis lama merupakan suatu sintesis antara Mashab Klasik dan Mashab mereka menunjukkan bahwa keteraturan tersebut tidak sama untuk semua waktu,. Mereka melihat adanya suatu arus perkembangan dalam masyarakat, dan hal tersebut dinyatakan mereka dalam apa yang di namakan stufentheoiren.
            Apabila kita memperhatikan tulisan-tulisan Karl Marx, maka kita dapat menjumpa adanya persamaan dengan mashab Historis Lama yakni ide perkembangannya.
            Stark menamakan Karl Marx : pemimpin Historisme yang pertama mengemukakan sebuah Stufentheorie adalah FRIEDRICHLIST dalam bukunya “Das Nasiaonale System der Politischen Oeko-nomie.List”menyerang kosmopolitisme Mashab Klasik. Dalam ilmu ekonomi mereka mengenai  “Wealth”  mereka tidak memperhitungkan sifat-sifat tipis suatu Negara. Maka itu ia menonjolkan “ Nationale System” nya.Didalam di masukkannya sebuah teri tenaga-tenagaproduktif. Tahap-tahap perkembangannya di dasarkannya atas keadaan di jerman.
            Di antara pihak yang mengajukan stufentheorie dapat di kemukakan : Hildebrand, karl Bucher, Schmoller, Werner sombart, Eugen von Philopovich. Eugen dalam bukunya “ Die Grundlagen der 118 nationale oekonomie” mengeritik para teoritisi “ Stufen”, dan menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai pandangan tepat mengenai orde ekonomi.
Sebab-sebab timbulnya Mashab Historis
            Prof. de Vries menerangkan timbulnya Mashab Historis berdasarkan “ Die Arbiterfrage”, yakni masalah baru, yang pada bagian terakhirpada abad ke 19 merupakan persoalan yang hangat. Studi mengenai hal tersebut menyatakan di lakukannya penyelidikan ke arah fakta-fakta.

1.     Ditentangnya wetmatigheid ekonomik otonom
Yang di maksud dengan otonom-otonom ilmu pengetahuan ekonomi, yaitu
factor bahwa kita dapat merumuskan hokum-hukum ekonomi umum, yang tidak tergantung pada organisasi masyarakat, dan tidak tergantung dari motif-motif tindak-tanduk manusia. Dengan di tentanganya “homo economicus”, yakni manusia yang hanya bertindak berdasarkan kepentingan sendiri, maka mashab Historis juga menentang azas pikiran wetmatigheid ekonomi otonom. Hal tersebut sebenarnya salah.
            Ilmu ekonomi modern juga tidak menggunakan konsep” homo economicus”.Kita berpangkal pada manusia, dengan sifatnya sebagai manusia yakni skala-skla profensinya diketahui oleh kita. Dibelkangnya terdapat suatu kompleks motif-motif yang tidak mampu kita persoalkan.
            Seorang ahli ekonomitidak akan menghiraukan misalnya mengapa seorang membeli bunga. Kita hanya berpangkal sebagai asaz bahwa sikonsumen berusaha untuk mencapai pemuasan kebutuhan maksimal. Akan tetapi tidak menggunakan konsep “ Homo economicus”janganlah kita membuang asaz pikiran Wetmatigheid ekonomik atonom.
            Selalu dan dimana-mana saja manusia menghadapi masalah pembagian alat-alat pemeneuhan kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbata. Dari padanya dapat di dukasisejumlah Wetmatigheden yang bersifat otonom.

2.     Ditentangnya metode abstraksi
Metode ini di bela dengan baik sekali oleh Menger, terhadap tantangan  schmoller.Menger telahmenunjukkan bahwa pokok pertentangan adalah obyek penyelidikan kita. Perhatian kita dapat di tunjukkan kearah pengetahuan mengenai keteraturan, atau dengan perkataanlain soal “ Generelle” dalam Gjala-Gejala atau kerah yang khusus yakni soal “Enmeligh” . Hal tersebut membawakan suatu perbedaan dalam pengurainnya.
            Jadi, perhatian kaum Historis ditujukan pada hal yang khusus, hingga orang sampai pada metode pekerjaan detail yang bersifat menerangkan atau penvgumpulan fakta. Marshall telah menunjukkan bahwa senantiasa akan terdapat suatu aliran Historik di samping suatu aliran teoritik.










DAFTAR PUSTAKA
Lihat Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Grafindo Persada,
2009. h.128-129.

Winardi, Sejarah Perkembangan ilmu ekonomi, 1987
www.ekonomikontekstual.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar