KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
izin-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Perkembangan Peserta Didik.
Makalah ini berjudul “Perkembangan
Konsep Diri”. Dalam makalah ini di jelaskan mengenai pengertian konsep diri,
dimensi konsep diri, faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, perkembangan
konsep diri remaja, karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA), konsep diri dan
perilaku, konsep diri dan prestasi belajar.
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari Pembaca untuk melengkapi kekurangan makalah ini guna penyusunan
makalah selanjutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat
bermanfaat bagi Pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Bangkalan, 16
Mei 2017
Penulis
Konsep
diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir, ketika kita lahir, kita tidak
memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak
memiliki pengharapan apa pun terhadap diri kita sendiri. Konsep diri terbentuk
melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Konsep
diri adalah pandangan atau kesan individu terhadap dirinya secara
menyeluruh yang meliputi pendapatnya tentang dirinya sendiri maupun gambaran
diri orang lain tentang hal-hal yang dapat dicapainya yang terbentuk melalui
pengalaman dan interpretasi dari lingkungannya.
Kini, di saat pendidikan menjadi tulang punggung untuk menciptakan
individu yang berkualitas, pembentukan konsep diri positif pada anak didik
adalah suatu hal yang tak dapat ditinggalkan, yang harus dilakukan secara
kontinyu dan menyeluruh pada setiap tahapan perkembangan anak didik. Di luar
rumah, aktivitas kelas dan lingkungan sekolah memberikan warna terhadap
pembentukan imdividu anak didik, yang dalam prosesnya peran guru adalah sangat
vital. Keberhasilannya sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya kesadaran,
kemauan dan kreativitas guru untuk mengintegrasikan pembentukan konsep diri
yang positif ke dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan latarbelakang diatas,
maka timbul perumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud
dengan konsep diri?
2. Apakah
dimensi-dimensi dari konsep diri?
3. Apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri?
4. Bagaimana
karakteristik konsep diri remaja (SMP-SMA)?
5. Bagamanakah
peran konsep diri dalam menentuka perilaku?
6. Bagaimanakah
hubungan antara konsep diri denga prestasi belajar?
7. Bagaimana Implikasi Perkembangan Konsep Diri
Peserta Didik terhadap Pendidikan?
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud
dengan konsep diri.
2. Untuk mengetahui dimensi-dimensi
dari konsep diri.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri.
4. Untuk mengetahui konsep diri remaja
(SMP-SMA).
5. Untuk mengetahui konsep diri dalam
menentuka perilaku.
6. Untuk mengetahui hubungan antara
konsep diri denga prestasi belajar.
7. Untuk Mengetahui Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan.
Banyak
pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006: 138)
mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference)
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agustiani (2006: 138) menjelaskan bahwa
konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan
lingkungan. Konsep diri juga berarti kumpulan keyakinan dan persepsi diri
mengenai diri sendiri yang terorganisasi. Konsep diri merupakan pemahaman
individu terhadap diri sendiri meliputi diri fisik, diri pribadi, diri
keluarga, diri sosial, dan diri moral etik, emosional aspiratif, dan prestasi
yang mereka capai.
Konsep
diri merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat penting
dipahami oleh seorang guru. Hal itu karena konsep diri merupakan salah satu
variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu, sudah
seharusnya memahami tentang konsep diri anak didiknya, bagaimana
perkembangannya, bagaimana hubungan konsep diri dengan perilaku dan bagaimana
pengaruh konsep diri terhadap prestasi (Syarif, 2015 : 120).
Hurlock
(dalam Gufron, 2011: 13) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran
seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik,
psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Konsep
diri juga berarti gambaran tentang dirinya sendiri dalam bandingannya dengan
orang lain. Konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui
proses internalisasi dan organisasi pengalaman-pengalaman psikologis.
Pengalaman-pengalaman psikologis inimerupakan hasil eksplorasi individu
terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri yang diterima
dari kebanyakan orang di lingkungannya.
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Definisi lain menyebutkan
bahwa Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai
dirinya sendiri. Hal ini meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup,
kebutuhan dan penampilan diri. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan
individu tentang dirinya sendiri yang dapat bersifat psikologis, sosial dan
fisik.
Adapun
pengertian konsep diri menurut para ahli adalah sebagai berikut.
a)
Rini (2004 : 12) konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak
masa pertumbuhan seorang manusia sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dari
lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa
dirinya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
b)
Menurut Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evolusi bidang tertentu dari diri sendiri. Atwater (1987) menyebutkan
bahwa konsep diri adalah keseluruhan konsep diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirnya. Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk (dalam
Syarif, 2015 : 120) yaitu :
1)
Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yakni bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.
2)
Ideal self, yatu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan
seseorang mengenai dirinya.
3)
Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Para ahli psikologi juga berbeda
pendapat dalam menetapkan dimensi konsep diri. Namun secara umum, sejumlah ahli
menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang
berbeda-beda. Paul J. Centi menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan
istilah : dimensi gambaran diri (self-image), dimensi penilaian diri (self-
evaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal).
Sedangkan Calhoun dan Acocella
(Syarif, 2015 : 121) menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri, yaitu :
dimesi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi penilaian. Pengetahuan. Dimensi pertama pada
konsep ini adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan
mengenai gambaran diri sendiri. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan
membentuk citra diri. Gambaran diri tersebut merupakan kesimpulan dari :
pandangan kita dalam berbagai peran yang kita pegang, seperti sebagai orang
tua, suami atau istri, karyawan, pelajar; pandangan kita tentang watak
kepribadian yang kita rasakan yang ada pada diri kita; dan berbagai
karakteristik yang kita lihat melekat pada diri kita sendiri.
Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah harapan atau diri yang
dicita-citakan. Cita-cita diri terdiri atas aspirasi, harapan, keinginan bagi
diri kita, atau menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Harapan atau
cita-cita diri akan membangkitkan kekuatan yang mendorong kita menuju masa
depan dan akan memadukan aktivitas kita dalam perjalanan hidup kita. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri
adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri
merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
Joyce (2004 : 125) menyebutkan
bahwa konsep diri terbentuk dari gambaran diri (self image) yang pembentuknya
melalui proses bertanya pada diri sendiri,
· “Siapakah saya?”
· “Apa peran saya dalam kehidupan?”
· “Bagaimana nilai-nilai yang saya anut?”
· ”Baik atau buruk?”
· “Ingin jadi seperti apa saya kelak?”
Jawaban atas pertanyaan tersebut
akan membentuk dari konsep diri yang kemudian membentuk penghayatan terhadap
nilai diri. Proses bertanya pada diri sendiri tersebut merupakan proses untuk
mengenal diri kita. Bila kita telah menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan
tersebut maka kita akan lebih mudah menemukan konsep diri kita dan
mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan konsep diri yang kita miliki.
Pada diri seseorang konsep diri
berkaitan dengan pandangannya terhadap :
· Keadaan fisik (seperti bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, kondisi
sehat dan sakit).
· Aspek psikis (meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki)
· Aspek sosial (meliputi bagaimana perasaan individu dalam lingkup
perannya di lingkungan, penilaian terhadap peran, dan kemampuan sosialisasi)
· Aspek moral (bagaimana memandang baik dan buruk, apa yang boleh dan
tidak boleh, nilai-nilai agama, peraturan atau nilai-nilai masyarakat).
· Mengenali kemampuan yang dimiliki, kelebihan dan kekurangan.
· Tujuan dan rencana hidup, serta harapan-harapan pribadi.
· Aspek seksual (meliputi identitas seksual, jenis kelamin, orientasi
seksual)
3.
Penilaian
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita
terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita
tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
Menurtu Calhoun dan
Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita
sendiri, menilai apakah kita bertentangan:
a)
Pengharapan bagi diri kita
sendiri (saya dapat menjadi apa),
b)
Standar yang kita tetapkan bagi
diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
Hasil dari penilaian
tersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa
besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang hidup dengan standar dan
harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang
sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya akan memiliki rasa rasa harga
diri yang tinggi (high self-esteem).
Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari satndar dan harapn-harapannya akan
memiliki rasa harga diri yang rendah (low self esteem). Dengan demikian dapat
dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri, serta harga
diri seseorang
Konsep diri
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu
akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya. Banyak kondisi
dalam kehidupan remaja turut membentuk pola kepribadian melalui pengarhnya pada
konsep diri seperti perubahan fisik, dan psikologi pada masa remaja. Beberapa
faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja, yaitu (Syarif, 2015 : 126) :
1.
Usia Kematangan. Remaja yang matang lebih awal,
yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri
yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.
2.
Penampilan Diri. Penampilan diri yang berbeda
membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang menambah daya tarik
fisik.
3.
Nama dan Julukan. Remaja peka dan merasa malu
bila teman-teman sekelompoknya menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang
bernada cemoohan.
4.
Hubungan Keluarga. Seorang remaja yang mempunyai
hubungan yang erat dengan seseorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan
diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
5.
Teman-teman Sebaya. Teman sebaya mempengaruhi
pola kepribadian remaja dalam dua cara, yaitu konsep diri remaja merupatan
cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya, dan ia berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui olek kelompok.
6.
Kreativitas. Remaja yang semasa kanak-kanak di
dorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas yang memberi memberi pengaruh yang baik
pada konsep dirinya.
7.
Cita-cita. Bila remaja mempunyai cita-cita yang
realistik tentang kemampuannya akan lebih banyak mengalami keberhasilan. Ini
akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang
memberikan konsep diri yang lebih baik.
Burns (dalam Nuryoto, 1993 : 54)
menyebutkan bahwa secara garis besar ada lima faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri, yaitu :
1.
Citra fisik, merupakan evaluasi terhadap diri secara fisik.
2.
Bahasa, yaitu kemampuan melakukan konseptualisasi dan verbalisasi.
3.
Umpan balik dari lingkungan.
4.
Identifikasi dengan model dan peran jenis yang tepat.
5.
Pola asuh orang tua.
Sedangkan Hurlock yang
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri di
antaranya adalah :
· Fisik.
· Pakaiannama dan nama panggilan.
· Intelegensi
· Tingkat aspirasi.
· Emosi.
· Budaya.
· Sekolah dan perguruan tinggi.
· Status sosial ekonomi, dan keluarga.
Menurut Lerner dan Spanier (dalam Nuryoto, 1993 : 58), perkembangan
seseorang selain ditentukan oleh kondisi dirinya, juga dikaitkan dengan
kehidupan kelompok dalam lingkungan masyarakatnya pada setiap tahap
perkembangan yang dilaluinya.
Menurut Phomi Otari (2013 : 24)
menyebutkan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
yaitu sebagai berikut.
1.
Usia. Adaya
perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan dibentuk. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang
sehingga akan semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan
menentukan bagaimana persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya
turut juga berpengaruh dalam mempersepsi dirinya.
2.
Peran seksual adalah
pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-laki ataukah perempuan. Peran
seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu berarti, peran
seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep
diri anak.
Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang
mempunyai beberapa saudara laki-laki, dapat dimungkinkan bahwa lambat laun akan
berperilaku seperti layaknya laki-laki, bahkan konsep dirinya juga dibangun
dalam kerangka konsep laki-laki.
3.
Keadaan fisik merupakan
faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya bagi seorang wanita. Ini
disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting dalam pembentukan konsep
diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya
mengenai tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan
mempengaruhi konsep diri secara tidak langsung. Dengan kata lain, proses
evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada norma sosial dan umpan balik dari
orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik seseorang baik dari
diri sendiri maupun dari orang lain sangat membantu perkembangan konsep diri
yang positif.
4.
Sikap-sikap orang di lingkungan
sekitarnya. Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep
diri ditentukan oleh interaksi yang terbentuk antara individu dengan lingkungan
sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut.
Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri
indvidu. Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya
menunjukkan penerimaan maka individu merasa diterima dan akan membantu
perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi jika umpan balik yang
diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan, individu akan
merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep diri
yang negatif.
5.
Figur-figur bermakna. Banyak
figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya memberi pengaruh pada
dirinya, baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku yang kemudian
diinternalisasikannya. Figur-figur tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa
dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri. Figur bermakna biasanya orang
yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi orangtua, angota keluarga,
guru, teman, pacar dan tokoh idola.
D. Perkembangan Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
a.
Abstract and idealistic
Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat
gambaran tentang diri mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.
b.
Differentiated
Konsep diri remaja bisa menjadi semakin
terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin
untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin
terdiferensiasi.
c.
Contradictions within the self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam
sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi
antara diri-diri yang terdeferensiasi ini.
d.
The Fluctiating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada
gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu
yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan
hingga masa di mana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih
utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa
dewasa awal.
e.
Real and Ideal, True and False Selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan
diri ideal mereka di samping diri yang sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari
adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan kognitif dan adanya perbedaan yang terlalu jauh
antara diri yang nyata dengan diri ideal menunjukkan ketidakmampuan remaja
untuk menyesuaikan diri.
f.
Social Comparison
Remaja lebih sering menggunakan social comparison
(perbandingan social) untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Namun, kesediaan
remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena
menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan
remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena
menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan.
g.
Self-Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan
anak-anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman diri mereka.
h.
Self-protective
Remaja
juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam upaya
melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam
diri mereka.
i.
Unconscious
Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa
komponen yang tidak disadari termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang
disadari. Pengenalan seperti ini tidak muncul hingga masa remaja akhir.
Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-aspek tertentu dari
pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control mereka
dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
j.
Self-integration
Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi
lebih terintegrasi, dimana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik
menjadi satu kesatuan. Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya
ketidakkonsistenan.
Konsep
diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep
diri, tidak mengetahui tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri
kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apapun terhadap diri sendiri.
Dengan demikian konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung
sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.
Seiring dengan pertumbuhan dan
perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial, anak usia sekolah dasar juga
mengalami perubahan pandangan terhadap dirinya sendiri. Pada awal-awal sekolah
dasar, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Sekolah dasar banyak
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan
teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih
realistis. Menurut Santrock (dalam Gufron, 2011 : 15) perubahan-perubahan dalam
konsep diri anak selama tahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat
sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu (1) karakteristik
internal, (2) karakteristik aspek-aspek sosial, dan (3) karakteristik
perbandingan sosial.
1.
Karakteristik Internal. Anak usia sekolah dasar lebih memahami
dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik
eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skeryy (1983), menemukan bahwasanya anak-anak
kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti
preferensi atau sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan
kurang cenderung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau
pemilikan).
2.
Karakteristik Aspek-aspek Sosial. Selama tahun-tahun sekolah
dasar, aspek-aspek sosial dari pemahaman diri anak-anak juga meningkat. Dalam
suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar sering kali menjadikan
kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi diri mereka.
3.
Karakteristik Perbandingan Sosial. Pemahaman diri anak-anak usia
sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan sosial (social comparison). Pada
tahap ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara
komparatif daripada secara absolut. Pergeseran perkembangan ini menyebabkan
suatu kecenderungan yang meningkat untuk membentuk perbedaan-perbedaan
seseorang dari orang lain sebagai seorang individu.
Konsep diri mempunyai peranan
penting dalam menetukan tingkah laku seseorang. Bagaimana seseorang memandang
dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya. Menurut Felker (dalam
Syarif, 2015 : 131), terdapat 3 peranan penting konsep diri dalam menentukan
perilaku seseorang, yaitu :
1.
Self-Concept as maintainer of inner
consistency (Konsep Diri Dalam Mempertahankan Keselarasan Batin).
Individu senantiasa berusaha untuk mempertahankan keselarasan batinnya. Bila
individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau pikiran yang tidak seimbang atau
saling bertentangan , amka akan terjasi situasi psikolog yang tidak
menyenangkan untuk itu, individu harus mengubah perilaku atau memilih suatu
sistem untuk mempertahankan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
2.
Self-Concept as set of experience (Konsep
Diri Dalam Menentukan Individu Memberikan Penafsiran Atas Pengalamannya).
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara
berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, karena
masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan yang berbeda terhadap diri
mereka.
3.
Self-Concept as set of expectations (Konsep Diri
Berperan Sebagai Penentu Pengharapan Individu). Pengharapan ini merupakan inti
dari konsep diri.
Selanjutnya, Pudjijogyanti (dalam
Joyce, 2004 : 130) menambahkan bahwa konsep diri mempunyai peran penting dalam
menentukan perilaku individu. Bagaimana individu memandang dirinya akan tampak
dari keseluruhan perilaku dengan kelompok. Apabila individu berpendapat bahwa
kelompok selalu benar, maka individu tersebut akan mengikuti apapun yang
dilakukan oleh kelompoknya tanpa mempedulikan pendapatnya sendiri.
Konsep
diri dan prestari belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (dalam Syarif,
2015 : 132) mengemukakan bahwa banyak penelitian yang membutikan hubungan
positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah. Siswa
yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi belajar yang baik
disekolah, atau siswa yang berprestasi tinggi disekolah memiliki penialaian
diri yang tinggi serta menujukkan hubungan antar pribadi yang positif pula.
Mereka menentukan target prestasi belajar yang realistis dan mengarahkan
kecemasan akademis dengan belajar keras dan tekun, serta aktivitas-aktivitas
mereka selalu diarahkan pada kegiatan akademis. Mereka juga memperlihatkan
kemandirian dalam belajar, sehingga tidak tergantung pada guru semata.
Konsep
diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (dalam Phomi, 2013 :
30) menyebutkan bahwa seseorang yang
mempunyai konsep diri positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya
secara positif, berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya
diri, dan antusias menetapkan arah dan tujuan hidup.
Untuk
mengetahui hubungan antara konsep diri dan prestasi belajar, Fink (dalam
Syarif, 2015 : 133) melakukan penelitian dengan melibatkan sejumlah siswa
laki-laki dan perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkatan inteligensi
mereka. Disamping itu mereka digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka,
yaitu kelompok berprestasi lebih (overachievers)
dan kelompok berprestasi kurang (underachiever)
: Siswa yang overachievers menunjukkan
konsep diri yang lebih positif, dan hubungan yang erat antara konsep diri dan
prestasi belajar terlihat jelas pada siswa laki-laki. Sedangkan penelitian
Walsh, uga menunjukkan bahwa siswa yang tergolong underachiever mempunyai konsep diri yang negative, serta
memperlihatkan karakteristik kepribadian : 1) Mempunyai perasaan dikritik,
ditolak dan diisolir; 2) Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara
menghindar dan bahkan bersikap menentang; 3) Tidak mampu megekspresikan
perasaan perilakunya.
F. Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
terhadap Pendidikan
1.
Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru
Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan
emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian,
perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan dukungan penghargaan (esteem
support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap
siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa
dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain
2.
Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan
sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi
tanggung jawab kepada siswa Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat
keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk
memberi tanggung jawab kepada siswa
3.
Membuat siswa merasa mampu
Dapat dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan
pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus
berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja
mungkin belum dikembangkan
4.
Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan
dengan mengacu pada pencapaian di masa lampau, sehingga pencapaina prestasi
sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu untuk bersikap positif terhadap
kemampuan dirinya sendiri
5.
Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik
Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara
realistis, yang membantu rasa percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi
tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari.
6.
Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara
realistik
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri
peserta didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas
prestasi yang dicapai. Ini merupakan salah satu kunci untul menjadi lebih
positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
PENUTUP
Konsep
diri adalah bagaimana seeorang melihat dirinya yang mencakup keyakinan,
pandangan dan penilaian seseorang terhadap sirinya sendiri. Konsep diri
seseorang dibentuk oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dimana demana
seorang anak dibesarkan. Pola asuh orang tua terhadap anak sangan menetukan
konsep diri anak. Lingkungan yang juga sangat berpengaruh terhadap konsep diri
anak adalah lingkungan sekolah. Guru sangat berperan dalam membentuk konsep
diri anak.
Terdapat
3 dimensi konsep diri yaitu dimensi gambaran diri (self image), dimensi penilaian diri (self evalution), dan dimensi cita-cita diri (self ideal). Sedangkan faktor yang mempengaruhi konsep diri
individu adalah usia kematangan, penampilan diri, nama dan ulukan, hubungan
keluarga, teman sebaya, dan kreatifitas.
Konsep
diri memegang peranan penting dalam menentukan perilaku seseorang. Bagaimana
seseorang memandang dirinya akan tercermin dalam keseluruhan perilakunya. Konsep diri juga mempunyai hubungan yang erat
dengan prestasi belajar. Disekolah anak yang mempunyai konsep diri yang baik
biasanya akan memperoleh prestasi belajar yang baik, dan sebaliknya anak yang
mempunyai konsep diri yang tidak baik biasanya akan memperoleh prestasi belajar
yang baik.
Agar
konsep diri berkembang dengan baik maka kita harus memperhatikan hal-hal dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Dalam mengembangkan
konsep diri remaja, kita sebagai penggerak harus mempunyai beberapa cara agar
perkembangan konsep diri remaja itu berjalan dengan baik dan sempurna. Selain
itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat juga
sangat membantu dalam pengembangan konsep diri remaja.
Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta Didik. Medan : UNIMED PERSS
Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan.
Bandung: PT. Refika Aditama
Rini, Deswita. 2004. Psikology Remaja. Jakarta : Erlangga
Gufron, M. 2011. Teori-Teori
psikologi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Ramlan, Joyce. 2004. Peran Remaja. Jakarta : Bumi Aksara
Allen, Nuryoto. 1993. Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosda Karya
Otari, Phomi. 2013. Pekembangogan Peserta Didik. Yogyakarta : CV ANDI OFFSET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar