MAKALAH
“TEORI
PERILAKU KONSUMEN”
Dosen Pengampu : Anindita Trinura N, M.Pd
Di
Susun Oleh :
Kelompok
6 EKONOMI II A
·
Halimatus
Sakdiyah 1622211024
·
Hosri’ah 1622211028
·
Gita
Fitriani 1622211078
·
Hardiyanto
Afandi 1622211025
STKIP
PGRI BANGKALAN
TAHUN
AJARAN 2016/2017
DAFTAR
ISI
Daftar
Isi ………….……………………………………..…………..……2
Kata
Pengantar ……………...……………………..……………..……...
3
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………..…………………….4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………....………..5
1.3 Tujuan dan Manfaat………………………………………...……..…...5
1.4 Sistematika Makalah……………………………………...………...….5
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen……………..…………………………..6
2.2 Pengertian Teori Perilaku Konsumen Menurut
para ahli…..…...……....6
2.3 Macam-macam teori perilaku konsumen
…….……............................. 7
2.4 Prinsip-prinsip Dasar Analisis perilaku Konsumen……………............12
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen………..….…...13
2.6 Manfaat perilaku konsumen ………..………………..………………...14
2.7 Teori Nilai Guna (Utility)
………..……………….…………………...14
2.8 Hipotesis Utama Teori Nilai
………..………………..………………...14
2.9 Kemaksimuman Nilai Guna
………..…………………….....…………17
2.10 Cara memaksimumkan Nilai Guna
………….…………………......…17
2.11 Syarat memaksimumkan Nilai
Guna ………….………………..…….17
2.12 Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan …..…..………………..……18
2.13 Efek Pendapatan
………..………………….....………………...……..19
2.14 Efek Pendekatan
………..…………………….………………...……..19
2.15 Mewujudkan Kurva Permintaan
………..……..……………...……….20
2.16 Paradoks Nilai
………..……………………...…..…………...………..20
2.17 Surplus Konsumen
………..……………………....……..…..…...……21
BAB III. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan……………………….…………………………………....23
3.2 Rekomendasi…………………….……………………………………..23
DAFTAR PUSTAKA………………………………..………………………24
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT karena berkat hidayah dan taufiqnya kami mampu menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul “TEORI PERILAKU KONSUMEN”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Pengantar Ilmu
Ekonomi”, makalah ini yang diharapakan bisa menambah wawasan dan dapat
bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan dan kesalahannya. oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kamiharapkan demikesempurnaan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat
mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu dengan
sebaik-baiknya. Amin yarobbal’alamin...
Bangkalan,
27-april-2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku konsumen adalah proses dan
aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian,
penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan
keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian.Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang
berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan dengan pertimbangan yang matang.
Pemahaman akan perilaku konsumen
dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang
sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat
perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen
dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan
mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran,
pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya
tersebut.
Pengertian perilaku konsumen menurut
Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the
behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating,
and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they
needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau
ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya
dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Selain itu perilku konsumen menurut
Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the
decision process and physical activity individuals engage in when evaluating,
acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah
proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya
ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau
mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995)
consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of
the decision process by which customers come to purchase and consume a
product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan
tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
1.2 Perumusan
Masalah
Seperti yang
telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian
perilaku konsumen?
2. Apa pengertian perilaku konsumen
menurut para ahli
3. Apa saja
macam-macam teori perilaku konsumen?
4. Apa saja
prinsip-prinsip dasar dalam analisis prilaku konsumen?
5. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
6. Apa saja
manfaat perilaku konsumen?
1.3 Tujuan Dan Manfaat Makalah
Tujuan
1. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian
perilaku konsumen
2. Mengetahui dan mendeskripsikan pengertian
perilaku konsumen menurut para ahli
3. Mengetahui dan mendeskripsikan macam-macam teori perilaku konsumen
4. Mengetahui dan mendeskripsikan
prinsip-prinsip dasar dalam analisis perilaku konsumen
5. Mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen
6. Mengetahui dan mendeskripsikan manfaat
perilaku konsumen
1.4 Manfaat
1. Manfaat
Akademis
Dapat
mereferensi mengenai prilaku konsumen menambahkan pengetahuan dan wawasan
mengenai perilaku konsumen dan juga dapat memberikan informasi.
2. Manfaat Praktis Manfaat makalah
ini dapat memberikan sumbangan pemikiran maupun rujukan referensi bagi para
pembacanya.
1.4 Sistematika Makalah
BAB 1 Pendahuluan
membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika
makalah.
BAB 2
Pembahasan membahas tentang pengertian perilaku konsumen, macam-macam perilaku
konsumen, Prinsip dalam Analisis
Perilaku Konsumen, Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dan manfaats
perilaku konsumen.
BAB 3 Simpulan
dan Rekomendasi membahas tentang simpulan dan rekomendasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan
dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah
pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian
informasi yang terkait produk dan jasa.
Pada tahap pembelian, konsumen akan
melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen
melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya
membuang produk setelah digunakan.Atau
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen dapat
merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang
berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator,
influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami
konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan
dapat menggolongkan konsumennya ke dalam kelompok yang memiliki kemiripan
tertentu, yaitu pengelompokan menurut geografi, demografi, psikografi, dan
perilak
2.2 Pengertian Perilaku Konsumen
oleh para ahli sebagai berikut :
1.
James
F Engel Perilaku konsumen di definisikan tindak-tindakan individu secara
langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa
ekonomi termasuk proses pengambilan kepustusan yang mendahuli dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut (1988:8)
2.
David
L Loundon Perilaku konsumen dapat diDefinisikan sebagai proses pengambilan
keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam
mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang
atau jasa (1984:6).
3.
Gerald
Zaltman Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial
yang di lakukan oleh individu, kelompok dan organisasi dan mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai sutu akibat dari pengalaman
dengan produk, pelayanan dan dumber-sumber lainya. (1979:6)
Dari beberapa Definisi tersebut maka
dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individum, kelompok, atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapakan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonimi yang dafat di pengaruhi linkungan.
2.3 Macam-Macam Teori Perilaku Konsumen
1. Teori Ekonomi
Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang
telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan
marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk yang lain;
2.
Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada
faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku
konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
3. Teori
Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,
kelas-kelas sosial dan sebagainya.
Teori Prilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan :
1. Pedekatan
Marginal Utility (Kardinal)
Pendekatan kardinal didasarkan pada
asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi barang
dapat diukur dengan satuan tertentu seperti rupiah, jumlah, unit atau buah dan
lain-lain. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin
tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasionalakan berusaha untuk memaksimalkan
kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya.
Besarnya nilai kepuasan akan sangat
bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai
kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan
pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat
kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total (total utility) dan kepuasan tambahan (marginal
utility). Kepuasan total adalah
kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah
barang atau jasa.
Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Konsumen ini akan
berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dia
dimiliki. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada konsumen yang
bersangkutan. Konsumen ini dapat mencapai kepuasan yang maksimum jika dalam
membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang.
Dalam
pendekatan utilitas cardinal di anggap bahwa manfaat atau kenikmatan yang di
peroleh oleh seorang konsumen dapat di nyatakan secara kuantitatif dan dapat di
ukur secara pasti. Untuk setiap unit yang di konsumsi akan dapat di hitung
nilai gunanya. Berdasarkan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan
yang akan di capainya, akan di ketahui bagaimana seorang konsumen akan
memaksimumkan dengan memilih komoditas yang tersedia di pasar. Dalam teori
nilai guna ini (di kenal dengan nilai guna total (Total utility = TU) dan Nilai
guna marginal (marginal utility = MU).
Nilai
guna marginal adalah penambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari
penambahan atau pengurangan penggunaan satu unit komoditas tertentu. Berkaitan
dengan ini, dalam teori nilai guna di kenal dengan hokum diminisbing marginal
utility yaitu penambahan utilitas yang menurun karena penambahan satu unit
komoditas yang di konsumsi.
Perhatikan Tabel
Berikut !
Dari
table tersebut terlihat bahwa nilai TU terus bertambah hingga jeruk ke 6,
sedangkan MU bertambah dengan pola menurun, hingga unit jeruk ke 7 nilai MU
mencapai 0 yang berarti TU telah maksimal. Posisi ini di kenal sebagai titik jenuh
(saturation point).
2.
Pendekatan
Ordinal (menggunakan pendekatan nilai relative, Order, atau ranking)
Dengan
cara kedua yaitu menggunakan metode ordinal. Tingkat utility di ukur melalui
order atau rangking tetapi tidak disebutkan niali gunanya secara pasti. Dalam
hal ini, mengkonsumsi 4 komoditas pada umumnya lebih memuaskan dari pada
mengkonsumsi 1 komoditas. Namun nilai kepuasannya tidak dapat di ketahui secara
pasti. [pada umumnya masyaakat tidak hanya mengkonsumsi satu komoditas, tetpi
kombinasi komoditas. Misalkan saja masyarakat mengkonsumsi 2 komoditas, yaitu
buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara Rasional ingin membeli
sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka di hadapkan pada
kendala keterbatasan dana.
Kendala
Konsumen
Secara
Rasional konsumen ingin mengkonsumsi komoditas sebanyak apapun, tetapi mereka
di batasi oleh pendapatannya. Dengan suatu tingkat pendapatan tertentu, makan
konsumen harus mengatur komposisi komoditas sehingga pemanfaatannya optimal.
Kendala pendapatn di
kenal sebagai garis anggaran dan budget line (BL). Jika barang yang di konsumsi
adalah x dan y, maka persamaan budget line dapat di tulis sbb :
B = PX.(x) + PY.Y
Keterangan :
B = Anggaran
B = Anggaran
PX = Tingkat Harga X
PY = Tingkat Harga Y
Jika di asumsikan tingkat harga barang X dan Y tetap maka
akan di dapatkan BL. Berupa garis lurus dan
dengan slope (kemiringan garis) sebesar rasio tingkat harga, sehingga
Jika terjadi kenaikan / penurunan pendapatan, maka BL akan bergeser ke kanan atau ke kiri secara parallel dengan slope tetap. Tetapi jika terjadi perubahan tingkat harga, maka slope BL akan berubah.
CONTOH SOAL !
1.
Jika persamaan garis anggaran adalah P1
X1 + P2 X2 = Y. Sekarang jika P1 naik 2 kali lipat, P2 naik 8 kali lipat dan
pendapatan naik 4 kali lipat, bagaimana persamaan untuk garis anggaran yang
baru dalam hubungannya dengan harga dan pendapatan yang lama? Gambar kurvanya!
penyelesaian !
·
Keseimbangan
Jika
tadi di awal diketahui konsumen ingin mengoptimalkan utility atau nilai
gunanya, dan di ketahui pula ada keterbatasan dana, maka pertanyaannya adalah :
dengan dana terbatas, berapakah utilitas maksimalnya, atau dengan utilitas
tertentu brapakah dana minimal yang dipelukan?
Untuk
itu dapat di perhatikan Gambar 4.4 IC
tertinggi adalah IC2. IC terendah adalah IC0. Konsumen
ingin menikmati titik D pada IC2. Tetapi
dana yang tersedia tidak mencukupi. Konsumen dapat menikmati titik C pada IC0
tetapi konsumen juga dapat menikmati titik E pada IC1 dimana IC1 > IC0.
Karena itu titik E maka di ketahui kedua kurva yakni IC dan BL bersinggungan,
dengan kata lain di katakana slopenya sama, sehingga :
Persamaan
di atasa menunjukan tempat keseimbangan konsumen yakni jika rasio marginal
utility terhadap harga dari suatu barang telah sama. Jika rasio tersebut tidak
sama, katakana misalnya.
Maka
keseimbangan belum tercapai. Pada kondisi tersebut tambahan manfaat yang di
peroleh persatuan uang yang di keluarkan untuk mengkonsumsi komoditas X lebih
besar dari tambahan manfaat yang di peroleh persatuan uang yang di keluarkan
untuk mengkonsumsi komoditas Y. sehingga kepuasan konsumen dapat di tingkatkan
jika konsumsi terhadap komoditas X di naikkan dan konsumsi komoditas Y di
turunkan.
2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Dalam Analisis Perilaku Konsumen
1.
Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan.
Adanya kelangkaan dan terbatasnya pendapatan memaksa orang menetukan pilihan agar
pengeluaran senantiasa berada dianggaran yang sudah di tetapkan, meningkatkan
konsumsi suatu barang atau jasa harus disertai dengan pengurangan konsumsi pada
barang atau jasa yang lain.
2.
Konsumen mampu membandingkan biaya
dengan manfaat. Jika dua barang member manfaat yang sama konsumen akan memilih
yang biayanya lebih kecil. Disisilain, bila untuk memperoleh dua jenis barang
dibutuhkan biaya yang sama, maka konsumen akan memilih barang yang memberi
manfaat lebih besar.
3. Tidak
selamanya konsumen dapat memperkirakan manfaat dengan tepat. Saat membeli suatu
barang bisa jadi manfaat yang di peroleh tidak sesuai dengan harga yang harus
di bayarkan: segelas kopi starsbuck, miasalnya, ternyata terlalu pahit untuk
harga Rp. 40.000,- percangkir. Lebih nikmat kopi tubruk di warung kopi yang Rp.
3000,- pergelasnya. Pengalaman tersebut akan menjadi informasi bagi konsumen
yang akan mempengaruhi keputusan konsumsinya mengenai kopi di masa yang akan
dating.
3.
Setiap barang dapat di distribusi
dengan barang lain. Dengan demikian konsumen dapat memperoleh kepuasan dengan
berbagai cara.
5. Konsumen
tunduk terhadap hukum berkurangnya tambahan kepuasan ( the law of diminishing marginal utility). Semakin banyak jumlah
barang yang di konsumsi, semakin kecil tambahan kepuasan yang dihasilkan. Jika
untuk setiap tambahan barang di perlukan sebesar harga barang tersebut (p),
maka konsumen akan berhenti membeli barang tersebut manakala manfaat tambahan
yang di perolehnya (MU) sama besar dengan
tambahan biaya yang harus di keluarkan.
2.5 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut James
F.Engel-Roger D.Blackwell-paul W.Miniard dalam saladin (2003:19) terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :
1.
Pengaruh
Lingkungan, terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi. Sebagai
dasar utama perilaku konsumen adalah
memahami pengaruh lingkungan yang membentuk atau menghambat individu
dalam mengambil keputusan berkonsumsi mereka.
Konsumen hidup
dalam lingkungan yang kompleks, dimana perilaku keputusan mereka dipengaruhi
oleh keempat faktor tersebut.
2.
Perbedaan dan
pengaruh individu, terdiri dari motivasi dan keterlibatan,pengetahuan,
sikap,kepribadian,gaya hidup,dan demografi.
Perbedaan
individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggarakan serta
mempengaruhi perilaku. Kelima faktor tersebut akan memperluas pengaruh konsumen
dalam pengambilan keputusannya.
3.
Proses
psikologi, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran,perubahan sikap dan
perilaku. Ketiga faktor tersebut menambah minat utama dari penelitian konsumen
sebagai faktor yang turut mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan
keputusan pembeliannya.
2.6
Manfaat
Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen sangat beragam tergantung pada pemanfaat atau pengguna. terdapat dua
kelompok pemanfaat: kelompok peneliti (riset) dan kelompok yang berorientasi
implementasi (Peter dan Olson, 1999). Peran perilaku konsumen bagi pemasar atau
produsen adalah mampu:
1.
Membujuk konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan.
2.
Memahami konsumen dalam berperilaku, bertindak dan
berpikir, agar pemasar atau produsen mampu memasarkan produknya dengan baik.
3.
Memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan, sehingga pemasar atau produsen dapat merancang strategi pemasaran
dengan baik.
2.7 TEORI NILAU GUNA (UTILITI)
Didalam teori
ekonomi ekonomi kepuasan atau kenikmatan
yang diperoleh seseorang dari mengkomsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utiliti. Kalau kepuasan itu
semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Dalam membahas
mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian:
nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat di
artikan sebagai jumlah seluruh kepuasan
yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan
nilai guna marjinal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai
akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan suatu unit barang tertentu.
2.8 HIPOTESIS UTAMA TEORI NILAI
Hipotesis
utama teori nilai guna, atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal
yang semakin menurun, menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit
apabila orang tersebut terus menurus menambah konsumsinya keatas barang
tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila keatas barang tersebut ditambah
satu unit lagi maka nilai guna total menjadi semakin sedikit. Pada hakikatnya
hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus menerus dalam
mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus menambah yang dinikmati
orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaannya setiap tambahan konsumsi akan
mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Misalnya, apabila sesorang yang
berbuka puasa atau baru selesai berolahraga memperoleh segelas air, maka ia
memperoleh sejumlah kepuasan daripadanya, dan jumlah kepuasan itu akan menjadi
b ertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas air lagi. Kepuasan yang
lebih tinggi akan diperolehnya apabila dia diberikan kesempatan untuk
memperoleh gelas yang ketiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus berlangsung.
Katakanlah pada gelas yang kelima orang yang berpuasa atau berolahraga itu
merasa bahwa yang diminumnya sudah cukup banyak dan sudah memuaskan dahaganya.
Kalau ditawarkan gelas keenam dia akan menolak karena dia merasa lebih puas
meminum lima geas air daripada enam gelas. Dengan demikian pada gelas yang
keenam tambahan nilai guna adalah negatif dan nilai guna total daripada meminum
enam gelas adalah lebih rendah dari nila guna yang diperoleh dari meminum lima
gelas.
- NILAI GUNA TOTAL DALAM ANGKA DAN GRAFIK
Hukum Nilai
Guna Marjinal yang semakin menurun akan dapat dimengerti dengan lebih jelas apa
bila digambarkan dalam contoh secara angka dan selanjutnya contoh digambarkan
secara grafik. Dalam bagian ini hal tersebut akan diuraikan.
Contoh Angka
Dengan
memisalkan bahwa kepuasan dari memakan
mangga dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, dalam tabel 7.1
ditunjukkan nilai guna total dan nilau guna marjinal dari memakan berbagai
jumlah mangga dalam contoh dalam tersebut telah diperhatikan juga hipotesis
diatas, yaitu tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi
terus-menerus ditambah.
Contoh dalam
tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga mangga yang ke-8 nilai guna
marjinal adalah positif, maka nilai guna total terus menerus bertambah
jumlahnya ketika memakan mangga yang
ke-9 nilai guna marjinal adalah negatif. Ini berarti kepuasan dari memakan
mangga mencapai tingkat yang paling maksimum apabila jumlah mangga yang dimakan
adalah 8.
TABEL 7.1
Nilai Guna Total dan Nilai Guna Marjinal dalam Angka
Jumlah buah mangga yang dimakan
|
Nilai guna total
|
Nilai guna marjinal
|
0
|
0
|
-
|
1
|
30
|
30
|
2
|
50
|
20
|
3
|
65
|
15
|
4
|
75
|
10
|
5
|
83
|
8
|
6
|
87
|
4
|
7
|
89
|
2
|
8
|
90
|
1
|
9
|
89
|
-1
|
10
|
85
|
-4
|
11
|
78
|
-7
|
Tambahan-tambahan
yang selanjutnya akan mengurangi kepuasan yang didapat dari memakan lebih
banyak buah mangga. Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan
9, 10 atau 11 mangga, kepuasan yang didapat darii memakan 8 mangga, juga dalam
tabel 7.1 menunjukkan bahwa adalah lebih
baik memakan 5 mangga dari pada 11 mangga karena kepuasan menikmati dari memakan 5 mangga adalah lebih besar
Grafik Nilai Guna
Berdasarkan
kepada angka-angka dalam tabel 1.7 dalam gambar 7.1, ditunjukkan kurva nilai
guna total dan nilai guna marjinal. Dalam grafik (i) sumbuh tegak menggambarkan
nilai guna total dan sumbuh datar menunjukkan jumlah barang yang dikomsumsi(digunakan).
Grafik (ii) menunjukkan nilai guna marjinal yang diukur pada sumbuh tegak, pada berbagai unit barang
yang dikomsumsikan yang digambarkan pada sumbuh datar.
Kurva
nilai guna total (TU) bermula dan titik
0, yang berarti paada waktu tidak terdapat komsumsi, maka nilai guna total
adalah nol. Pada mulanya kurva nilai
guna total bertambah tinggi. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu
komsumsi magga melebihi delapan buah. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu komsumsi mangga melebihi delapan
buah. Kurva nilai guna marjinal (MU) turun dari kiri atas ke bawah. Gambaran ini mencerminkan hukum
nilai guna marjinal yang semakin menurun. Kurva nilai guna marjinal memotong sumbu data sesudah jumlah yang ke-8. Berarti
sesudah perpotongan tersebut nilai guna marjinal adalah negatif.
2.9 PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA
Salah satu
pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah: setiap orang akan berusaha
untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat
dinikmatinya dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha akan
memaksimalkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya . apabila
yang dikonsumsikannya hanya satu barang saja tidak suka untuk menentukan pada
tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan mencapai
tingkat yang maksimum. Tingkat itu dicapai pada waktu nilai guna total mencapai
tingkat maksimum. tetapi kalau barang yang digunakan berbagai jenis, cara untuk
corak konsumsi baranng-barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum
menjadi lebih rumit.
2.10
CARA
MEMAKSIMUMKAN NILAI GUNA
Kerumitan yang
timbul untuk menetukan susun / komposisi dan jumlah barang yang akan mewujudkan
nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga berbagai barang. Kalau setiap
barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai tingkat yang maksimum apabila
nilai guna marjinal dari setiap barang adalah sama besarny. Misalnya seseorang
mengkonsumsi, yaitu sejenis pakaian, sejenis makanan, dan sejenis hiburan
(katakanlah hiburan itu berupa menonton film) akan diperoleh orang tersebut
apabila mengkonsumsikan : 3 unit pakaian, 5 unit pakaian dan 2 kali menonton
film.
2.11SYARAT MEMAKSIMALKAN NILAI GUNA
Dalam keadaan
dimana harga berbagai macam barang adalah berbeda , apakah syarat yang harus
dipenuhi agar barang-barang yang konsumsikan akan memberi nilai guna? Syarat
yang harus dipenuhi adalah: setiap rupiah yang dikeuarkan membeli unit tambahan
berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama besarnya.
Untuk membuktikan perhatikan contoh berikut. Misalkan seseorang melakukan
pembelian konsumsi atas dua macam barang: makanan dan pakaian, dan
berturut-turut harganya adalah Rp.5000 dan Rp. 50.000. misalkan tambahan satu
unit makanan akan memberikan nilai guna marjinal sebanyak 5 dan tambahan satu
unit pakaian mempunyai nilai guna marjinal sebanyak 50. Dengan uang itu orang
tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makan, maka jumlah nilai
guna marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50 kalau uang itu digunakan
membeli pakaian, yang diperolehnya hanyalah satu unit dan nilai guna marjinal
dari 1 tambahan pakaian ini adalah 50a.
Degan
mudah dapat dilihat bahwa orang tersebut tidak perlu bersusah payah menentukan barang mana yang
harus ditambah konsumsinya. Berdasarkan kepada contoh diatas dapatlah
dikemukakan hipotesis berikut:
1.
Seseorang akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang
dikomsumsikannaya apabila perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang
tersebut. Keadaan seperti itu wujud dalam contoh diatas. Perbandingan harga
makanan dan pakaian adalah 5000:50000 atau 1:10, dan ini adalah sama dengan
perbandingan nilai guna marjinal makanan dan pakain, yaitu 5:50 atau 1:10.
Atau
Seseorang akan
memaksimumkannilai guna dari barang-barang yang dikomsumsikannya apabila nilai
guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk setiap
barang yang dikomsumsikan. Dalam contoh di atas nilai guna marjinal per rupiah
dari tambahan makanan adalah: nilai guna marjinal\harga=5/5000=1/1000. Dan
nilai guna marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah: nilai guna
marjinal /harga=50/50000=1/1000.
Kedudukan
hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama. Syarat pemaksimuman nilai
guna seperti yang dinyatakan dalam (1) dan (2) biasanya dinyatakan secara rumus
aljabar, yaitu secara berikut
MU barang A = MU barang
B = MU barang C
PA PB Pc
Dalam persamaan
di atas MU adalah nilai guna marjinal dan PA, PB, PC
berturut-turtut adalah harga barang A, barang B, dan barang C.
2.12 TEORI NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN
Dengan menggunakan nilai guna
dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersfat menurun dari kiri atas
kekanan bawah yang menggabarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang,
semakin banyak permintaan keatanya. Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan
keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan : efek
penggantian dan efek pendapatan.
2.13
EFEK PENGGANTIAN
Perubahan harga suatu barang
mengubah nilai guna marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan
harga tersebut. kalau harga mengalami kenaikan, nilai guna marinal per rupiah
yang diwujudkan oleh barang tersebut menjadi semakin rendah. Misalnya harga
barang A bertambah tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA
menjadi lebih kecil dari semula. Kalau harga barang barang-barang lainnya tidak
mengalami perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai guna marjinal
barang-barang itu dengan harganya( atau nilai guna marjina per rupiah dan
barang-barang itu) tidak mengalami perubahan dengan demikian, barang B
misalnya, MU barang B/PB yang
sekarang sama dengan sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik keadaan
yang berikut berlaku :
MU barang A<MU barang B
PA PB
Dalam keadaan seperti diatas,
nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen akan menjadi bertambah
tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan menngurangi
pembelian barang A. Keadaan diatas menunjukkan bahwa kalau harga naik
permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan tersebut akan menjadi
semakin sedikit.
Dengan cara yang sama sekarang
tidak susah untuk menunjukkan penurunan haraga menyebkan permintaan keatas
barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak.
Penurunan harga menyebabkan barang mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah
yang lebih tinggi dar pada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang
lainnya yang tak berubah harganya. Maka karena membeli barang tersebut akan
memaksimumkan nilai guna, permintaan keatas barang tersebut menjadi bertambah
banyak apabila harganya bertambah rendah.
2.14
EFEK PENDEKATAN
Kalau pendapatan tidak mengalami
perubahan maka kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin
sedikit. Dengan perkataan yang lain, kemampuan pendapat yang diterimah untuk
membeli barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan
harga menyebabkan konsumen mengurangi berbagai jumlah barang yang dibelinya
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang
menyebabkan pendapatan riil bertambah, ini mendorong konsumen menambah jumlah
barang yang di belinya. Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang
di sebut efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek penggantian di dalam
mewujudkan kuva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
2.15
MEWUJUDKAN KURVA
PERMINTAAN
Andaikan seorang konsumen hanya
membeli dua jenis barang, ia itu makana (m) dan pakain (K). Andaikan apabila ia
menggunakan 10 unit makanan, konsumen itu akan mencapai keseimbangan konsumen:
MUm = MUk
Pm Pk
Pada ketika
keseimbangan itu tercapai, Pm (harga makanan) adalah Rp.10.000.
dalam contoh ini akan di perhatikan perubahan kuantitas permintaan maakanan,
maka kuantitas pakaian yang di beli dan harga pakaian tidak perlu diketahui.
Seterusnya misalkan harga pakaian tidak
berubah dari Rp.10.000 menjadi Rp5.000, maka
MUm>MUm atau MUm<MU
P1mPm 5000Pk
Dimana P1m
adalah harga makanan baru yaitu Rp.5000 keadaan di atas menyebabkan konsumen
menambah penggunaan makanan, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit. Pada
kuantitas dsn harga makanan yang baru ini, keseimbangan konsumen akan di capai
kembali.
3.16
PARADOK NILAI
Sebelum teori
guna di kembangkan, ahli-ahli ekonomi menghadapi kesulitan di dalam menerangkan
perbedaan yang menyolok di antara harga air dan harga berlian. Air merupakan
barang yang sangat berharga kepada manusia tetapi harganya sangat murah.
Sedangkan berlian bukanlah benda yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari tetapi harganya jauh lebih
mahal dari harga air.
Hal ini
disebabkan dalam biaya produksi, air merupakan benda yang mudah di dapat di
berbagai tempat sehingga untuk memperolehnya tidak di perlukan biaya terlalu
besar. Tetapi tidak demikian halnya dengan berlian sebab ia merupakan barang
byang sangat sukar untuk diperoleh dan biaya untuk memproduksikannya sangat
tinggi.
Teori nilai
guna memberikan penjelasan yang lebih tepat mengenai sebabnya terdapat
perbedaan yang sangat yang nyata antara harga air dan berlian. Perbedaan
tersebut di sebabkan oleh nilai guna marjinal mereka yang sangat berbeda. Oleh
karena air sangat mudah di peroleh maka orang akan mengkomsumsi air sehingga
pada tingkat di mana nilai guna marjinal air sangat murah. Nilai guna marjinal
air adalah begituh sangat rendahnya sehingga orang baru mau menggunakan air
apabila harganya sangat murah sekali. Nilai marjinal yang menentukan apakah
suatu barang itu mempunyai barang yang tinggih atau rendah.
2.17 SURPLUS KONSUMEN
· Surplus
konsumen berarti
perbedaan di antara kepuasan yang diperoleh seseorang di dalam mengkonsumsikan
sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang
tersebut.
· Surplus konsumen juga bisa diartikan
sebagai kelebihan kenikmatan konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu barang apabila
dibandingkan dengan pembayaran yang perlu dilakukan untuk memperoleh barang
tersebut.
Contoh Soal:
Seorang konsumen pergi ke pasar membeli mangga dan bertekad
membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp 1500. Sesampainya di
pasar dia mendapati bahwa mangga yang diinginkannya hanya berharga Rp 1000. Jadi
ia dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp 500 lebih murah
daripada harga yang bersedia dibayarkannya.
Nilai Rp 500 ini dinamakan surplus konsumen.
BAB III
2.12 Kesimpulan
Teori
tingkat laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen di pasaran, yaitu
menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan
dibelinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk: teori utiliti dan analisis
kepuasan sama.
1.
Perilaku
konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/organisasi dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.
2.
Jadi
macam-macam teori perilaku konsumen terdiri dari teori mikro, teori psikologis,
dan teori antropologis.
3.
Yang menjadi prinsip dasar dalam prilaku konsumen disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya, Kelangkaan dan terbatasnya pendapatan, Konsumen mampu
membandingkan biaya dengan manfaat, Tidak selamanya konsumen dapat
memperkirakan manfaat dengan tepat, Setiap barang dapat di distribusi dengan
barang lain, dan Konsumen tunduk terhadap hukum berkurangnya tambahan kepuasan ( the law of diminishing marginal utility).
4.
Dalam prilaku
konsumen itu sendiri datang dalam beberapa faktor misalnya dari lingkungan,
perbedaan pengaruh individu, ataupun dari proses psikologis itu sendiri yang
nantinya akan berpengaruh terhadap perekonomian itu sendiri.
5.
Perilaku konsumen sangat beragam tergantung pada
pemanfaat atau pengguna. terdapat dua kelompok pemanfaat: kelompok peneliti
(riset) dan kelompok yang berorientasi implementasi (Peter dan Olson, 1999)
3.2 Rekomendasi
Sebaiknya
para pemasar memberikan pelayanan terbaik kepada para konsumen dan memahami
perilaku konsumen dengan menerapkan konsep pemasaran agar konsumen mendapatkan
kepuasaan yang maksimal serta memandang kepuasan konsumen sebagai hal utama
dalam menjalankan suatu usaha. Karena konsumen adalah aset utama para pemasar,
jika mereka puas maka usaha yang di jalankan para pemasar juga akan sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Setyanto, 2006, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam,
Kencana Prenada Media Group
Ujang Sumarwan,2004,Perilaku
Konsumen, Ghalia Indonesia
http://esty.staff.uns.ac.id/definisi-perilaku-konsumen/,
Rabu 16 oktober 2013
Sadono Sukirno,2009, Edisi Tiga (Teori perilaku Konsumen)
DR. BOEDIONO Edisi dua (pengantar
Ilmu Ekonomi No.1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar