MAKALAH
PENGANGGURAN, INFLASI DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAHAN
Aulia Dawam, S.E, M.A
Di Susun Oleh :
Kelompok III EKONOMI II A
· Halimatus Sakdiyah
· Homsiah
· Hardiyanto Afandi
· Endang Maymuna
· Adi Imam
· Abd. Ghaffar
STKIP PGRI BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI.............................................................................................................. 2
KATA
PENGANTAR................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 4
C. Tujuan.................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGANGGURAN............................................................................................ 5
2.
MASALAH PENGANGGURAN....................................................................... 6
3.
BEBERAPA TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH ..................................... 9
4.
MASALAH INFLASI................................................................................
11
5.
MASALAH PENGANGGURAN DAN KEBIJAKAN FISKAL............... ........ 18
6.
KEBIJAKAN MONETER DAN MASALAH PENGANGGURAN........... ........ 21
7.
KEBIJAKAN FISKAL UNTUK MENGATASI INFLASI......................... ........ 22
8.
KEBIJAKAN MONETER UNTUK MENGATASI INFLASI............................. 24
9. KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN..........................................................
26
KASUS...................................................................................................................... 28
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan........................................................................................... ........ 29
b. Saran............................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 30
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karenaberkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah berhasil menyelesaikan
makalah ini,yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Pengantar Ilmu
Ekonomi dijurusan
Administrasi Negara.Kami menyadari bahwa
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul“Pengangguran, Inflasi dan
Kebijakan Pemerintah” ini tidak lepas dari kesalahandan kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kami mengharapkankritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca guna kesempurnaanmakalah ini. Atas
selesainya penyusunan tugas ini, kami sampaikan rasa terima kasihyang
setulus- tulusnya kepada semua pihak, yang telah memberikan bantuan atau dorongan, baik moril maupun materil.
Semoga semua amal yang telah diberikan kepada kami
mendapatkanimbalan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata kami berharap,
semogamakalah ini bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkannya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bangkalan,
April 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa
lepas dari berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya.
Terlebih pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenaga kerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan
kemiskinan serta kebijakan pemerintah.
Tenaga kerja adalah faktor penting
dalam proses produksi. Akan tetapi dalam memandang definisi tenaga kerja
sendiri, terdapat dua pandangan (kubu) yang berbeda dan saling menegasikan
antara keduanya. Pihak pengusaha di satu sisi dan pekerja disisi lainnya. Hal
yang menjadi perdebatan salah satunya adalah tentang upah atau yang sering
diperdebatkan yakni mengenai upah minimum. Perbedaan pendapat antara dua kubu
tersebut tentang upah minimum bukanlah suatu isu baru. Perbedaan pendapat ini
dapat dilihat dari perselisihan antara kelompok serikat pekerja yang menghendaki
kenaikan upah minimum yang signifikan, sementara kelompok pengusaha melihat
bahwa tuntutan ini bertentangan dan tidak kompatibel dengan upaya pemerintah
mendorong pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Krisis ekonomi yang
telah menjatuhkan Indonesia dari tingkat negara berpendapatan menengah menjadi
negara ke pendapatan rendah dengan dampak pada meningkatnya jumlah penduduk
miskin dan pengangguran.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah keterkaitan antara
pengangguran dan inflasi ?
2.
Bagaimana kebijakan pemerintahan
untuk mengatasi pengangguran dan inflasi ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep inflasi dan
pengangguran.
2.
Untuk mengetahui bagaimana
keterkaitan inflasi dan pengangguran.
3.
Untuk mengetahui apa kebijakan yang
dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi dan pengangguran.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGANGGURAN
A.
Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja
(penduduk yang berumur 15-59 tahun,ada beberapa negara lain memakai kategori
15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Jumlah
tenaga kerja atau angkatan kerja tidak boleh disamakan dengan jumlah penduduk.
Mengapa demikian??? Sebagian dari penduduk tidak dapat digolongkan sebagai
angkatan kerja karena terlalu muda atau terlalu tua untuk dapat bekerja secara
efektif. Golongan penduduk ini tidak termasuk ke dalam angkatan kerja.
Tetapi tidak semua penduduk yang berada dalam lingkungan umur 15-59 tahun
atau 15-64 tahun dapat dipandang sebagai Angkatan Kerja. Apabila mereka tidak
bekerja dan tidak mencoba mencari pekerjaan,walaupun umur mereka seperti di
atas, maka mereka tidak termasuk golongan Angkatan Kerja. Golongan masyarakat
seperti itu adalah : pelajar sekolah menengah(sebelum tingkat
universitas), mahasiswa dan ibu rumah tangga. Dengan demikian, jumlah
tenaga kerja atau angkatan kerja pada suatu waktu tertentu adalah banyaknya
jumlah penduduk yang berada dalam lingkungan umur di atas yang bekerja atau
sedang mencari pekerjaan.
B. Rumus
Menghitung Tingkat Pengangguran
Perbandingan
diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan kerja
keseluruhannya disebut Tingkat Pengangguran. Untuk mengukur
tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase
membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah
Angkatan Kerja x 100%
2.
MASALAH PENGANGGURAN
1. Jenis- Jenis Pengangguran
a. Menurut
faktor penyebabnya,
terbagi atas :
1.
Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal
Pada
setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan menganggur
atas kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan
mencari pekerjaan lain. Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah
untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi dan memperoleh jaminan sosialatau fasilitas lainnya yang lebih baik.
Pengangguran yang ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersebut dinamakan
Pengangguran Friksional.
2.
Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Kemajuan
teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan dalam cita rasa
masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih efisien di pasar adalah
beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kemunduran dalam sesuatu kegiatan
ekonomi. Apabila hal ini terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh
instansi yang mempekerjakan mereka. Pengangguran yang demikian dinamakan Pengangguran
Struktural.
3.
Pengangguran Teknologi
Pengangguran
dapat pula disebabkan oleh adanya pergantian tenaga manusia oleh mesin-mesin
atau bahan-bahan kimia. Misalnya : racun lalang dan rumput, telah mengurangi
penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah, ladang dan perkebunan. Begitu
juga, mesin telah mengurangi keperluan tenaga kerja untuk mengorek tanah,
memotong rumput, membersihkan hutan untuk ditanami, dsb. Pengangguran yang
ditimbulkan oleh berlakunya pergantian tenaga manusia dengan mesin-mesin yang
lebih modern disebut Pengangguran Teknologi
4.
Pengangguran Siklikal
Pengangguran
siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
2. Menurut
ciri-cirinya,
terdiri atas :
a. Pengangguran terbuka
Pengangguran
terbuka adalah pengangguran yang benar-benar terlihat menganggurnya(nyata
dilihat), tidak ada pekerjaan sama sekali.\
Pengangguran
ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah
dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin
banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari
keadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak
melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh
waktu, dan oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
Indikator ini dapat dihitung dengan
cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih
yang sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam
angkatan kerja.
Tingkat
Penganguran = ∑ orang yang mencari pekerjaan x 100%
∑ angkatan kerja
Misalkan, dari
data Sensus Penduduk 2000 diketahui jumlah orang yang mencari pekerjaan sebanyak 4.904.652
orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang (lihat Tabel 1) .
Sehingga tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2000 adalah:
Tingkat Pengangguran Terbuka = 4.
904.652 x 100% =
5%
97.433.125
Besarnya angka
pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka yang
tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran
terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas. Sebaliknya
semakin rendah angka pengangguran terbuka
maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat. Sangatlah tepat
jika pemerintah seringkali menjadikan indikator
ini sebagai tolok ukur keberhasilan
b. Pengangguran tersembunyi
Apabila
dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga
berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke
sektor lain tetapi produksi dalam kegiatan itu tidak berkurang, maka dalam
kegiatan itu telah berlaku suatu jenis pengangguran yang dinamakan Pengangguran
Tersembunyi atau Pengangguran Tak Kentara.
c.
Pengangguran musiman
Pengangguran
yang terjadi pada masa-masa tertentu di dalam suatu tahun. Biasanya
pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa dimana kegiatan bercocok tanam
sedang menurun kesibukannya. Di dalam masa itu, para petani tidak melakukan
pekerjaan sama sekali, berarti mereka dalam keadaan menganggur. Tetapi
pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku dalam waktu-waktu
tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan Pengangguran Musiman.
d. Setengah pengangguran
Setengah
pengangguran, terdiri atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan
dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran
yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin mencari pekerjaan lain yang
lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang
menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil
mendapatkan kerja.
· Beberapa hal yang menyebabkan
pengangguran antara lain:
1.
Penduduk
yang relatif banyak
2.
Pendidikan
dan keterampilan yang rendah
3.
Angkatan
kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia kerja
4.
Teknologi
yang semakin modern
5.
Pengusaha
yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-penghematan.
6.
Penerapan
rasionalisasi
7.
Adanya
lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim
8.
Ketidakstabilan
perekonomian, politik dan keamanan suatu negara
· Akibat-akibat buruk yang ditimbulkan
oleh pengangguran.
1.
Peningkatan
tindakan kriminalitas
2.
Tingkat
kesehatan menurun
3.
Terjadinya
kekacauan sosial dan politik (demonstrasi dan perebutan kekuasaan)
4.
Hilangnnya
kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja
5.
Perselisihan
dalam keluarga
Suparmoko, M. 1991. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE. Yogyakarta
Sukirno,Sadono.1985.
Pengantar Teori Makroekonomi.Bina
Grafika. Jakarta
3.
BEBERAPA TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
a. Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
Tujuan untuk mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
b. Menyediakan Lowongan Pekerjaan
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan
c. Meningkatkan
Taraf Kemakmuran Masyarakat
Kenaikan kesempatan kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan jumlah penduduk. Melalui perubahan ini kemakmuran masyarakat akan bertambah.
d. Memperbaiki
Pembagian Pendapatan
Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. sebaliknya, pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulakn bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.
e. Tujuan
Bersifat Sosial dan Politik
Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.
Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.
f. Meningkatkan
Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga
Pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang ditimbulakn oleh pengangguran.
Pengangguran mengurangi kemampuan keluarga untuk membiayai pendidikan anak – anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah angat berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga seperti merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam keluarga, merupakan masalah lain yang ditimbulakn oleh pengangguran.
g. Menghindari
Masalah Kejahatan
Semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
Semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
h. Mewujudkan
Kestabilan Politik
Pengangguran merupakan salah satu sumber atau penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.
Pengangguran merupakan salah satu sumber atau penyebab dari ketidakstabilan politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.
1. Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Tujuan jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat
inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi
nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena itusukar untuk
dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat
inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba
atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar
ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi
nilai uang) yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah
inflasi yang bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang
bertujuan agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Berdasarkan
kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi
dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
Inflasi berdasarkan sumber atau
penyebab :
a. Inflasi
Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomi pengeluaran barang dan jasa.
Gambar 10.1
Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi Tarikan Permintaan
Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan
AD1, AD2 dan AD3 adalah permintaan agregat. Misalkan pada mulanya permintaan
agregat adalah AD1, maka pendapatan nasional adalah Y1 dan tingkat harga adalah
P1. Perekonomian yang berkembang pesat mendorong kepada kenaikan permintaan
agregat. Yaitu menjadi AD2. Akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat
kesempatan kerja penuh, yaitu YF dan tingkat harga naik dari P1 ke PF. Ini
berarti inflasi telah wujud. Apabila masyarakat masih tetap menambah
pengeluarannya maka permintaan agregat menjadi AD3. Untuk memenuhi permintaan
yang semakin bertambah tersebut, perusahaan-perusahaan akan menambah
produksinyadan menyebabkan pendapatan nasional riil meningkat dari YF menjadi
Y2. Kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan
kenaikan harga yang lebih cepat, yaitu dari P1 ke P2.
b. Inflasi
Desakan biaya
Inflasi
desakan biaya adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian yang
disebabkan oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan
mentah atau kenaikan upah. Pertambahan
biaya produksi akan mendorong perusahaan – perusahaan menaikkan harga, walaupun
mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam permintaan
barang-barang yang diproduksinya.
(Sadono Sukirno, 2004; 334)
Kurva
AS1, AS2 dan AS3 merupakan kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD adlah
permintaan agregat. Andaikan pada mulanya kurva penawaran agregat adalah AS1.
Dengan demikian pada mulanya keseimbangan ekonomi negara tercapai pada
pendapatan nasional Y1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh,
dan tingkat harga adalah pada P1. Pada tingkat kesempatan kerja yang tinggi
perusahaan-perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja. Keadaan ini cenderung
mengakibatkan kenaikan upah dan gaji karena :
1.
Perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan menaikkan
upah dan gaji.
2.
Usaha untuk memperoleh pekerja tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan
menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi.
Kenaikan
upah akan menaikan biaya, dan kenaikan biaya akan memindahkan fungsi penawaran
agregat ke atas, yaitu dari AS1 ke AS2. Sebagai akibatnya tingkat harga naik
dari P1 menjadi P2. Harga barang yang tinggi ini mendorong para pekerja menuntut
kenaikan upah lagi, maka biaya produksi akan semakin tinggi. Pada akhirnya ini
akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser dari AS2 menjadi AS3.
Perpindahan ini menaikan harga dari P2 ke P3. Dalam proses kenaikan harga yang
disebabkan oleh kenaikan upah dan kenaikan penawaran agregat ini pendapatan
nasional riil terus mengalami penurunan, yaitu dari YF atau Y1 menjadi Y2 dan
Y3. Berarti akibat dari kenaikan upah tersebut kegiatan ekonomi akan menurun
dibawah tingkat kesempatan kerja penuh.
Dalam
kurva diatas diandaikan kenaikan upah tidak menyebabkan kenaikan dalam
permintaan agregat. Dalam prakteknya, kenaikan upah mungkin juga diikuti oleh
kenaikan dalam permintaan agregat riil. Apabila keadaan ini berlaku, kenaikan
harga akan menjadi semakin cepat dan kesempatan kerja tidak mengalami
penurunan. Andaikan setelah AS1 menjadi AS2, permintaan agregat AD berubah
menjadi AD1. Akibar dari perubahan ini kesempatan kerja penuh tertap terpakai,
tetapi tingkat harga lebih tinggi dari P2. Apabila proses kenaikan upah baru
berlaku, penawaran agregat akan bergerak dari AS2 ke AS3. Sekiranya ini diikuti
pula oleh kenaikan permintaan agregat menjadi AD2 maka tingkat kesempatan kerja
penuh masih tetap tercapai, tetapi harga-harga akan mencapai tingkat yang lebih
tinggi dari P3 yaitu P4.
c. Inflasi Diimpor
Inflasi
yang diimpor atau Imported Inflation merupakan kenaikan harga yang sangat
dipengaruhi oleh tingkat harga-harga yang terjadi pada barang-barang yang
diimpor, sehingga kenaikan harga barang-barang tersebut akan sangat berdampak
terhadap kenaikan harga barang-barang di dalam negeri. Salah satu contoh yang
pernah terjadi yaitu kenaikan harga minyak dunia pada tahun 1970an yang
mengakibatkan kenaikan biaya produksi, dan kenaikan biaya produksi
mengakibatkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga minyak yang tinggi tersebut
(dari US$ 3.00 pada tahun 1973 menjadi US$ 12.00 pada tahun 1974) menyebabkan
masalah stagflasi.
“Stagflasi
yaitu menggambarkan keadaan dimana kegiatan ekonomi semakin menurun,
pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan
harga-harga semakin bertambah cepat”.
(Sadono
Sukirno, 2004;336)
Permintaan
agregat dalam ekonomi adalah AD sedangkan pada mulanya penawaran agregat ada
AS1. Dengan demikian pada mulanya pendapatan nasional adalah Y1. Gambar diatas
menunjukkan pendapatan ini dicapai di bawah pendapatan pada kesempatan kerja
penuh (YF) maka jumlah pengangguran adalah tinggi. Kenaikan harga barang impor
yang penting artinya di berbagai industri mengakibatkan biaya produksi naik,
dan ini seterusnya akan mengakibatkan perpindahan kurva penawaran agregat dari
AS1 menjadi AS2. Pendapatan menurun dari Y1 kepada Y2 sedangkan tingkat harga
naik dari P1 menjadi P2. Ini berarti secara serentak perekonomian menghadapi
masalah inflasi dan pengangguran yang lebih buruk. Ahli-ahli ekonomi menamakan
ini dnegan sebutan Stagflasi, yaitu merupakan akronim dari Stagnasi dan
Inflasi.
Apabila
suatu perusahaan masih mengalami permintaan yang bertambah, maka perusahaan
akan berusaha untuk menaikkan produksinya denganc ara memberikan upah yang
lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja yang baru, dengan tawaran
pembayaran yang lebih tinggi ini mengakibatkan biaya produksi meningkat yang
akhirnya menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang-barang.
3. Inflasi Berdasarkan Tingkat Kelajuan
Kenaikan Harga-harga yang Berlaku
a. Inflasi
Merayap
Inflasi Merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap.
Inflasi Merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap.
b. Inflasi Sedang
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi Sedang atau moderate inflation.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi Sedang atau moderate inflation.
c. Hiperinflasi
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.
Inflasi
umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan
tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek
ada trade off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi
dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu
cara untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lainsebagainya. Secara
khusus dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi
adalah sebagai berikut :
a.
Dampak Negative
1. Bila harga secara
umum naik terus-menerus maka masyarakat
akan panik, sehingga perekonomian
tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang
memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya
negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari
kepanikan tersebut maka masyarakat
cenderung untuk menarik tabungan guna
membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank
kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi
yang tersedia.
3. Produsen cenderung
memanfaatkan kesempatan kenaikan harga
untuk memperbesar keuntungan dengan cara
mempermainkan harga di pasaran.
b. Dampak Positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam
mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat
ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan
industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun
karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara
mendirikan atau membuka usaha.
5. MASALAH PENGANGGURAN DAN KEBIJAKAN FISIKAL
Dalam menerangkan mengenai peranan kebijakan fisikal dalam menghadapi masalah pengangguran, analisis yang akan dibuat dibedakan kepada dua pendekatan : dengan menggunakan grafik Y=AE, dan grafik AE-AS. Dalam menjalankan kebijakan fisikal dapat dilakukan tiga bentuk tindakan : (a) mengubah pengeluaran pemerintah saja, (b) mengubah pajak saja, (c) secara serentak mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak. Dalam analisis di bagian ini yang akan diterangkan adalah kebijakan fisikal yang dinyatakan dalam (a) dan (b) diatas. Selanjutnya dalam analisis yang dibuat akan dimisalkan perubahan pengeluaran pemerintah yang dilakukan adalah sama dengan perubahan pajak.
Dalam menerangkan mengenai peranan kebijakan fisikal dalam menghadapi masalah pengangguran, analisis yang akan dibuat dibedakan kepada dua pendekatan : dengan menggunakan grafik Y=AE, dan grafik AE-AS. Dalam menjalankan kebijakan fisikal dapat dilakukan tiga bentuk tindakan : (a) mengubah pengeluaran pemerintah saja, (b) mengubah pajak saja, (c) secara serentak mengubah pengeluaran pemerintah dan pajak. Dalam analisis di bagian ini yang akan diterangkan adalah kebijakan fisikal yang dinyatakan dalam (a) dan (b) diatas. Selanjutnya dalam analisis yang dibuat akan dimisalkan perubahan pengeluaran pemerintah yang dilakukan adalah sama dengan perubahan pajak.
· EFEK KEBIJAKAN FISKAL:PENDEKATAN Y=AY.
Grafik(a)
menunjukkan
efek kebijakan fiskal apabila pengangguran berlakudalam
perekonomian dan pertambahan
pengeluaran pemerintah sebesar Agdilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.Sedangkan gambar(b)
menunjukkan
efek kebijakan fiskal apabila perubahan itu dilakukan melalui penurunan pajak
dimana AT=AG.
· Perubahan keseimbangan yang berlaku.
Dalam grafik (a)
dimisalkan
keseimbangan asal dicapai di titik E1.Keseimbangan ini menunjukkan
pendapatan nasional adalah Y1 dan dalam keseimbangan ini
pengangguran berlaku.Untuk mengatasinya pemerintah menambah pengeluarannya
sebanyak AG dan pertambahan pengeluaran ini memindahkan pengeluaran agregat
dari AE1 ke AE2.Perubahan tersebut berarti keseimbangan
bergeser ke E2 dan pendapatan nasional meningkat dari Y1 ke
Y2.perubahan akan menambah kesempatan kerja dan mengurangi
pengangguran.
Dalam grafik (b)
yang
menunjukkan efek pengurangan pajak ke atas keseimbangan pendapatan
nasional,juga dimisalkan keseimbangan yang asal adalah di E1.Pengangguran
pajak sebesar AT(yang sama nilainya dengan AG) akan menambah pendapatan
disposebel rumah tangga sebesar :Ayd=AT.Pertambahan pendapatan
disposebel ini akan menaikkan pengeluaran rumah tangga,akan tetapi kenaikan
pengeluaran itu adalah kurang dari AG.
Yaitu hanya
sebesar :AC=MPC.AG. Kenaikan
pengeluaran rumah tangga tersebut akan memindahkan pengeluaran agregat menjadi
AE2 dan keseimbangan menjadi E2. Maka pendapatan nasoinal baruakan dicapai di Y1.=Pendapatan
nasional bertambahdan oleh sebab itu kesempatan kerja meningkat dan
pengangguran akan berkurang.
· Perbandingan Mengenai Sebab yang Berlaku
Dari grafik (a) dan (b) dapatdiambil
kesimpulan bahwa Y0Y1 dalam grafik (b)adalah kurang dari
Y1Y2 dalam grafik (a). Hal ini berlaku dalam keadaan dimana diasumsikan AG=AT.Yang menyebabkan
perbedaan tersebut adalah karena pengurangan pajak akan menambah pengeluaran
agregat (yang berlaku sebagai akibat pertambahan konsumsi rumah tangga) pada
jumlah yang lebih kecil dari AG.Dari perbedaan efeknya ini dapat disimpulkan
bahwa multiplier pajak adalah lebih kecil dari multiplier pengeluaran
pemerintah.
Kebaikan lain
penambahan pengeluaran pemerintah
apabila di bandingkan dengan pengurangan pajak sebagai alatkebijakan
fiskal adalah :efek pertambahan pengeluaran pemerintah dalam menggalakkan
kegiatan ekonomi adalah lebih cepat dari efek pengurangan pajak.
· EFEK KEBIJAKAN FISKAL :PENDEKATAN ANALISIS AD-AS
Untuk menunjukkan
efek kebijakan fiskal kepada keseimbangan endapatan nasionaldarikegiatan
ekonomi adalah dengan menggunakan analisis AD-AS.
Perhatikan gambar 10.5.
Keseimbangan yang asal adalah di E0 yaitu pada
perpotongan di antara kurva AD0 dan dalam gambar 10.5 kurva Asadalah
landai karena dimisalkan dalam perekonomian masih terdapat banyak
pengangguran.Pada keseimbangan ini tingkat harga adalah P0 dan
pendapatan nasional adalah Y0.Apabila pengeluaran pemerintah
bertambah sebanyak AG maka kurva AD0 akan bergeser ke AD1.Besarnya
nilai tersebut di tentukanoleh nilai Y1Y dalam gambar (a) dari gambar 10.4,yaitu pada
harga tetap,kenaikan pengeluaran pemerintah menambah pendapatan nasional
sebanyak Y1Y2 dan perubahan itu adalah sama dengan
perubahan titik keseimbangan dari titik E0 menjadi titik A.Kurva AD1
memotong kurva AS di titik E1 dan berarti kebijakan fiskal dengan
menambah pengeluaran pemerintah sebesar AG akan menyebabkan keseimbangan
pendapatan nasional bergeser ke E1 .Keseimbangan ini menunjukkan
tingkat harga meningkat dari P0 ke P1 dan pendapatan
nasional riil bertambah dari Y0 ke Y1 adalah lebih kecil
dari Y1Y2 dalam gambar 10.4 (a).
- KEBIJAKAN MONETER DAN MASALAH PENGANGGURAN
Efek kebijakan moneter
dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi,juga dapat digunakan dua pendekatan
:pendekatan menggunakan grafik Y=AE dan analisis AD-AS.
· EFEK KEBIJAKAN MONETER DALAM ANALISIS Y=AE
Efek kebijakan moneter di tunjukkan dalam gambar
10.6(a).Pengeluaran agregat yang mula mula berlaku dalam ekonomi di tunjukkan
oleh AE0 dan dengan demikian pendapatan nasional adalah Y0.
Untuk mengatasi pengangguran dan menggalakkan kegiatan
ekonomi bank sentral menambah penawaran uang.Langkah ini menurunkan suku bunga
dan menggalakkan para pengusaha menambah investasi,yaitu sebesar a1.Pertambahan
investasi tersebut memindahkan pengeluaran agregat dari AE0 menjadi
AE1 dan memindahkan keseimbangan dari E0 ke E1.Dengan
demikian pendapatan nasional meningkat menjadi Y1.Peningkatan ini
menambah kesempatan kerja dan mengurangi pengangguran .Perubahan kegiatan ini
berlaku pada harga yang tidak mengalami perubahan yaitu di asumsikan tingkat
harga yang berlaku adalah P0.
· EFEK KEBIJAKAN MONETER DALAM ANALISIS AD-AS.
Dari grafik (b) gambar 10.6 yang menggambarkan efek
kebijakan moneter ke atas keseimbangan AD-AS ,pendapatan nasoinal riil
dantingkat harga.Penawaran agregat dalam perekonomian itu di gambarkan
olehkurva AS,yang landai bentuknya karena dimisalkan terdapat banyak
pengangguran dalam perekonomian.Permintaan agregatyang asal adalah AD0
dan titik A menggambarkan keseimbangan yang mula mula dicapai dan keseimbangan
ini adalah sama dengan E0 pada grafik(a) yang menggambarkan
pendapatan nasional riil adalah Y0 dan tingkat harga P0 .
Dengan menggunakan grafik (a)bahwa kebijakan moneter akanmemindahkan pengeluaran
agregat dari AE0 ke AE1 dan menigngkatkan pendapatan
nasional dari Y0 ke Y1.Dalamkan grafik (b)perpindahan tersebut di gambarkan
oleh perubahan AD0 menjadi AD1 dan jarak AB sama dengan Y0Y1.Permintaan
agregat AD1 memotong penawaran agregat AS di titik C.Dengan
demikian,sebagai akibat dari kebijakan moneter keseimbangan AD-AS berubahdari
titik A ke titik C.Perubahan ini menggambarkan perubahan berikut:efek dari
kebijakannya di jalankannya kebijakan moneter pendapatan nasional riil
meningkat dari Y0 menjadi Y2 dan tingkat harga meningkat
dari P0 menjadi P1.
Grafik (b) menjelaskan gambar bahwa menurut analisis Y=AE.Perubahan
pengeluaran dalam perekonomian menyebabkan pertambahan yang lebih besar kepada
pendapatan kepada pendapatan nasional apabila di bandingkan dengan dalam
analisis AD=AS.Hal ini disebabkan karena perbedaan pemisalandalam kedua
analisis tersebut.Dalam analisis Y=AE dimisalkan harga tidak berubah .Akan
tetapi dalam analisis AD=AS harga dapat mengalami perubahan .Uraian di atas
menunujukkan harga mengalami kenaikan ,yaitu dari P0 menjadi P1.Perubahan
ini menyebabkan (i)konsumsi rill rumah tangga berkurang(ii)ekspor berkurang dan
(iii)impor bertambah.Oleh karena itu dalam analisis AD-AS pendapatan nasional
riil hanya meningkat ke Y2 dan bukan ke Y1.
- KEBIJAKAN FISKAL UNTUK MENGATASI INFLASI
Dengan menggunakan grafik 10.7 grafik tersebut akan di terangkan bagaimana
kebijakan fiskal akan digunakan untuk mengatasi masalah inflasi.Kebijakan
fiskal yang akan dilaksanakan adalah dalam bentuk mengurangi pengeluaran
pemerintah.
· EFEK KEBIJAKAN FISKAL MENURUT PENDEKATAN Y=AE
Dalam menerangkan efek
kebijakan fiskal ini maka uraian akan di badakan kepada dua keadaan:keadaan
dimana dimisalkan inflasi berlaku tanpa di kontrol pemerintah dan inflasi yang
diatasi melalui kebijakan fiskal.Dalam gambar 10.7 akan dijelaskan.
Pengeluaran agregat yang awal adalah AE (P0) dan pengeluaran ini
mewujudkan keseimbangan titik E0,pendapatan nasional adalah Y0
dan tingkat kesempatan kerja penuh hampir di capai.Seterusnya misalkan kenaikan
ekspor menambah pengeluaran agregat dan pada waktu yang sama kenaikan harga
harga menjadi lebih cepat.Tanpa kebijakan pemerintah pengeluaran agregat akan mencapai AE(p1)yaitu harga
harga juga mengalami kenaikan dan mencapai P1.Dengan demikian
kenaikan pengeluaran agregat tersebut telah menimbulkan efek berikut:pendapatan
nasional meningkat dari Y0 menjadi Y1 dan tingkat harga
meningkat dari P0 menjadi P1.Oleh karena itu Y1
lebih besar dari Yf tingkat pengangguran adalah sangat rendah.
Seterusnya perhatikanlah fek kebijakan fiskaldalam usaha mengatasi
inflasi.Dalamkasus ini ,sejak permulaan lagi pemerintah bahwa pertambahan
pengeluaran agregat yang besar yaitu dariAE(P0)menjadi AE(P1)menyebabkan
tingkat inflasi bertambah cepat.
· EFEK KEBIJAKAN FISKAL DALAM ANALISIS AD-AS
Efek kebijakan fiskal dalam
mengendalikan inflasi ,dapat pula digunakan dengan analisis AD-AS.Dengan
menggunakan analisis ini dapat ditunjukkan dengan lebih jelas
bagaimanaperubahan pengeluaran dan kebijakan belanjawan akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi dan tingkat harga.Analisis inidapat di terangkan lebih baik
dengan menggunakan grafik (b)dari gambar 10.7.
Keseimbangan yang
asal dalam perekonomian tersebut dicapaidititik A.Keseimbangan memberikan
gambar mengenai keadaan yang sama yang ditunjukkan oleh titik E0
dalam ganbar (a) yaitu pendapatan nasional riil adalah Y0 dan
tingkat harga P0.Telah di terangkan bahwa tanpa pengawasan dan
kebijakan pemerintah,pengeluaran agregat meningkat dariAE P0 menjadi
AE P1.Dalam gambar (b)perubahan tersebut menunjukkan oleh peralihan
kurva keseimbangan pendapatan nasionalyang baru ini harga meningkat dari P0
menjadi P1 dan pendapatan nasional riil adalah Y1.Dengan
demikian ,walaupun terjadi peningkatan dalam pendapatan nasional riil .tingkat
inflasi juga sangat tinggi.Maka sejak awal pemerintah berusaha menghindari
kenaikan harga yang tinggi dengan menjalankan kebijakan fiskal ,yaitu dengan
mengurangi pengeluaran pemerintah .Efek dari kebijakan fiskal ini permintaan
agregat hanya meningkat menjadi AD2 sajadan keseimbangan AD-AS
dicapai di titik C.Keseimbangan itu menunjukkan tingkat kesempatan kerja penuh
dicapai dan pendapatan nasional riil adalah Y1.Tingkat hargayang
baru adalah P2 yang lebih rendah dari P1 dan berarti kebijakan fiskal dapat
mengendalikan inflasi.
.
- KEBIJAKAN MONETER UNTUK MENGATASI INFLASI
Grafik pada gambar
10.7,efek kebijakan moneter dalam menghadapi inflasi dapat ditunjukkan.yaitu
yang terdapat dalam bagian (a) dan(b). Dalam uraian berikut yang dapat
digunakan adalah bagian (b) yang terdapatdalam gambar 10.8.
Kesembangan asal dicapai di titik E0 yaitu pada perpotongan penawaran agregat AS
dan permintaan agregat AD0.Dengan
demikian tingkat harga adalah P0 dan pendapatan nasional riil adalah
AD1 dan akan menimbulkan keseimbangan di E1.Dengan
demikian apabilapemerintah tidak melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan
pengeluaran agregat,pendapatan nasional meningkat dari Y0 ke Y1
tetapi peningkatan ini di ikutioleh kenaikan harga yang tinggi, yaitu dari P
0 ke P1.Misalkan pemerintah ingin tetap menginginkan
perkembangan ekonomi hingga ke tingkat kesempatan kerja penuh,tetapi juga
berusaha menciptakan perubahan harga harga yang lebih stabil.Hal itu akan dicapai
apabila pemerintah dapat mengendalikan perubahan permintaan agregat (AD) yaitu
memindahk kurva AD1 menjadi
AD2.
Apabila usaha untuk
mengurangi inflasi di lakukan dengan kebijakan moneter,yang akan dilakukan oleh
pemerintah adalah menurunkan penawaran uang,penurunan ini akan menaikkan suku
bunga.Sebagai akibatnya,pertama langkah ini akan menyebabkan perusahaan dan
penanam modal baru mengurangi kegiataninvestasinya.Kedua,kenaikan suku bunga
akan mengurangi keinginan rumah tangga untuk membeli rumah
baru.Ketiga,rumahlamayangmasih di angsur ,harus membayar bayaran bulananyang
lebih tinggi.
· KEBIJAKAN FISKAL ATAU KEBIJAKAN MONETER
Dalam analisis ini,kebijakan fiskal dan
moneter digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.Adakah ini berlaku
dalam praktek? Sebenarnyatidak.kedua kebijakan pemerintah ituharus dijalankan
secara bersamaan dan langkah langkah yang di jalankan haruslah saling
memperkuat kebijakan pemerintah yang di jalankan.
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di jalankan olehdua pihak yang
berbeda.Kebijakan fiskal di jalankan oleh Kementerian Keuangan dan kebijakan
moneter di jalanka oleh Bank Sentral.Kedua industri ini haruslah menyesuaikan
kebijakan ekonominya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.Apabila tidak
demikian ,yaitu apabila langkah mereka menimbulkan efek yang bertentangan yaitu
satu pihak menjalankan langkah langkah untuk mengatasi inflasi dan pihak
lainnya menjalankan kebijakan mengatasi penganguran ,kebijakan yang bertentangan
itu tidak akan mencapai tujuannya,Untuk meningkatkan kebijakan kebijakan pemerintah masing masing institusi di atas perlu
menjalankan hal berikut:
i.
untuk mengatasi
pengangguran :Bank Sentral perlu menurunkan suku bunga dan Kementrian Keuangan
menambah pengeluaran pemerintah yang dapat diikuti pula dengan pengurangan
pajak.Langkah tersebut akan menyebabkan kenaikan dalam agregat sebagai:kenaikan
investasi,kenaikan pengeluaran rumah tangga (konsumsi).
ii.
Untuk mengatasi
inflasi:tindakan yang perlu dijalankan Bank Sentral adalah mengurangi penawaran
aung dan menaikkan suku bunga.Kebijakanmoneter ini akan mengurangi investasi
dan pengeluaran rumah tangga (konsumen).Seterusnya ,Kementrian Keuangan perlu
mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak individu dan
perusahaan.Langkahtersebut dapat mengurangi pengeluaran pemerintah ,mengurangi
investasi dan mengurangi pengeluaran rumah tangga.
9.
KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN
Kebijakan segi penawaran pada
hakikatnya merupakan kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi magnitude dari
berbagai komponen pengeluaran dan permintaan agregat. Sedangkan kebijakan
penawaran adalah langkah-langkah pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi
penawaran agregat (AS). Dalam uraian berikut diterangkan bagaimana kebijakan
segi penawaran digunakan untuk mengatasi masalah stagflasi dan pengangguran.
Untuk mengatasi masalh tersebut
pemerintah menjalankan kebijakan segi penawaran yaitu melakukan langkah-langkah
yang menurunkan biaya produksi perusahaan (misalnya dengan mengurangi pajak ke
atas bahan mentah atau menetapkan harga bahan mentah) dan menggalakkan
perkembangan teknologi.
· INFLASI
DAN KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN
Selanjutnya perhatikan pula bagaimana masalah inflasi yang
timbul diatasi dengan menjalankan kebijakan segi penawaran. Perhatikan gambar
1.10. Keseimbangan permulan dicapai di E0, yaitu pada perpotongan AD0 ke AS0.
Pada keseimbangan ini harga P0 dan pendapatan Nasional riil Y0, perkembangan
ekonomi yang pesat memindahkan permintaan agregat dari AD0 menjadi AD1, dan
memindahkan keseimbangan ke E1, yang menggambarkan inflasi (harga naik dari P0
ke P1) dalam keadaan ekonomi yang berkembang ( pendapatan Nasional riil
bertambah dari Y0 ke Y1).
·
PENGANGGURAN DAN
KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN
Untuk
memahami bagaimana kebijakan segi penawaran akan digunakan untuk mengatasi
masalah pengangguran perhatikanlah Gambar 1.11.
Keseimbangan
ekonomi dicapai di E0 dan menggambarkan (i) pendapatan nasional riil dan tingkat harga masing-masing adalah Y0 dan
P0 dan (ii) terdapat pengangguran yang serius dalam perekonomian oleh karea
pendapatan nasional riil yang wujud adalah jauh di bawah Yf. dalam usaha untuk
mengatasi pengangguran pemerinta melakukan beberapa tindakan tersebut kurva
AS0, bergeser ke AS1. Pada masa yang sama beberapa usaha dalam kebijakan segi
penawaran tersebut akan enaikkan kesempatan kerja dan pendapatan. Perubahan ini
akan emindahkan kurva AD0 menjadi AD1. Keseimbangan baru yaitu perpotongan
antara AS dan AD1 dicapai di E1 dan berarti tingkat harga relatife stabil pada
P0 dan pendapatan nasional riil meningkat dari Y0 ke Y1 dan pertambahan ini
akan mengurangi pengangguran.
kasus
1. Pemerintah Waspadai Potensi Kenaikan
Harga BBM ke Inflasi
Liputan6.com, Jakarta -
Pemerintah mulai mewaspadai tren kenaikan harga minyak dunia yang berpotensi
berdampak pada penyesuaian harga bahan bakar minyak
(BBM) di 2017.
Lantaran pengaruh dari kondisi tersebut, inflasi akan terkerek naik lebih dari 4 persen sehingga dapat menekan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) golongan 900 VA dan kemungkinan penyesuaian harga BBM akibat kenaikan harga minyak dunia memicu risiko bergeraknya laju inflasi lebih tinggi di 2017.
"Tarif listrik naik, harga BBM tekanannya mulai naik karena harga minyak dunia naik. Jadi bisa meningkatkan inflasi, dan kalau inflasi rada tinggi, konsekuensinya ke tingkat bunga BI yang bakal mengalami tekanan," ujar dia di acara Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Senin (19/12/2016).
Lantaran pengaruh dari kondisi tersebut, inflasi akan terkerek naik lebih dari 4 persen sehingga dapat menekan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) golongan 900 VA dan kemungkinan penyesuaian harga BBM akibat kenaikan harga minyak dunia memicu risiko bergeraknya laju inflasi lebih tinggi di 2017.
"Tarif listrik naik, harga BBM tekanannya mulai naik karena harga minyak dunia naik. Jadi bisa meningkatkan inflasi, dan kalau inflasi rada tinggi, konsekuensinya ke tingkat bunga BI yang bakal mengalami tekanan," ujar dia di acara Prospek Ekonomi Indonesia 2017 di Balai Kartini, Jakarta, Senin (19/12/2016).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.
Jenis-jenis inflasi dibagi Menurut Sifatnya, sebabnya, dan berdasarkan Asalnya.
Ada banyak hal yang ditimbulkan oleh inflasi yang berdampak
negatif, diantaranya adalah keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian
dirasakan lesu, menimbulkan ganggguan pada fungsi uang, mengakibatkan
berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya
tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun ada beberapa dampak positif yang masih bisa ditimbulkan oleh inflasi,
seperti Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, serta tingkat
pengangguran cenderung menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan
kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
B.
Saran
Hendaknya Pemerintah
lebih memprioritaskan dalam menganalisa dan menanggulangi masalah-masalah
ekonomi yang berdampak menyeluruh bagi segala aspek kehidupan masyarakat dengan
tidak terlalu terpaku pada masalah-masalah sederhana lainnya yang sebetulnya
disengajakan untuk mengambil alih perhatian publik. Serta melakukan
pembenahan didalam struktur dan sistem birokrasi dari penyaluran-penyaluran
anggaran pembangunan agar dapat meminimalisir penyelewengan yang selama ini
terjadi, sehingga efisiensi dan efektivitas pengeluaran pemerintah dapat
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Putong,
Iskandar. 2010. Pengantar Mikro dan Makro
Jilid 4. Jakarta: Wacana Media
Boediono.
Dr. 1980. Ekonomi Makro Edisi Keempat. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada
Suparmoko,
M. 1991. Pengantar Ekonomika Makro.
BPFE. Yogyakarta
Sukirno,Sadono.1985. Pengantar Teori Makroekonomi.Bina Grafika. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar