Masihkah uang berada diatas segalanya...?
Minggu, 03 Desember 2017
Selasa, 21 November 2017
Soal-soal Pilihan Ganda Mata Kuliah Umum Makroekonomi Dalam Bukunya Sadono Sukirno Edisi Ketiga
- Apa itu pengeluaran pemerintah…
A.
Adalah semua pengeluaran pemerintah
untuk membiayai administrasi dan pengeluaran pemerintah sebagai kegiatan
pembangunan
B.
Adalah pengeluaran pemerintah yang
digunakan sebagai kepentingan pribadi demi tercapainya kesejahteraan keluarga
C.
Semua pengeluaran yang ditujukan pada
masyarakat miskin dan mengabaikan pembangunan infrastruktur demi memajukan
bangsa dan Negara
D.
Adalah Pengeluaran pemerintah yang
bersifat pasif yang digunakan untuk pembangunan jalan saja
(Jawaban
A)
- Apa yang menjadi penentu pengeluaran pemerintah…
A.
Proyeksi jumlah pajak yang diterima
B.
Tujuan ekonomi yang ingin dicapai
C.
Pertimbangan politik dan keamanan
D.
Pengeluaran pajak berkurang
(Jawaban
A)
- Bagaimana cara pemerintah mencegah terjadinya inflasi…
A.
Menambah jumlah uang yang beredar
B.
Dengan cara mengambil kebijakan moneter
dan kebijakan fiskal
C.
Menaikkan suku bunga
D.
Meningkatkan investasi
(Jawaban
B)
- Apa yang menjadi syarat keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka…
A.
Y = Cdn + I + G (X – M)
B.
Y = C + I + G + X
C.
Y = C + I + G + M
D.
Y
= C + I + G (X – M)
(Jawaban
D)
- Dalam perekonomian empat sector multiplier = 2. Misalkan pada mulanya neraca pembayaran seimbang. Neraca pembayaran akan mengalami defisit apabila…
A.
Pengeluaran pemerintah meningkat
B.
Investasi dari luar negeri bertambah
C.
Rumah tangga lebih banyak menabung
D.
Pajak impor dinaikkan
(Jawaban
D)
- Ekonomi tiga sector meliputi…
A.
Sektor perusahaan, rumah tangga, dan
pemerintah
B.
Sektor pertanian, perindustrian, dan
perikanan
C.
Sektor rumah kerja produksi,
perdistribusian, dan pemasaran
D.
Sektor pengembangan pangsa pasar, jenis
pasar, dan pengelolaan pasar
(Jawaban
A)
- Apa yang mejadi keuntungan melakukan perdagangan luar Negeri…
A.
Memperluas pasar Industri-industri dalam
Negeri
B.
Menambah devisa Negara
C.
Menyeimbangkan neraca pembayaran
D.
Menciptakan pasar persaingan dunia
(Jawaban
A)
- Faktor yang mewujudkan globalisasi dalam hubungan ekonomi luar Negeri adalah…
A.
Terjadi ketika pemerintahan di Inggris
dan Amerika menganut ideologi
B.
Ketika para pelopor merkantilis
melakukan perdagangan ke belahan dunia
C.
Ketika Negara-negara Eropa menjelajahi
daerah-daerah di benua Amerika, Australia, dan New Zealand serta melakukan
penaklukan dan penjajahan di kawasan Asia-Afrika.
D.
Ketika Perang dingin yang terjadi akibat
Negara adidaya yaitu Rusia dan Amerika
(Jawaban
C)
- Yang manakah dari yang berikut akan menurunkan syarat perdagangan…
A.
Ekspor bertambah sebanyak 50 persen
tetapi impor meningkat 60 persen
B.
Ekspor barang-barang meningkat
C.
Harga-harga ekspor mengalami kenaikan
yang lebih lamabat dari harga barang impor
D.
Neraca perdagangan tidak seimbang
(Jawaban
A)
- Neraca berjalan mencatat transaksi kecuali…
A.
Ekspor dan impor barang tampak
B.
Ekspor dan impor jasa
C.
Pembayaran pindahan neto ke luar negeri
D.
Devisa Negara
(Jawaban
D)
- Apa tujuan dari diciptakannya uang…
A.
Untuk melancarkan kegiatan tukar menukar
dan perdagangan
B.
Sebagai alat pemuas kebutuhan pribadi
C.
Dapat dijadikan bahan untuk berfoya-foya
D.
Menjadikan modal utama dalam memulai
suatu usaha
(Jawaban
A)
- Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan…
A.
Keseimbangan AD-AS
B.
MV=PT
C.
M=kPT
D.
Kurva MD pada E0
(Jawaban
B)
- Ukuran kasar untuk menentukan taraf pembangunan ekonomi suatu Negara adalah…
A.
Nilai
PDB
B.
Nilai PNB
C.
Tingkat pertamahan pendapatan /kapita
D.
Tingkat pendapatan perkapita
(Jawaban A)
- Dalam ekonomi yang mengalami pertumbuhan berkepanjangan sector manakah yang paling pesat berkembang…
A.
Sektor pertanian
B.
Sektor perindustrian
C.
Sektor jasa
D.
Sektor pertambangan
(Jawaban A)
- Kebijakan manakah yang baik dijalankan pemerintah apabila dihadapi masalah deficit dalam neraca pembayaran…
A.
Mengurangi
pengeluaran pemerintah
B.
Mengurangi
impor dan konsumsi
C.
Menambah
investasi dan mengurangi impor
D.
Menambah
impor
(Jawaban C)
- Apa yang menjadi akibat dari timbulnya devaluasi, kecuali…
A.
Impor
berkurang, karena barang luar negeri menjadi lebih mahal
B.
Ekspor
akan bertambah karena dipasaran luar negeri ekspor Negara menjadi lebih murah
C.
Pendapatan
Nasional akan bertambah
D.
Ekspor
Negara itu elastis
(Jawaban D)
- Masalah apa yang dihadapi oleh perekonomian terbuka…
A.
Arus ekspor impor tidak stabil
B.
Pendapatan perkapita suatu negara akan menurun
C.
Dapat menimbulkan pengangguran dan inflasi serta ketidakseimbangan neraca
pembayaran
D.
Terjadi surplus pada pendapatan nasional
(Jawaban
C)
- Negara mana saja yang tergolong pada Negara berkembang…
A.
India, Pakistan, Bangladesh dan
Indonesia
B.
Amerika, inggris, Rusia, dan jerman
C.
Australia, Filipina, korea dan RRC
D.
Turki, Luxamberg, Taiwan, dan Malaysia
(Jawaban
A)
- Untuk mempercepat pembangunan ekonomi suatu negara, langkah manakah yang kurang sesuai…
A.
Menggalakkan pertambahan penduduk
B.
Menggalakkan investasi
C.
Meningkatkan taraf pendidikan
D.
Menggalakkan peningkatan tabungan
masyarakat
(Jawaban
A)
- Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi salah satu syarat yang diperukan adalah…
A.
Kebijakan proteksi dijalankan
B.
Perbelanjaan masyarakat perlu
ditingkatkan
C.
Secara serentak semua sector perlu
dimajukan
D.
Investasi asing dan swasta perlu
ditingkatkan
(Jawaban
D)
Makalah Perkembangan Sejarah Ekonomi Tentang Mazhab Historis
MAKALAH
MAZHAB HISTORIS
Dosen pengampu : Aulia Dawam,
S.E, M.A
Disusun Oleh : Kelompok 6 Ekonomi
III A
Ø Halimatus Sakdiyah
Ø Homsiah
Ø Hendri Kamaruddin
Ø Husnul Mubarok
Ø Alianto
Ø Aisyah
Ø Karlina
STKIP PGRI BANGKALAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah berhasil menyelesaikan
makalah ini, yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI”. Kami menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah
yang berjudul“MAHZAB HISTORIS” ini tidak lepas dari kesalahandan kekurangan. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka kami mengharapkankritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaanmakalah ini.
Atas selesainya penyusunan tugas ini, kami
sampaikan rasa terima kasih yang setulus- tulusnya kepada Bapak Aulia
Dawam, S.E, M.A selaku Dosen pengampu yang telah memberikan bantuan atau dorongan, baik moril maupun materil.
Semoga makalah
ini bermanfaat bagi pihak- pihak yang membutuhkannya. Terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bangkalan,
November 2017
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mazhab historis mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi
sejarahnya, sehingga teori-teori ini disebut pula Teori Tahap-tahap
Pertumbuhan Ekonomi. Teori ini berasal dari Jerman pada abad XIX sebagai
reaksi terhadap “sistem persaingan bebas” (laissez faire) yang lahir dan
berkembang di Inggris.
Dengan
berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan pemikiran-pemikiran
sosialis/marxis, maka bendera sistem liberal/kapitalisme kembali berkibar.
Walaupun sistem pakar-pakar neo-klasik berhasil mementahkan serangan kaum
sosialis, tidak berarti sistem ini dianut semua negara-negara di daratan Eropa.
Pada waktu yang bersamaan, di Jerman perkembangan suatu aliran pemikiran
ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola
pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah. Kerangka dasar
teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah dalam
memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari aliran
utama (mainstream) yang berawal dari
kaum klasik. Adapun nama aliran sejarah diinspirasikan oleh keberhasilan metode
sejarah dalam bidang-bidang hukum dan bahasa. Oleh segolongan pakar-pakar
Jerman sendiri, ada yang menamakan alian sejarah sebagai aliran “etis”, untuk
menunjukan ketidaksenangan mereka pada paham hidonisme klasik.
- Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pertentangan
Pendapat Mengenai Metode Uang Yang Digunakan ?
2.
Apa saja yang terdapat pada
Teori-teori Tahap ?
3.
Apa saja Teori-teori
Mengenai Uang ?
4.
Apa Kaum Sosialis Katheder
itu ?
5.
Bagaimana Penyelidikan
Statistic dan Teori Konyungtur ?
6.
Bagaimana Pandangan Mengenai
Teori Spiethoof ?
7.
Apa itu Kaum Institusional ?
- Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui bagaimana
Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Yang Di Gunakan
2.
Untuk mengetahui apa saja
Teori-teori Tahap itu
3.
Untuk mengetahui apa saja
Teori-teori Mengenai Uang itu
4.
Untuk mengetahui apa itu
Kaum Sosialis Katheder
5.
Untuk mengetahui bagaimana
Penyelidikan Statistik dan Teori Konyungtur
6.
Untuk mengetahui bagaimana
Pandangan Mengenai Teori Spiethoof
7.
Untuk mengetahui apa itu
Kaum Institusional
BAB II
PEMBAHASAN
- PERTENTANGAN PENDAPAT MENGENAI METODE YANG DIGUNAKAN
Dapat dikatakan bahwa mashab Historis
tak pernah mencapai perumusan yang cukup jelas mengenai
doktrin-doktrinnya. Ada sesuatu hal yang dapat dinyatakan dengan tegas mengenai
aliran ini yakni : bahwa aliran tersebut merupakan suatu reaksi terhadap
teori-teori klasik.
Anggota-anggota mashab Historis mengkritik para ahli teori klasik karena
sempitya pendekatan (approach) mereka, terhadap kehidupan ekonomi yang
didasarkan atas suatu psikologi hedonistik yag kasar, dan terutama terhadap
pernyataan kaum klasik bahwa pendekatan tersebut menyebabkan timbulnya
hokum-hukum yang kaku. metode yang digunakan para ahli ekonomi klasik bersifat
deduktif. Dengan jalan memberikan uraian-uraian berdasarkan jumlah premis yang
terbatas jumlahnya, dianggap mereka bahwa kesimpulan-kesimpulan logis yang
ditarik berdasarkannya mempunyai validitas penuh.
Suatu metode merupakan jalan ke arah ilmu pengetahuan. Kaum klasik
menggunakan sebagai premis, uraian-uraian yang dikemukakan mereka berdasarkan
motif dasar manusia, berupa kepentingan
diri sendiri, akan tetapi dalam bentuknya yang sempit. Semua ahli-ahli
ekonomi kaum klasik secara eksplisit, menerima filsafat utilitarian dan metode
yang digunakan mereka didasarkan atasnya. Dapat pula ditambahkan bahwa metode
deduktif pada analisis ilmiah berpangkal pada suatu pendapat tertentu, (missal
dalam ilmu ekonomi, berdasarkan dalil bahwa : “subyek ekonomi berusaha mencapai
tujuan tertentu, dengan pengorbanan seminimal-minimalnya”); hingga perubahan
yang dikemukakan merupakan suatu penguraian - yakni suatu tindaka deduksi-
dengan cara yang logis, yang didasarkan atas dalil dasar tersebut. Deduksi
tersebut didasarkan atas asa identitas,
yakni berdasarkan anggapan, bahwa apabila dua hal sama dengan hal ketiga, maka
ketiga hal masing-masing harus sama satu sama lain (artiya bila A=B dan B=C
maka A=C). Hal tersebut dengan demikian merupakan suatu pengaturan logis dari
tiga pendapat yang juga dinamakan silogisme.
Akan tetapi menurut mashab Historis, pengalaman sejarah menunjukkan
bukti-bukti adanya diversitas besar motif-motif manusia, tradisi dan
bentuk-bentuk organisasi ekonomi, hingga dengan demikian hal itu bertentangan
dengan argument para ahli ekonomi klasik bahwa terdapat adanya hukum alamiah kehidupan ekonomi.
Mashab Historis berpendapat bahwa metode klasik adalah “Mekanis”. Rencana
mashab Historis mengharuskan adanya suatu metode induktif, menurut metode mana
sebab-sebab individual setiap fenomi pertama-tama diselidiki, agar dengan
demikian dapat dicapai data, untuk mengadakan generalisasi, apabila hal
tersebut dapat dilakukan.
Pada metode induktif orang
berpangkal pada fakta-fakta tertentu, dan berdasarkannya diusahakan untuk mencapai
hukum-hukum umum. Secara diam-diam orang menganggap disini bahwa pada gejala
yang khusus terdapat hal umum. Tetapi janganlah dilupakan bahwa kebenaran
anggapan tersebut perlu diuji berdasarkan penyelidikan berulang-ulang.
John Stuart Mill dalam bukunya : “System
Of Logic” menunjukkan bahwa walaupun untuk ilmu pengetahuan ideal (yaitu
ilmu pengetahuan yang khusus dikontruksi dalam alam pikiran manusia). Metode
deduktif adalah satu-satunya metode yang paling tepat, maka ilmu-ilmu
pengetahuan yang mempunyai hubungan tertentu dengan kenyataan, sekalipun
mempergunakan metode deduktif, tidak dapat bekerja tanpa menggunakan metode
induktif. Pada abad ke 19 timbul pertentangan-pertentangan tangan mengenai
apakah dalam ilmu pengetahuan social umumnya, dan dalam ilmu pengetahuan
ekonomi khususnya, akan digunakan metode deduktif atau metode induktif.
Di Jerman pertentangan metode (methodenstrijd) mencapai puncaknya pada
diskusi yang dilakukan antara Karl Menger dan Gustav Schmoller. Sebenarnya
setiap ilmu pengetahuan terus menerus memperbaiki, tetapi metode itu tidak
dijadikan obyek penelitiannya, melainkan ilmu pengetahuan senantiasa berusaha
untuk mencapai hasil-hasil baru.
Perbedaan antara
metode induksi dan deduksi dapat dikemukan secara skematis.
Pengertian
idealisering :
Mengidealisir berarti membawa
sesuatu gejala ke tingkat kesempurnaan tertinggi. Hal tersebut dilakukan guna
menujukkan suatu gejala dalam bentuk yang paling murni. Sesuatu yang sempurna
adalah sederhana, hingga dengan demikian lebih mudah di pahami.
Mengidealisir sesuatu juga merupakan
suatu alat pembantu, guna lebih memahami gejala tertentu. Hal tersebut
dinamakan pula tindakan “menstilir”.
Dalam rangka mencari hukum-hukum
ekonomi, ilmu ekonomi menggunakan macam-macam tipe ideal.
Tipe ideal yang banyak digunakan
anatara lain :
- Manusia yang bertindak menurut asas rasionalitas obyektif;
- Manusia sebagai Homo Economicus;
- Teori-teori tahap (Stufentheorin).
Para
penganut mashab Historis berupaya untuk menyusun berbagai skema,guna mencakup
perkembangan ekonomi dari abad ke abad. Teori-teori demikian dikenal orang
sebagai Stufentheorin. Berikut ini dikemukakan beberapa diantara teori-teori
tahap yang terpenting.
- TEORI-TEORI TAHAP (STUFENTHEORIEN)
a.
friedrich List membedakan
fase-fase sebagai berikut :
Friedrich List
sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire yang berpendapat
bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin
alokasi sumber daya yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi
hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi
politik dan kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya
proteksi pemerintah bagi industri-industri yang masih lemah. Suatu hal yang
dapat dimengerti karena dia menghendaki berkembangnya industri di Jerman yang
pada waktu itu masih jauh tertinggal dibandingkan dengan di Inggris.Dengan
demikian menurut Friedrich List perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung
kepada peranan pemerintah, organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap
pertumbuhan ekonomi dari segi perkembangan teknik produksi atau perilaku
masyarakat dalam berproduksi. Tahap-tahap tersebut adalah :
I.
Fase dimana terdapat adanya
pengembala
Ini adalah bentuk kegiatan manusia yang
paling awal (primitif) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh masyarakat pada tahap ini adalah
bahan makanan, yang jelas merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi
suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat dibagi dua, yaitu: (i) yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan (ii) yang berasal dari hewan. Pangan nabati pada tahap
ini dapat diambil begitu saja dari alam tanpa perlu bersusah payah menanam dan
apalagi memprosesnya. Sementara pangan hewani diperoleh dengan cara berburu.
Bila bahan pangan di suatu daerah habis, maka mereka akan mencari yang lain di
tempat yang lain pula dengan membawa serta hewan yang masih mereka miliki atau
belum habis dimakan. Dengan demikian mereka mempunyai pola hidup mengembara
dan dengan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi kepada alam.
II.
Fase dimana terdapat adanya
petani-petani
Seiring dengan berjalannya waktu
jumlah penduduk kian meningkat dan oleh karena itu kebutuhannya, khususnya
kebutuhan akan bahan pangan juga meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan
pangan yang semakin banyak pula. Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu
lokasi menjadi semakin cepat habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal
ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut
memerlukan route pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi
yang semakin besar. Hal ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang
semakin besar pula, sementara daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum
berkembang dengan memadai terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat
dikatakan sama sekali tidak ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara
menemukan titik jenuhnya dan masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk
memikirkan cara produksi alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan
bercocok tanam (bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha peternakan, maka
tahap ketiga ini disebut pertanian.
III.
Fase dimana terdapat adanya
pertanian dan industri secara berdampingan.
Di sektor pertanian ini terdapat,
apa yang disebut dengan pengangguran musiman (seasonalunemployment)
. Seperti
diketahui beberapa kegiatan pokok dalam suatu usaha tani antara lain adalah :
pembenihan, pembersihan lahan, pengelolaan lahan sampai siap untuk ditanami,
bertanam membersihkan rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman (menyiang),
memelihara/ mengatur pengairan, melindungi tanaman dari ancaman ternak/ hewan
lainnya seperti burung dan babi, panen dan kemudian pasca panen. Diantara
kegiatan-kegiatan tersebut terdapat waktu senggang yang kadang-kadang relatif
panjang, misalnya periode antara sesudah bertanam atau menyiang sampai
datangnya musim panen. Disamping itu di beberapa daerah atau belahan bumi
seperti di Eropa, Jepang dan Cina bagian utara, karena kondisi cuaca dan iklim,
maka kegiatan pertanian yang normal hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja
dalam setahun. Maka dapat dipahami bahwa waktu senggang ini dimanfaatkan oleh
penduduk untuk melakukan berbagai jenis pekerjaan lain dan yang terpenting
diantaranya adalah membuat berbagai produk kerajinan tangan untuk keperluan
rumah tangga yang dilakukan di rumah-rumah. Dengan demikian, lama kelamaan
berkembanglah apa yang disebut dengan industri rumah tangga (home
industry). Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
(a)
Barang anyaman
seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b) Barang keramik/
tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar dan tempayan,
(c)
Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d) Peralatan pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak,
cangkul, pisau, parang, pedang, bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari
perkembangannya industri rumah tangga ini adalah bersifat sambilan, berskala
keci dan banyak menggunakan tenaga manusia.Sementara itu produksinya juga hanya
untuk keperluan lokal atau daerah di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan
industri rumah tangga ini pada akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor
pertanian yaitu melalui perbaikan teknik produksi, sehingga perekonomian
memasuki memasuki tahap kedua yang bercirikan: pertanian yang semakin
berkembang yang dilengkapi dengan industri manufaktur berskala kecil.
IV.
Fase dimana baik pertanian,
industry maupun perniagaan telah berkembang.
Dalam
jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari pengalamannya,
sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di sektor rumah
tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang dihasilkan
semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan cara yang semakin
efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu dengan dikenalkannya
sistem persaingan yang mendorong berkembangnya spesialisasi baik antar pekerja
maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi memperbesar tingkat interpendensi
antar pekerja dan antar negara dan oleh karena itu mendorong pertumbuhan sektor
perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan kembali merangsang perkembangan
unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di dalam masyarakat baik dalam sektor
pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
( Teori tahap List
didasarkannya atas perkembangan yang dijumpainya di Amerika Serikat).
List dalam hal
mengemukakan teorinya bertujuan untuk menunjukkan bahwa Jerman sekitar tahun
1840 sebagian besar masih berada pada fase ke III.
Guna menandingi industry
Inggris yang sudah jauh lebih maju, maka pemrintah harus membantu industry
dalam negeri dengan jalan mengadakan bea impor tinggi yang dinamakan
Erziehungszolle. Argumen List ini, hingga kini terkenal dalam literature
ekonomi internasioanl sebagai “infant
industry argument”.
b. Teori tahap Karl Bucher
Karl Bücher
(16 February 1847 – 12 November 1930) adalah ekonom Jerman yang menyusun teori
tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam teorinya, ekonomi berkembang dari kondisi
sederhana yaitu dari Rumah tangga tertutup menjadi rumah tangga dunia. Ekonomi
berasal dari isttilah Yunani “oikos” yang berarti rumah tangga, dan “nomos”
yaitu aturan atau urusan.
Karl Bucher mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
I.
Tahap rumah tangga tertutup
(die Stufe Der Geschlossene Hauswirtscaft”).
Adalah rumah tangga dimana
alat pemuas kebutuhan ekonomi didapatkan dari hanya rumah tangga dan lingkungan
disekitarnya. Interaksi ekonomi seperti penjualan barang dan jasa juga sangat
terbatas. Tahapan ini terjadi pada masa awal peradaban hingga sekitar tahun
1000 M pada Abad Pertengahan.
II.
Tahap rumahtangga kota (die
Stufe der Stadt und Umlandwirtschaft”).
Adalah rumah tangga dimana kegiatan ekonomi
mulai berinteraksi dengan wilayah lebih lua. Rumah tangga tertutup berinteraksi
dengan rumah tangga lain. Tempat terjadinya Interaksi adalah di pasar.
III.
Tahap rumahtangga Negara
Pada tahapan ini rumah tangga
di kota saling berinteraksi dan menyebabkan timbulnya rumah tangga bangsa.
Wilayah dari rumah tangga ini adalah satu negara, misalnya di Indonesia.
IV.
Tahap rumahtangga dunia (die
Stufe der Volkswirtshaft).
Seiring dengan berkembangnya
globalisasi rumah tangga di negara-negara di dunia saling berinteraksi dan
menyebabkan timbulnya rumah tangga dunia. Kegiatan ekonomi terjadi dengan
proses ekspor dan impor antar negara.
Inti teori tahap yang
dikemukakan Bucher adalah sebagai berikut : Pada jaman dahulu di Jerman
terdapat tanah-tanah pertanian luas, yang dinamakan Frohnhof (Di Romawi kuno
terdapat apa yang dinamakan Latifundia). Frohnhof dimiliki oleh tuan-tuan tanah
kaya, gabungkan diri di dalamnya, yang pada dasarnya berarti bahwa mereka
tunduk terhadap kekuasaan tuan tanah tersebut. Tuan tanah menjamin keselamatan
para petani kecil itu terhadap serangan dari musuh dan sebagai kontraprestasi
dimintanya pajak dari mereka.
Pajak umumnya berbentuk
natura (yakni berbentuk misalnya gandum, ternak, anggur, dan sebagainya) dan
kadang-kadang pula berupa jasa-jasa tenaga kerja. Perkembangan selanjutnya
adalah bahkan lambat laun pembagian kerja makin meluas hingga akhirnya timbul
macam-macam spesialisasi, misalnya ( pada zaman itu di Eropa) ada pandai besi
yang menghususkan diri membuat alat-alat rumah tangga, ada pula yang
menghususkan diri dalam hal pembuatan senjata. Dengan bertambah majunya
pekerjaan tengan, makin berkembang pula perniagaan. Untuk kebutuhann perniagaan
dibutuhkan tanah lapangan yang cukup luas.
Lama kelamaan para
pedagang menetap sekitar lapangan tersebut (marktplein), tindakan mana akhirnya
juga diikuti oleh para pekerja tangan. Demikianlah gambaran mengenai
terbentuknya kota pada waktu itu produksi dilakukan berdasarkan pesanan (op
bestel ling). Demi menjamin mutu hasil pekerjaan didirikan oleh para pengusaha
kota macam-macam gilde.
Gilde adalah kumpulan
produsen dalam macam-macam bidang kerajinan tangan. Ada dua golongan dalam
gilde yakni para gilde meesters (ahli-ahli), dan para gezellen (para murid yang
melalui suatu meestersproef (bukti kecakapan) pada suatu waktu mengharap
mencapai gelar gildemeester. Peraturan gilde sangat ketat, hingga lambat laun
timbul pertentangan antara para meesters dan para gezel.
Lambat laun dengan
dihapuskannya gilde, produksi kini ditujukan untuk pasar, untuk pembeli yang
tidak dikenal. perniagaan makin meluas, hingga bukan saja meliputi perniagaan
antara daerah, melainkan juga perniagaan antara Negara-negara. Karl Bucher
mencoba menjelaskan bahwa Negara-negara akan berkembang kea rah rumah-rumah
tangga Nasioanl. Jadi tidak ada kecenderungan perkembangan kea rah rumahtangga
dunia.
c. Teori tahap dari Hildebrand.
Hildebrand
membedakan tiga tahap sebagai berikut :
I.
Tahap Naturalwirtschaff ;
II.
Tahap Geldwirtschaft ;
III.
Tahap Kreditwirtschaft ;
Inti
teori tahap Hildebrand adalah sebagai berikut :
Semula
manusia primitive hidupnya sangat bersahaja. Apa yang dibutuhkannya
diusahakannya sendiri (jadi apa yang diproduksi, dikonsumsi sendiri). Lambat
lau hidup secara berdikari tersebut tidak dapat dipertahankan lagi, mengingat
makin bertambhanya dan makin meluasnya kebutuhan manusia, dan makin meluasnya
pembagian kerja. Timbullah hubungan tukar menukar secara barter, dimana B-B
(B=Benda) benda langsung ditukar dengan benda lain.
Disebabkan
oleh karena tukar menukar ini natura banyak menimbulkan kesulitan, maka
akhirnya diketemukan orang uang yang dapat digunakan sebagai medium pertukaran
hingga kini terlihat proses pertukaran sebagai berikut :
B – U – B = Benda –
Uang – Benda. Lambat laun penggunaan uang dedesak oleh system pemberian kredit.
d.
Teori
tahap dari schmoller
Ia
membedakan lima tahap sebagai berikut :
I.
Tahap
rumah tangga tertutup (Geschlossene Hauswirtschaft)
II.
Tahap
rumah tangga kota (Stadtwirtschaft)
III.
Tahap
rumah tangga, dimana daerah yang satu mempunyai hubungan ekonomi satu sama lain
IV.
Tahap
rumah tangga negara (Volkswirtshaft)
V.
Tahap
rumah tangga dunia (Weltwirtschaft).
e.
Teori
tahap dari Eugen Von Phillopovich
Seperti halnya Karl
Bucher, dikemukakannya pula perbedaan
antara rumah tangga tertutup dan rumah
tangga yang mengenal hubungan tukar menukar . Ia membedakan :
I.
Rumah tangga yang
terkait secara lokal
II.
Rumah tangga yang
terkait secara nasional
III.
Rumah tangga dengan
hubungan tukar menukar bebas
Hal yang terkait meliputi seluruh rumah-rumah
tangga dunia.
f.
Teori
tahap dari Werner Sombart
I.
Tahap prerkapitalisme,
(Vorkapitalismus)
Dalam
tahap ini kaum kapitalis maupun paham kapitalis belum dikenal masyarakat dalam
tahap ini bekerja hanya memenuhi kebutuhan hidup sendiri dengan dasar
kekeluargaan. Masyarakat umum bekerja pada sector pertaian yang kehidupanya
masih bersifat statis.
II.
Tahap kapitalisme yang
mulai tumbuh (Fruhkapitalismus)
Dalam
tahap ini masyarakat sudah mulai bersifat dinamis, manusia pada tahap ini sudah
mulai mengenal uang serta mulai memupuk uang dan harta. Suasana yang sifatnya
kekeluargaan mulai memudar dan sifat individualis mulai memasuki masyarakat.
III.
Tahap kapitalisme yang
sudah berkembang (Hochkapitalismus)
Kehidupan
tahap ini mulai diarahkan untuk mencari keuntungan semaksimal mungkin. Sehingga
pada tahap ini kaum kapitalis atau kaum yang bermodal besar sudah mulai muncul,
akibat munculnya kaum kapitalis dalam
tahap ini muncul kaum buruh atau pekerja kaum kapitalis menguasai alat-alat
produksi dengan tujuan melakukan produksi secara besar-besaran.
IV.
Tahap kapitalisme akhir
(Spatkapitalismus).
Dalam
tahap ini muncul kaum sosialis bertujuan
mensejahterakan bersama. Munculnya kaum sosialis akibat adanya kesenjangan
kesejahteraan antara kaum kapitalis dengan kaum buruh. Dengan munculnya kaum
sosialis maka peran serta pemerintah dalam pengedalian perekonomian mutlak
dilakukan.
Inti
teori tahap Werner Sombart adalah sebagai berikut : pada tahap Vorkapitalismus
ini masyarakat menunjukkan sifat komuna listrik, masyarakat untuk bagian
terbesar terdiri dari para petani yang menghasilkan apa yang dibutuhkan . tukar
menukar masih bersifat barter. Di samping bertani, penduduk sebagian juga
mengerjakan industri perumahan.
Pada tahap friihkapitalismus, makin lama makin timbul
pertentangan antara sifat kekeluargaan dan induvidualisme. Pembagian kerja yang
makin meluas, menyebabkan bahwa orang-orang akhirnya melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan bakat dan kecakapan mereka masing-masing. Para pekerja tangan
tergabung dalam macam-macam gilde. Perniagaan belum begitu berkembang, karena
produksi masih di lakukan masih di lakukan pesanan. (perhatikan persamaan antara tahap ini dengan
tahap stadtwirtschaft dari karl bucher).
Pada tahap ketiga (tahap hochkapitalismus) di samping
golongan pedangang, pekerja tangan, serta para petani, timbul pula dua golongan
baru yakni golongan pemilik modal yang memiliki alat-alat produksi, dan
golongan hanya memiliki tenaga kerja mereka saja, yakni kaum buruh. Pada fase
ini produksi di lakukan secara masal dengan alat-alat produksi yang termodern.
Motif laba (profit motive) meluas di dalam lingkungan kaum bermodal. Perniagaan
berkembang hingga akhirnya meliputi perniagaan internasional. Pada tahap yang
dinamakan sombart fase spatkapitalismus, kepentingan pribadi harus mengalah
terhadap kepentingan masyarakat.
Produksi bukanlah di tujukan untuk mengejar laba
maksimal, melainkan untuk mencapai peningkatan kemakmuran bagi seluruh lapisan
masyarakat. Tukar menukar dikendalikan oleh negara. Dapatlah yang di terka bahwa yang di maksud dengan tahap terakhir
ini yaitu tahap sosialisme.
Disamping stufentheorien (tradisional) yang telah di uraikan,
pada waktu belakangan ini terdapat pula teori-teori yang juga secara tahap demi
tahap mencoba menerangkan bagaimana negara-negara mencapai perkembangan dan
pembangunan ekonomi. Antaranya terdapat :
g.
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari W.Rostow
Dalam
bukunya : “Stages of economic growth”
BAB II. Dimulainya dengan kata-kata sebagai berikut : “It is possible to
identify all societies, in their economic dimensions, as lying within one of
five categories :
I.
The traditional society
II.
The preconditions for take
off
III.
The take off
IV.
The drive to maturity
V.
The age of high mass
consumption
Keterangan Rostow
adalah sebagai berikut :
Pertama-tama terdapat masyarakat tradisional, pada
masyarakat demikian terdapat batas
terdapat tingkat output yang dapat dicapai per orang, karena di sana potensi
ilmu pengetahuan serta teknologi modern belum ada atau tidak diterapkan secara
teratur serta sistematik. Pada masyarakat demikian bagian yang sangat besar
dari sumber daya ekonomi di salurkan di bidang pertanian. Hubungan-hubungan
keluarga dan hubungan suku berpengaruh dalam organisassi sosial.
Dalam masyarakat tradisional dapat misalnya digolongkan
dunia pre –newton; dinasti-dinasti di tiongkok ; eropa pada abad pertengahan.
Tahap kedua, yaitu pertumbuhan ekonomi meliputi
masyarakat yang berada dalam periode transisi, yakni periode dimana
perkembangkan prasyarat bagi take – of ,
pra syarat untuk take-off berkembang di Eropa Barat pada akhir abad ke 17 dan permulaan abad ke
18.
Di antara negara-negara eropa barat, inggrislah yang
karena letak geografik yang menguntungkan, sumber daya alamiah, kemungkinan
berniaga, struktur sosial dan politik merupakan syarat negara pertama yang
sepenuhnya mengembangkan pra syarat untuk take off. Kerap kali sifat politis
bersifat menentukan bagi priode transisi antara masyarakat tradisional dan take
off.
Tahap ke tiga yang dinamakan “take off” menurut Rostow
adalah interrval dimana penghambat serta penghalang lama akhirnya diatasi
selama periode take off, tingkat investasi efektif serta tabungan,dapat
meningkat. Dari katakan saja 5% dari
jumlah pendapatan nasional, hingga 10% atau lebih. Selama fase “take off”,
Industri-industri baru cepat meluas dan menghasilakan laba yang sebagian
direinvestasi dalam bentuk pabrik-pabrik baru, dan industri-industri baru
tersebut kembali lagi menstimulir ekspansi selanjutnya. Periode take off bagi
jepang terjadi pada akhir abad ke 19. Rusia dan kanada mencapainya pada
tahun-tahun sebelum 1914 ; sedangkan india dan R.R.C. pada tahun 1950 telah
melaksanakan periode take off mereka.
Fase
drive to maturity, menunjukkan bahwa kurang lebih 10 hingga 20% dari pendapatan
nasional diivestasi secara kontinu, hal mana menyebabkan bahwa output yang di
capai melebihi jumlah pertambahan penduduk.perekonomian yang bersangkutan
mencapai tempatnya pada perekonomian internasional: barang-barang yang didahulu
diimport, kini diproduksi pada negara sendiri. Terlihat kecenderungan
pergeseran fokus dari industri batu bara, besi dan industri barat ke arah
pembuatan perkakas-perkakas, mesin, bahan kimia dan alat-alat perlengkapan
listrik.
Maturity (kedewasaan) dapat didefinisi sebagai suatu
tingkat, dimana suatub perekonomian menunjukkan kapisitas untuk bergerak,
melampaui industri-industri semula yang mendorong take offnya, dan untuk
menyerap serta menerapkan efisien hasil-hasil akhir teknologi modern.
Fase “ age of high mass consumstion”. Pada tahapini
melalui proses politis, negara-negara barat melakukan pilihan untuk menyalurkan
lebih banyak sumber daya ekonomi ke arah sejahteraan sosial dan jaminan sosial.
Dapat dikatakan bahwa semua teori pembangunan, menghubungkan perambahan dalam
pendapatan perkapital, dengan empat faktor pokok yaitu :
a)
Akumulasi modal
b)
Pertumbuhan penduduk
c)
Penemuan sumber daya
baru dan
d)
Kemajuan teknologik.
Keempat factor mempunyai antar hubungan erat satu sama
lain.
C. TEORI-TEORI MENGENAI UANG
A.
Masalah uang
Teori uang berusaha untuk memecahkan masalah uang. Pada
masalah uang dapat kita bedakan :
a. Masalah
kualitatif statik, yang memukakan persoalkan : apakah hakekat dari uang ?”.
sehubungan dengan itu pula : “apakah yang menimbulkan nilai pada uang?”. Jadi,
disini dipersoalkan sifat dan hakekat dari uang.
b.
Masalah kuantitatif
dinamik, yang mengemukakan persoalan : “apakah yang menyebabkan timbulnya perusahaan-perusahaan
dalam nilai uang?”. Masalah tersebut bersifat kuantitatif, disebabkan oleh
karena di persoalkan kuantum nilai yang tercangkup dalam kesatuan uang, dan
pula bersifat dinamik oleh karena itu selidiki perubahan-perubahan terhadap
nilai uang, akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan ekonomik.
Soal keuangan bertalian erat dengan seluruh kehidupan
ekonomi, organisasi keuangan serta kredit, serta luasnya sirkulasi uang,
mempunyai arti besar bagi produksi, pembentukan modal, perniagaan luar negeri,
pembentukan pendapatan dan terutama kelangsungan konyungtur.
B.
George Knapp
Dalam bukunya “Staatliche Theorie des Geldes” (tahun 1905) Knapp mengikuti
tradisi Mashab Historis. Kalimat pertama bukunya berbunyi sebagai berikut : “Money is a Creature Of The Legal Order”.
Menurut Knapp maka sebelum Pemerintah melakukan intervensi dan menyatakan
alat tukar sebagai alat pembayaran yang sah, maka uang mencapai nilainya hanya
dari pada bahan yang di gunakan untuk membuat uang tersebut. Kata Knapp lagi :
“Das Geld ist ein Geschopf der Rechtsordnung. . . Eine theorie des Geldes kan
daher nurrechtsgeschischichtsein”. Alat tukar menukar semula, berupa sepotong
logam atau benda lain yang di timbang, dan yang kemudian di terima sebagai alat
pembayaran dalam pertukaran dengan benda-benda lain. Knapp dalam hal ini
mengatakan adanya suatu “pensatorische Zahlung”, yakni pembayaran baru
dilakukan, setelah alat tukar yang bersangkutan di timbang. “Uang” barulah
tercipta, bilamana Pemerintah menyatakan dengan proklamasi apa yang akan
menjadi alat pembayaran. Uang demikian oleh karenanya mencapai suatu
“Prokmatorische Geltung”.
Jadi uang diterima sebagai alat pembayaran, bukan karena uang tersebut
mempunyai nilai karena bahannya, melainkan karena mempunyai kekuatan membeli
yang ditetapkan Pemerintah. “Pernyataan” tersebut dapat dilihat pada cap, yang
di cantumkan Pemerintah pada uang logam atau uang kertas. Demikian uang
tersebut adalah uang chartaal (charta = tanda). Maka kadang-kadang teori Knapp
dinyatakan orang pula sebagai chartalisme.
Dapat dikatakan bahwa teori uang Georg Knappdengan
demikian menghalangi dipelajarinya fungsi ekonomi dan sifat-sifat uang. Ilusi
yang menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan uang,
juga merupakan salah satu sebab tindakan-tindakan salah yang menimbulkan
inflasi di Jerman setelah berakhir Perang Dunia I. Teori Knapp bukan bersifat
ekonomik, melainkan yuridikn. Padahal suatu teori uang harus mempunyai fundasi
ekonomik.
C.
H. Frijda
H. Frijda mengemukakan sebuah “Teori Hukum” mengenai
uang, untuk menghadapi “Teori Kenegaraan” uang dari Knapp. Pendapatnya adalah
sebagai berikut : Dalam hubungan tukar menukar, para subjek ekonomi menerima
uang sebagai alat pembayaran, karena mereka mempunyai kepeercayaan terhadap Pemerintah.
Dengan demikian kepercayaan terhadap hukum merupakan dasar sirkulasi uang.
Teori hukum mengenai uang
dari Frijda menyatakan bahwa hakekat uang disebabkan karena uang memberikan hak
kekuasaan abstrak atas prestasi guna yang konkrit.
D.
Teori Steuerfundation
Mereka yang menganut teori ini mengemukakan uraian
sebagai berikut : Bilamana uang akan berfungsi sebagai alat tukar, maka uang
harus disukai umum. Apakah sebabnya uang yang tak mempunyai nilai sebagai benda
(uang kertas) yang dikeluarkan Pemerintah disukai umum ? Jawabannya adalah
bahwa uang dapat digunakan sebagai alat untuk membayar pajak kepada Pemerintah.
Orang mempunyai keyakinan bahwa Pemerintah senantiasa menerima uang yang
dikeluarkannya sebagai alat pembayar pajak.
Sayang
sekali teori ini menghentikan uraiannya hingga titik ini. Sebab, kini timbullah
persoalan mengapa Pemerintah suka menerima uang tersebut. Akhirnya uang itu
dikeluarkannya kembali, sebagai alat tukar guna membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
Bagi seorang ahli ekonomi
tidaklah penting mengapa uang diterima sebagai alat pembayaran, dalam hubungan
tukar menukar, melainkan mengapa sejumlah uang tertentu diterima sebagai alat
pembayaran dan apa sebabnya kuantum tersebut dapat mengalami
fluktuasi-fluktuasi (dengan perkataan lain yang di perlihatkan adalah masalah
nilai uang).
- KAUM SOSIALIS KATHEDER
Kaum sosialis katheder
adalah para guru besar, yang dari mimbar (Katheder) mereka mengumandangkan
pendapat-pendapat sosial baru, dengan tujuan agar dengan bantuan pemerintah
dapat di peringan nasib orang-orang yang menderita. Kaum sosialis katheder
berjuang untuk mencapai perundang-undang sosial, guna kepentingan para
penderita sakit, kaum invalid, orang-orang yang sudah berusia lanjut, dan kaum
penganggur.
Di Jerman didirikan apa
yang dinamakan : “Verein fur Sozial politik” (tahun 1873), yang menyebabkan
cara berpikir seperti disebut diatas menjadi populer. Adolf Wagner bertindak
lebih radikal, dengan jalan menurut dilaksanakannya sosialisasi
perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan sifat monopolistik mereka,
mengeksploitasikan publik. Sebenarnya sosialisme katheder bukanlah merupakan
sosialisme melainkan apa yang dinamakan “interventionisme”.
- PENYELIDIKAN STATISTIK DAN TEORI KONYUNGTUR
Teori konyungtur dari Arthur
Spiethoff mengikuti garis induktif riset, yang dasarnya diletakkan oleh Mashab
Historis, dan secara lebih spesifik rencana riset konyungtur yang
diselenggarakan oleh ahli statistik Prancis yang bernama Clement Juglar.
Generalisasi menyebabkan Spiethoff melakukan penafsiran teoretik.
Masa meningkatnya
konyungtur menurut anggapan disebabkan karena penemuan-penemuan baru
teknologik, dan di bukanya daerah-daerah penjualan baru, dan menurutnya
konyungtur di sebabkan karena disproporsi antara nilai “modal nyata”
mesin-mesin, serta alat-alat perkakas lainnya dan modal uang yang tersedia
untuk membelinya. Disebabkan oleh karena mesin-mesin digunakan, serta dapat
digunakan untuk jangka waktu yang lama, maka sulit untuk mempraktikkan
permintaan akannya, sebelum produksi modal nyata telah didorong untuk melampaui
patokan biasa ; sedangkan di lain pihak pembentukan modal uang, dari tabungan
agar berkurang karena meningkatnya upah pada fase kemudian periode “boom”.
Dengan demikian harga produk industri berat turun dan hal ini menyebabkan
tergantungnya seluruh sistem.
Jadi, pada Speithoff masa “Hause” berakhir karena kekurangan
modal. Memang di konstratir adanya faktor-faktor moneter. Akan tetapi
faktor-faktor tersebut menduduki tempat ke dua, sebagai syarat-syarat pasif.
Produksi menurut pendapatnya dicirikan oleh perubahan-perubahan dalam produksi
barang-barang modal. Marilah kita memperlihatkan pandangan Speithoff (dan pihak
lain) selanjutnya, mengenai berbagai fase gerakan konyungtur.
a.
Fase
upswing
Baik Spiethoff maupun Cassel, beranggapan bahwa selama depresi dapat
diakumulasi dana-dana, hingga pada permulaan hausse, ekspansi dapat berlangsung
tanpa bantuan bank, walaupun kelak bantuan mereka mau tidak mau dibutuhkan.
b. Fase krisis (Downturn)
Erwerbskapital
Hal tersebut timbul karena kekurangan modal; bukanlah khusus dalam arti
moneter, melainkan sebagai akibat disproporsionalitas, dalam produksi
barang-barang tertentu. Hal tersebut merupakan akibat dari tabungan kurang dan
konsumsi berlebihan.
Spiethoff membedakan empat macam benda yaitu :
1. Benda-benda
konsumsi ;
2. Benda-benda
konsumsi tahan lama dan yang semi tahan lama ;
3. Benda-benda
modal bertahan lama ;
4. Bahan-bahan
dasar guna menghasilkan benda-benda modal tahan lama.
(Guter des mittelbaren Verbrauchs).
Dalam hal memproduksi benda-benda tersebut, maka selama
“hausse” secara teratur timbul suatu disproporsionalitas, dalam arti bahwa di
sini terdapat kelebihan, sedangkan di sana timbul adanya kekurangan. Pada
sektor benda-benda tahan lama secara teratur timbul produksi berlebihan (baja,
besi, semen). Hal tersebut mengimplikasi produksi berlebihan dalam “Guter des
Mittelbaren Verbrauchs”. Pembentukan benda-benda tahan lama tersebut dimodali
oleh Erwerbskapital.
Di samping berkurangnya permintaan, dapat dijumpai adanya
pertambahan dalam penawaran, karena banyak di antara alat-alat produksi
tersebut digunakan untuk menghasilkan alat-alat produksi lain, (misalnya
tanur-tanur tinggi). Dengan demikian penawaran meningkat secara progresif,
terutama karena dipengaruhi dengan baik oleh peralihan dari metode produksi
organik, ke metode produksi anorganik. Juga, jangka waktu produksi dan daya
tahan memegang peranan penting (pada azasnya sudah dapat kita jumpa azas
“akselerasi” pada Spiethoff).
Kekurangan (the missing glove) modal investasi berupa
kekurangan benda-benda fisik, inklusif alat-alat untuk bekerja, dan bahan-bahan
untuk memeliharanya bagi para pekerja benda-benda komplementer. Tanpa hal
tersebut benda-benda modal tidak dapat bekerja.
c. Fase drowswing.
Spiethoff terutama menekankan faktor-faktor psikologik,
yang banyak tergantung dari bagaimana cara hausse terdahulu berakhir. Juga
proses konstruksi bersifat kumulatif. Faktor-faktor institusional juga memegang
peranan penting, misalnya kekakuan harga-harga.
d. Fase up
turn
Fase ini dimulai oleh investasi-investasi yang bertambah,
sebagai akibat biaya-biaya produksi yang menurun, di mana terutama bunga modal
memegang peranan. Menurut Spiethoff di samping faktor-faktor tersebut masih
terdapat stimulans dari luar (penemuan-penemuan, pembukaan daerah-daerah
penjualan baru dan sebagainya), hingga dengan demikian bertambah
kemungkinan-kemungkinan untuk mencapai laba. Hal tersebut terutama dapat
terlihat pada abad ke 19.
Joseph Sehumpeter terutama menekankan “entrepreneur yang
genius” yang lambat laun menarik para pengusaha lainnya. (Jadi terdapat
persamaan antara Spiethoff dan Schumpeter, akan tetapi Schumpeter dalam
teorinya tidaklah bertolak dari titik terrendah depresi melainkan dari titik
keseimbangan).
e. Rythm and periodicity
Tugan Baranowsky (seorang ahli ekonomi yang mendahului
Spiethoff - 1894) mengibaratkan kehidupan ekonomi dengan sebuah mesin uap.
Modal bebas setelah melaksanakan tekanan tertentu, mencari jalan ke arah
kehidupan ekonomi, yang oleh karenanya mulai bergerak. Apabila hal tersebut
sudah bekerja habis, maka industri akan kembali lagi pada posisinya yang bebas.
Spiethoff menerangkan amplitude dari goncangan hasil
kumulatif proses ekspansi dan kontraksi, yang untuk sebagian besar merupakan akibat
faktor-faktor psikologik. Ekspansi berakhir karena penawaran tabungan serta
modal tidak dapat diperkirakan. Permintaan dan penawaran modal tidak sama
cepatnya. Penawaran ditaksir terlampau banyak.
Pada masa pemulihan baik faktor-faktor eksogin maupun
faktor endogin memegang peranan. Spiethoff di sini memberikan suatu titik
pertemuan, bagi sebuah teori “einvestment cyle” yang bertolak dari fakta bahwa
modal tetap, setelah jangka waktu tertentu harus diperbaharui.
- PANDANGAN MENGENAI TEORI SPIETHOFF
Teori Spiethoff yang menyatakan bahwa sebab langsung
krisis ekonomi bukanlah konsumsi kurang,
melainkan konsumsi berlebihan, pada
akhir masa “boom” tidaklah lengkap. Teorinya tidak lain dari suatu usaha untuk
mencoba menerangkan satu fase kehidupan ekonomi.
Spiethoff dengan jelas menyatakan bahwa fase “upswing”
membutuhkan pekerja tambahan, serta modal uang tambahan. Dari manakah
sumbernya? Pada sistem tradisional yang dikemukakan oleh teori Klasik, tidak
terdapat modal menganggur, dan tidak terdapat pekerja yang menganggur, karena
bunga modal dan upah naik turun sekitar titik di mana semua faktor-faktor
produksi diserap.
Spiethoff menyatakan bahwa krisis disebabkan adanya suatu
disproporsi antara nilai modal nyata dan modal uang yang tersedia untuk membelinya.
Akan tetapi apakah sebabnya suatu kenaikan dalam tingkat bunga modal tidak
cukup menimbulkan modal uang tradisional ; dan apakah sebab turunnya harga modal nyata
yang berhubungan dengan harga benda-benda konsumsi, tidak mengurangi penawaran,
dan menaikkan permintaan, dan menimbulkan suatu keseimbangan baru ?
pernyataa-pernyataan demikian bukanlah diajukan untuk menolak teori Spiethoff
ataupun untuk memperinci teorinya, melainkan ditunjukkan olehnya bahwa dalam
ilmu ekonomi tradisional tidak ada tempat untuk teori dinamik khusus ini
mengenai konyungtur.
Dibutuhkan suatu sistem dinamik teori ekonomi guna
menerangkan fakta-fakta tersebut, yang dalam teori Spiethoff dianggap sebagai
kausa dari krisis-krisis ekonomi.
Penyelidikan statistik, (mengerjakan bahan-bahan fakta
historik) sangat berkembang pada abad terakhir. Penyelidikan kuantitatif-pun
makin berkembang. Perhatian terhadap data ekonomi secara eksak, dapat
diterangkan berdasarkan fakta bahwa para ahli ekonomi modern makin memusatkan
pikiran ke arah kemungkinan untuk memimpin dan mengubah bentuk kehidupan
ekonomi. Selama dianut pendapat bahwa bekerjanya tenaga-tenaga dalam masyarakat
secara bebas, akan menimbulkan kemakmuran maksimal, maka tidak perlu adanya
penyelidikan secara statistik.
Pada tahun tigapuluhan timbullah suatu metode
penyelidikan ekonomi baru, yakni ilmu
ekonometri, yang bertujuan untuk mengetes secara statistik teori ekonomi setelah dituang dalam
bentuk matematik.
- KAUM INSTITUSIONALIS
Pada permulaan abad ini di bawah pimpinan seorang ahli
ekonomi yang bernama Thorstein Veblen, timbullah di Amerika Serikat aliran institusionalis dalam teori ekonomi,
aliran mana hingga tingkat tertentu dapat dibandingkan dengan mashab Historis.
Kaum institusionalis bukanlah menyerang ketetapan formal
logis dari teori ortodoks, melainkan mereka beranggapan bahwa anggapan dasar
yang merupakan landasan teori tersebut, tidak cukup sesuai dengan realita.
Veblen beranggapan bahwa perlu dibedakan keinginan
pertama instinktif, guna memelihara kesejahteraan golongan yang dinyatakannya
sebagai “the parental bent”; dorongan
untuk melaksanakan sesuatu yang doelmatig, yang dinyatakannya sebagai “the instinct of workmanship”, dan
akhirnya dorongan untuk mencapai pengetahuan yang dinamakannya “idlecuriosity”. Tepatlah anggapan Veblen
yang menyatakan bahwa oleh karena persaingan bebas dalam masa modern, makin
lama makin diganti oleh monopoli maka teori ekonomi janganlah hanya dibangun
berdasarkan premis-premis persaingan bebas.
Hervey peck salah seorang diantara kaum institusionalis
modern berusaha mencari hubungan antara keadaan ekonomi dan sosial dalam
macam-macam periode waktu, dan teori-teori yang timbul pada periode
tersebut.dapat dikemukakan bahwa mashab institusional kadang-kadang juga
dinamakan mashab realis.
Buku-buku
Veblen yang terkenal antara lain: “ the teory of the leisure class” (1899),
“the teory of business enterprise” (1904) tema bukunya yang pertama, adalah
bahwa standar-standar sosial yang mendeterminasi kelakuan pada kapitalisme
barat, sekalipun dengan embel-embel modern, pada intinya tidak banyak berbeda
dengan apa yang mencirikan masyrakat barbar. Tanda “pangkat tinggi” pada kedua
jenis peradaban adalah “pembebasan dari pekerjaan industrial”.
Para penguasa barbar terdiri dari ahli perang atau pendeta.
Status yang dicapai mereka bukanlah berdasarkan karya-karya produktif, melainka
karena usaha merampok. Sifat-sifat aristokratik adalah sama pada waktu sekarang
seperti pada waktu dahulu – yakni kekejaman, system klik, sikap pura-pura dan
penggunaan kekuasaan dan penipua-penipuan.
Aristokrat-aristokrat modern yang berkecimpung dalam
bidang permodalan dan usaha raksasa, juga menunjukkan sifat-sifat sama.
Perbedaan pokok klas penduduk lebih tinggi, adalah bahwa aktivitas mereka tidak
berguna sama sekali di pandang dari sudut rakyat biasa. Tanda mereka sudah
mencapai sukses dalam kehidupan adalah pengeluaran berlebihan, yang sebenarnya
bukanlah memenuhi kebutuhan nyata. melainkan merupakan tanda prestise. (Apabila
menggunakan istilah lain yang lebih dikenal dalam ilmu ekonomi, maka yang
rupanya dimaksudkan oleh Veblen adalah
“De monstration effect)”.
Contoh-contoh yang dikemukakan veblen adalah sebagai
berikut: pakaian serba luks dan halus, yang tidak dapat digunakan untuk
pekerjaan berat, istri yang dihiasi perhiasan mahal, makanan yang serba mewah
atau pelajaran-pelajran yang tidak berguna merupakan “conspicious waste”
(pemborosan yang menyolok) dan “conspicious consumption” (konsumsi yang
menyolok).
Industri yang menggunakan tekhnologi yang komplek,
merupakan suatu metode yang efisien guna menghasilkan benda-benda yang
diburtuhkan orang-orang. akan tetapi perusahaan tidaklah sama dengan industri;
sebaliknya perusahaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan sebagian dari
proses industrial, hingga dapat dicapai banyak uang dari padnya. “membuat” uang
sangat berbeda dibandingkan dengan membuat benda-benda; kedua proses kerapkali
bertentangan satu sama lain.
Orang yang dapat mencapai uang, seringkali adalah orang
yang membatasi produksi, melenyapkan persaingan, mengurangi efisiensi,
mengacaukan kulitas produk. aktivitas orang-orang demikian dalam usaha mencari
laba, dengan metode-metode tersebut membawakan sebagai hasil, fraude (penipuan)
terhadap konsumen, dan para penanam modal kecil; mereka menimbulkan keadaan
panik, depresi industrian dan pengangguran.
Karena laba yang dikejar maka para captains of industry
takut terhadap overproduksi benda-benda, yang walaupun sangat berguna bagi para
konsumen, dapat menyebabkan bahwa harga-harga aka turun, hingga di bawah
tingkat dimana laba maksimal dapat dicapai. Guna mencegah hal tersebut, maka
biasanya para pengusaha melaksanakan tindakan-tindakan “ sa bo tase kaapitalistik “. Misalnya mereka menghentikan
pekerja-pekerja atau menutup perusahaan-perusahaan mereka, apabila harga turu
terlampau rendah, hingga demikian mereka menghalagi produktivitas proses mesin
modern.
Bagi Thorstein veblen konflik dasar dari kapitalisme
bukanlah antara kaum buruh dan kaum kapitalis dalam arti Marxis, melainkan
antara keinginan-keinginan produktif dan keinginan mencapai laba yang
masing-masing merupakan komponen pokok dari orde kapitalistik. bagi veblen
keinginan untuk menghasilkan yang bukan didorong oleh laba, merupakan suatu
kecenderungan manusia yang bersifat alamiah, yakni apa yang dinyatakannya
sebagai “instinct of workmanship” yang
sering kali ditekan oleh usaha untuk mencapai laba.
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Mashab historis mudalah yang menentang metode serta teori
klasik. mereka menentang metode abstraksi, dan perkataan historis menunjukkan
disini bahwa ilmu pengetahuan ekonomi
dalam instansi pertama, harus mengenal fakta-fakta dalam periode tertentu dan
pada tempat tertentu.
Jadi ciri tipis bagi mashab historis lama adalah
pemikiran mengenai tahap-tahap (stufengedachte), sedangkan tipis bagi mashab
historis muda adalah penyelidikan empirik. pemimpin mashab historis adalah
Schmoller. ilmu ekonomi klasik menurutnya didasarkan atas fakta yang terlampau
sedikit jumlahnya. ilmu ekonomi harus mempunyai cukup data, perihal realita.
Schmoller terkenal sehubungan dengan pertentangan
mengenai metode dengan K.Menger, pertentangan dimenangkan oleh menger pada
dasarnya merupakan pertentangan antara metode induktif dan deduktif. metode
induktif membuat urian berdsarakan soal-soal khusus kearah yang bersifat umum,
sedangkan metode deduktif berpangkal pada sejumlah asumsi, yang dicapai
berdasarkan realita, dan dari padanya dicapai sebuah teori.
Mashab histori
muda menentang”laiser faire”. mereka mengajukan apa yang dinamakan intervensionisme
(schmoller, brentano dan sebagainya). hal tersebut terjadi sewaktu penyelidikan
mengenai fakta-fakta dilakukan mereka, maka dijumpai keadaan-keadaan sosial
buruk.
Maka itu rencana mereka mencakup antaranya:
1.
Pajak progresif;
2.
Undang-undang perburuhan;
3.
Undang-undang
perumahan.
Politik ekonomi
interventionisme tersebut kadang-kadang acara mencemoohkan dinyatakan sebagai
sosialisme katheder. Ada lah tipis bahwa terdapat dua penganut Mashab historis
mudah yakin Max Weber dan Werner Sombart yang secara radikal menentang Ekonomi
normative. Weber menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengalihkan
tanggungjawabnya mengenai politik ekonomi mengenai ilmu pengetahuan. Boleh
dikatakan bahwa pengaruh Weber dan Sombart sangat besar, di sebabkan oleh
karena sesudah mereka ilmu ekonomi murji paling banyak mencapai penganut,
Prof. Lambers mengumumkan pendapat bahwa masahab Historis
lama merupakan suatu sintesis antara Mashab Klasik dan Mashab mereka
menunjukkan bahwa keteraturan tersebut tidak sama untuk semua waktu,. Mereka
melihat adanya suatu arus perkembangan dalam masyarakat, dan hal tersebut
dinyatakan mereka dalam apa yang di namakan stufentheoiren.
Apabila kita memperhatikan tulisan-tulisan Karl Marx,
maka kita dapat menjumpa adanya persamaan dengan mashab Historis Lama yakni ide
perkembangannya.
Stark menamakan Karl Marx : pemimpin Historisme yang
pertama mengemukakan sebuah Stufentheorie adalah FRIEDRICHLIST dalam bukunya
“Das Nasiaonale System der Politischen Oeko-nomie.List”menyerang kosmopolitisme
Mashab Klasik. Dalam ilmu ekonomi mereka mengenai “Wealth”
mereka tidak memperhitungkan sifat-sifat tipis suatu Negara. Maka itu ia
menonjolkan “ Nationale System” nya.Didalam di masukkannya sebuah teri
tenaga-tenagaproduktif. Tahap-tahap perkembangannya di dasarkannya atas keadaan
di jerman.
Di antara pihak yang mengajukan stufentheorie dapat di
kemukakan : Hildebrand, karl Bucher, Schmoller, Werner sombart, Eugen von
Philopovich. Eugen dalam bukunya “ Die Grundlagen der 118 nationale oekonomie”
mengeritik para teoritisi “ Stufen”, dan menyatakan bahwa mereka tidak
mempunyai pandangan tepat mengenai orde ekonomi.
Sebab-sebab timbulnya
Mashab Historis
Prof. de Vries menerangkan timbulnya Mashab Historis
berdasarkan “ Die Arbiterfrage”, yakni masalah baru, yang pada bagian
terakhirpada abad ke 19 merupakan persoalan yang hangat. Studi mengenai hal
tersebut menyatakan di lakukannya penyelidikan ke arah fakta-fakta.
1.
Ditentangnya
wetmatigheid ekonomik otonom
Yang
di maksud dengan otonom-otonom ilmu pengetahuan ekonomi, yaitu
factor bahwa kita dapat merumuskan
hokum-hukum ekonomi umum, yang tidak tergantung pada organisasi masyarakat, dan
tidak tergantung dari motif-motif tindak-tanduk manusia. Dengan di tentanganya
“homo economicus”, yakni manusia yang hanya bertindak berdasarkan kepentingan
sendiri, maka mashab Historis juga menentang azas pikiran wetmatigheid ekonomi
otonom. Hal tersebut sebenarnya salah.
Ilmu
ekonomi modern juga tidak menggunakan konsep” homo economicus”.Kita berpangkal
pada manusia, dengan sifatnya sebagai manusia yakni skala-skla profensinya
diketahui oleh kita. Dibelkangnya terdapat suatu kompleks motif-motif yang
tidak mampu kita persoalkan.
Seorang
ahli ekonomitidak akan menghiraukan misalnya mengapa seorang membeli bunga.
Kita hanya berpangkal sebagai asaz bahwa sikonsumen berusaha untuk mencapai
pemuasan kebutuhan maksimal. Akan tetapi tidak menggunakan konsep “ Homo
economicus”janganlah kita membuang asaz pikiran Wetmatigheid ekonomik atonom.
Selalu
dan dimana-mana saja manusia menghadapi masalah pembagian alat-alat pemeneuhan
kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbata. Dari padanya dapat di dukasisejumlah
Wetmatigheden yang bersifat otonom.
2.
Ditentangnya
metode abstraksi
Metode ini di bela dengan baik sekali
oleh Menger, terhadap tantangan
schmoller.Menger telahmenunjukkan bahwa pokok pertentangan adalah obyek
penyelidikan kita. Perhatian kita dapat di tunjukkan kearah pengetahuan
mengenai keteraturan, atau dengan perkataanlain soal “ Generelle” dalam
Gjala-Gejala atau kerah yang khusus yakni soal “Enmeligh” . Hal tersebut
membawakan suatu perbedaan dalam pengurainnya.
Jadi,
perhatian kaum Historis ditujukan pada hal yang khusus, hingga orang sampai
pada metode pekerjaan detail yang bersifat menerangkan atau penvgumpulan fakta.
Marshall telah menunjukkan bahwa senantiasa akan terdapat suatu aliran Historik
di samping suatu aliran teoritik.
DAFTAR
PUSTAKA
Lihat Deliarnov. Perkembangan
Pemikiran Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Grafindo Persada,
2009. h.128-129.
Winardi, Sejarah
Perkembangan ilmu ekonomi, 1987
www.ekonomikontekstual.com
Langganan:
Postingan (Atom)